STRESS
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap
hari yang tidak dapat dihindari à perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering
dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress,
seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan
positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh
cinta
JENIS STRESS
Stress fisik
Stress kimiawi
Stress mikrobiologis
Stress fisiologis
Stress proses tumbuh kembang
Stress psikologis atau emosional
Pengalaman stress dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran
Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan
suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak
menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah
tidur
b. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap
situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan
yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang
tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha
membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.
Terkadang disertai rasa sedih
RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS
Hans Selye (1956)
Mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap
Stress, yaitu :
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respons setempat
terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan
luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh
dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan
reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah
cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut
nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau
normal
c. Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang belum
dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul
gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan
mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi
diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian
KONSEP ADAPTASI
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya.
Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai
mengancam fisik atau psikologisnya Peristiwanya di sebut stressor Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress
—Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress.
—Ada banyak bentuk adaptasi.
—Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian
mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi
lainnya.
—Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian
adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi
melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976,
; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
—Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam
atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
DIMENSI ADAPTASI
—Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh
karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus
mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
—Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi
dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak
selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan
indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya
meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat
aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
—Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan
intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai
sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari
semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut
interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat
mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi
adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic,
kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat,
dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang
penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
— Kenaikan tekanan darah
— Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
— Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
— Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
—Postur tubuh yang tidak tegap
—Keletihan
— Sakit kepala
— Gangguan lambung
— Suara yang bernada tinggi
— Mual,muntah dan diare.
— Perubahan nafsu makan
— Perubahan berat badan
— Perubahan frekwensi berkemih
— Dilatasi pupil
— Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
ADAPTASI PSIKOLOGIS
—Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara
banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan
dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman
terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi
peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga
karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga
karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen
terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas• Depresi• Kepenatan• Peningkatan penggunaan bahan kimia• Perubahan
dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.• Kelelahan mental• Perasaan
tidak adekuat• Kehilangan harga diri• Peningkatan kepekaan• Kehilangan
motivasi.• Ledakan emosional dan menangis.• Penurunan produktivitas dan
kualitas kinerja pekerjaan.• Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis.
buruknya penilaian).• Mudah lupa dan pikiran buntu• Kehilangan perhatian
terhadap hal-hal yang rinci.• Preokupasi (mis. mimpi siang hari )•
Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.• Peningkatan ketidakhadiran dan
penyakit• Letargi• Kehilangan minat• Rentan terhadap kecelakaan.
ADAPTASI PERKEMBANGAN
—Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya
menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika
diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang
sehat (Haber et al, 1992).
—Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai
mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu
mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman
dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh
ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan
berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada
waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung
sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
—Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung
jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan
dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
MANAJEMEN STRESS
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya
tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan
pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan
pada beberapa daerah perawatan.
MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
—REGULER EXERCISE
—DIET DAN NUTRISI
—SUPPORT SISTEM
—TIME MANAGEMENT
—HUMOR
—ISTIRAHAT
—TEHNIK RELAKSASI
—SPIRITUALITAS
Cara Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal
ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus
melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat
terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme
penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali
CARA PENYESUAIAN DIRI
Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar,
realistik, objektif, rasional
Pembelaan ego
- Melindungi individu dari
kecemasan
- Meringankan penderitaan bila
mengalami suatu kegagalan
- Menjaga harga diri
CARA PENYESUAIAN DIRI
Berorientasi pada tugas
Misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara
terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah
Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang
memuaskan
Mekanisme Pembelaan EGO
Bila digunakan terus menerus
akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan
mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung
banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas)
Mekanisme Pembelaan EGO
1.IDENTIFIKASI
ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi
tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa
harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh :
Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia
kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari
identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-
norma dari luar diikuti atau ditaati,
sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar.
Contoh :
Rasa benci atau kecewa terhadap
kematian orang yang dicintai dialihkan
dengan cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi,
dimana menyalahkan orang lain atas
kelalaian dan kesalahan-kesalahan
atau kekurangan diri sendiri, keinginan
keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh :
Seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba
merayunya
4. REPRESIPenyingkiran unsur psikik
(sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar
(dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol
impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan
5. REGRESIKembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat
primitif).
Contoh :
Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya
dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir
dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATIONBertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena
sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang
tersebut dengan kasar.
7. UNDOINGMeniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah
menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera
memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
8. DISPLACEMENTMengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang
sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah
pada adik-adiknya
9. SUBLIMASIMengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang
dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar
disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu
impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat
sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
10. ACTING OUTLangsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIALMenolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari
pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan
12. KOMPENSASIMenutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau
kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam
hal menonjolkan prestasi pendidikannya
13. RASIONALISASIMemberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang
tuanya mengapa nilai semesternya buruk.
14. FIKSASIBerhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi
atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya
terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak
dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASIMenggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti
suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan
kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan
masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASIPemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian
pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak
mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSIAdalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala
jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit
sehingga tidak masuk kuliah
Tinjauan Tentang Stres
1. Pengertian
Menurut Hans Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,1989).
Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001).
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987). Secara umum, yang
dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan,
perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”. “Stres adalah segala masalah atau
tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan
kita” (Maramis, 1999).
Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa
yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan
oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan
maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.
Beberapa peneliti pada abad ini telah menghasilkan beberapa perbedaan konsep
tentang stres. Tiga dari konsep berikut ini memasukkan stres sebagai respons
biologis, stres sebagai kejadian lingkungan, dan stres sebagai transaksi antara
individu dengan lingkungan.
2. Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti
(1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang
terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau
tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat,
obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit yang menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur,
fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak
normal.
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.
3. Penyebab Stres
Adapun menurut Grant Brecht (2000), stres ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam
kehidupan, seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil
sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa
yang akan dimakan, dan antri.
4. Tahapan Stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan
bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan
sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg (1979) dalam penelitiannya membagi
tahapan-tahapan stres sebagaimana berikut :
a. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut :
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya;
Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup
yang berlebihan pula.
4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
b. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan
pada tahap I di atas Mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak
cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami
deficit. Analogi dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP) yang sudah lemah
harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan baik.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres
tahap II adalah sebagai berikut :
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa
segar.
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3) Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort).
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7) Tidak bisa santai.
c. Stres tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan
keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut di atas,
maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan
mengganggu, yaitu :
1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan
“maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
2) Ketegangan otot semakin terasa
3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk Mulai
masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali
tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak dapat
kembali tidur (late insomnia).
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa
mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh
memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
d. Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan
keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit
karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal
ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa
mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul :
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat
sulit.
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari
5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan
6) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada
semangat dan kegairahan.
7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
e. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang
ditandai dengan hal-hal berikut :
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical
and psychological exhaustion)
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat
(gastro-intestinal disorder)
4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
f. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik
(panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres
tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU,
meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :
1) Debaran jantung teramat keras
2) Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5) Pingsan atau kolaps (collapse)
Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas
lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
5. Tingkat Stres
Stuart dan Sundeen (1998) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:
a. Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi
ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai
kemungkinan yang akan terjadi.
b. Stres Sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
c. Stres Berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi stres, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan
lain dan memerlukan banyak pengarahan.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Stres
a. Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik
dan neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan
kepribadian, pengalaman dan kondisi lain yang memengaruhinya.
7. Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres Psikologis, yaitu
:
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang,
misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti
D3 Akper program khusus Puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri/suami,
tidak punya biaya dan sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan
ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan
ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
b. Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict,
approach-avoidance conflict, avoidance -avoidance conflict.
c. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan
yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar
disekolahkan selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja yang
berlebihan kepada suami.
d. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada individu,
misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus
segera operasi.
Keadaan stres dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi,
konflik dan tekanan.
8. Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Menurut Dadang Hawari (2001) dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh,
seperti hal-hal sebagai berikut :
a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi
kecoklat-coklatan, ubanan atau kerontokan.
b. Gangguan ketajaman penglihatan.
c. Thinitus (pendengaran berdenging)
d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.
e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum, dan
kedutan pada kulit wajah (tic facialis).
f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa
tercekik.
g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering
timbul eksim, biduran (urtikaria), gatal-gatal, tumbuh jerawat (acne), telapak
tangan dan kaki berkeringat dan kesemutan.
h. Napas terasa berat dan sesak.
i. Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat.
j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi,
atau diare.
k. Sering berkemih
l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang.
m. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan
menstruasi.
n. Libido menurun atau bisa juga meningkat
9. Kemampuan Individu Menahan Stres
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres. Hal
tersebut bergantung pada :
a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal,
dan umum (general).
b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
10. Cara Mengendalikan Stres
Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai berikut :
a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif,
fleksibel, Rasional, dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih
Dahulu menyalahkan orang lain sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
1). Kemampuan menyadari (awareness skills).
2). Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)
3). Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
4). Kemampuan untuk bertindak (action skills).
c. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif,
serta lingkungan anda.
d. Kembangkan sikap efisien.
e. Relaksasi
f. Visualisasi (angan-angan terarah)
Teknik singkat untuk menghilangkan stres, misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi
santai dalam bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan yang
disukai secara teratur), istirahat teratur dan ngobrol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar