Laman

Cari Materi

Rabu, 29 Agustus 2018

Seksio sesarea

Sejarah seksio sesarea          
Seksio sesarea berkembang sejak akhir abad 19 sampai 3 dekade terakhir abad 20. Selama periode itu sudah terjadi penurunan angka kematian ibu dari 100% menjadi 2%. Selain itu, ada 3 perkembangan penting dari teknik operasi. Pertama, perkembangan metode penjahitan rahim dengan benang untuk menghentikan perdarahan. Kedua, perkembangan dari cara tindakan yang aseptik dan ketiga perubahan dari insisi/sayatan pada rahim dari cara klasik menjadi sayatan melintang pada segmen bawah rahim (uterus).
Menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada seksio sesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan per vaginam. Tetapi untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan per vaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu. Pada seksio sesarea yang direncanakan, angka komplikasinya kurang lebih 4,2%. Seksio sesarea darurat berangka kurang lebih 19%. Harus diakui bahwa seksio sesarea merupakan operasi besar dengan berbagai risikonya.
Operasi Cesar atau dalam bahasa medis lebih dikenal dengan seksio cesarea (SC) sudah menjadi bagian dari kebudayaan manusia sejak dari zaman dulu dalam bentuk mitos. Menurut mitologi Yunani, Apollo mengangkat Asclepius, dari perut ibunya yang bernama Coronis. Sejumlah referensi tentang SC juga ditemukan dalam kebudayaan Hindu, Mesir, dan Romawi.
Istilah ini diyakini berasal dari proses kelahiran Julius Cesar dengan cara membelah perut ibunya (Aurelia). Tetapi anehnya Sang ibu masih hidup saat Julius Cesar menyerang Inggris. Pada saat tersebut, prosedur ini hanya dilakukan pada ibu hamil yang sudah mati atau dalam keadaan hampir mati, yang gunanya disamping untuk menyelamatkan nyawa bayi, jika tidak berhasil (bayinya mati) maka ibu dan bayi bisa dikuburkan secara terpisah.
Asal kata lain yang mungkin adalah kata "caedare," yang bearti memotong dan istilah kata "caesones" yang dipakai untuk mengatakan bayi yang dilahirkan dari ibu yang sudah meninggal. Sampai abad ke 16 prosedur ini di kenal dengan istilah operasi cesarea, sampai tahun oleh Jacques Guillimeau memperkenalkan istilah "seksio" dalam buku karangannya, sehingga sejak itu istilah "operasi" di ganti dengan "seksio".
Sebelum ini ibu yang menjalani SC selalu meninggal, karena teknik yang belum sempurna serta risiko infeksi ibu akibat tindakan yang tidak steril serta antibiotika yang memadai. Mungkin laporan pertama tentang ibu dan bayi yang sama2 selamat setelah menjalani prosedur ini adalah yang dilakukan oleh Jacob Nufer, pada istrinya sekitar tahun 1500-an. Namun catatan ini akhirnya diragukan kebenarannya. Sedangkan sekarang prosedur ini merupakan tindakan yang sangat aman, sehingga dokter dan pasien sama sama tidak takut untuk melakukan SC .

2.2       Definisi
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998). Dikatakan juga seksio sesarea adalah memindahkan fetus dari uterus melalui insisi yang dibuat dalam dinding abdomen dan uterus (Long,1996).
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.


2.3       Etiologi
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a.       Kelainan dalam bentuk janin
1)      Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit keluar dari jalan lahir.
2)         Ancaman gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
 3)      Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.
4)       Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
b.      Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah panggul.
c.     Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas 
     
2.4       Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin tinggi, pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibioti angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan kurang dari 2 per 1000.

2.5       Syarat
·         Uterus dalam keadaan utuh (karena pada sectio cesarea, uterus akan diinsisi). Jika terjadi ruptura uteri, maka operasi yang dilakukan adalah laparotomi, dan tidak disebut sebagai sectio cesarea, meskipun pengeluaran janin juga dilakukan per abdominam.
·         Berat janin di atas 500 gram.

2.6       Indikasi
                        Melahirkan dengan cara bedah atau seksio sesarea tidak bisa diputuskan bagitu saja oleh dokter karena resiko yang mungkin dialami akibat pembedahan harus dipertimbangkan, baik dari segi kesehatan ibu maupun bayinya. Seksio ini seharusnya dilakukan jika keadaaan medis memerlukannya. Artinya janin atau ibu dalam keadaaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea. Itu sebabnya harus ada alasan yang jelas untuk melakukan tindakan pembedahan. Hal ini karena bentuk operasi apapun selalu mengandung resiko sehingga harus ada indikasi yang jelas.
Tindakan operasi diputuskan oleh penolong persalinan, bertujuaan untuk memperkecil terjadinya resiko yang membahayakan jiwa ibu atau bayinya. Namun, dalam kehamilan sehat, persalinan secara alami jauh lebih aman. Meskipun demikian kini banyak pasien yang dengan sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi walaupun tanpa alasan medis yang tepat. Pada keadaan ini semuanya memang kembali pada etika profesi kedokteran. Pada umumnya dokterakan menilai dan mengambil keputusan yang terbaik dalam membantu suatu proses persalinan. (bramantyo, 2003)

Adapun indikasi Secsio Sesarea terhadap janin Yaitu :
1. Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby),menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia) karena ibu menderita kencing manis Keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut bayi besar objektif. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.
2. Kelainan Letak
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu :
a. Letak Sungsang
Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir dalam posisi sungsang. Resiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal. Oleh karena itu, biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi terburuk karena persalinan yang tertahan akibat janin sungsang adalah operasi. Namun, tindakan operasi untuk melahirkan janin sungsang baru dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu posisi janin yang beresiko terjadinya “macet” di tengah proses persalinan. Apabila posisi bokong di bawah rahim dengan satu atau dua kaki menjuntai maka kelahiran bayinya harus dengan operasi sesar.
b. Letak Lintang
Kelainan lain yang paling sering terjadi adalah letak lintang atau miring. Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi dari pada  kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Konon,punggung dapat berada di depan, belakang, atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%. Letak lintang ini biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya. Keadaan ini menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan persentasi tubuh janin di dalam jalan lahir. Apabila dibiarkan terlalu lama, keadaan ini dapat mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan menyebabkan kerusakan pada otak janin. Oleh karena itu, harus segera dilakukan operasi untuk mengeluarkannya.

3. Gawat janin
Diagnosis gawat janin berdasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Gangguan pada bayi juga dapat diketahui dari adanya kotoran dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna agak putih keruh, seperti air cucian beras yang encer. Akan tetapi, jika janin mengalami gangguan, ia akan membuang kotorannya di dalam air ketuban sehingga warnanya menjadi kehijauan. Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah caesar merupakan jalan keluar satu-satunya.

4. Janin Abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrosephalus.
5. Faktor Plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi.
a. Plasenta previa
b. Plasenta lepas
c. Plasenta accreta
d. Vasa previa
6. Kelainan Tali Pusat
Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi
a. Prolapsus tali pusat
Prolapsus tali pusat adalah keadaan menyembul sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini tali pusat, tali pusat sudah berada didepan atau disamping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.
b. Terlilit tali pusat
Dalam rahim, tali pusat ikut “berenang” bersama janindalam kantung ketuban. Ketika janin bergerak, letak dan posisi tali pusatpun biasanya ikut bergerak dan berubah. Kadang akibat gerak janin dalam rahim, letak dan posisi tali pusat membelit tubuh janin, baik dibagian kaki, paha, perut, lengan, atau lehernya.
7. Gamelli
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilakukan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja bayi kembar lahir secara alami. (Bramantyo 2003)

Adapun indikasi berdasarkan faktor dari ibu yaitu :
1.      Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.
2.      Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
3.      Persalinan sebelumnya dengan operasi
4.      Faktor hambatan jalan lahir
Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia
5.      Ketuban pecah dini
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang mengalami ketuban pecah dini akan lahir sendiri 2×24 jam. Apabila bayi tidak lahir lewat waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea

2.7       Kontra indikasi
1. Janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil.
2. Jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas
3. Dokter kurang berpengalaman, keadaan tidak menguntungkan bagi pembedahan dan bila tidak tersedia tenaga asisten yang memadai

Ada beberapa kontraindikasi untuk melakukan persalinan sesar. Yaitu jika janin masih hidup dan usia kehamilan yang layak, maka persalinan sesar dapat dilakukan dalam pengaturan yang sesuai.
Dalam beberapa kasus, persalinan sesar harus dihindari. Jarang, status ibu dapat mempengaruhi (misalnya, dengan penyakit paru parah) sedemikian rupa sehingga suatu operasi dapat membahayakan kelangsungan hidup ibu. Dalam situasi sulit seperti itu, rencana perawatan menguraikan kapan dan jika melakukan intervensi harus dilakukan dengan keluarga dalam pengaturan pertemuan multidisiplin.
Sebuah kelahiran sesar mungkin tidak dianjurkan jika janin memiliki kelainan karyotypic dikenal (trisomi 13 atau 18) atau dikenal anomali kongenital yang dapat mengakibatkan kematian (anencephaly).

2.8       Tipe – tipe seksio sesarea
            Seksioo sesarea dapat dilakukan melaui :
I. Abdomen (seksio sesarea abdominalis)
1. Seksio sesarea tranperitonealis
a. Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
b. Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim
2. Seksio sesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum perietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
II. Vagina (seksio sesarea vaginalis).
III. Menurut jurusan sayatan pada rahim seksio dilakukan dengan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3. Sayatan huruf T (T-incision)
Seksio sesarea klasik
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm
Keuntungannya :
1. Mengeluarkan janin lebih cepat
2. Tidak dijumpai kompliksi kandung kemih tertarik
3. Sayatan biasa diperpanjang atau distal
Kerugiannya :
Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

Seksio sesarea isthnika (profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Keuntungannya :
1.   Menjahit luka lebih mudah
2. Menurut Evidance Medicine sekarang tidak dilakukan penjahitan peritoneum (reperitonealisasi) karena peritoneum tumbuh sendiri dari bawah keatas (tertutup sendiri)
3.    Pendarahan kurang
4.    Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan kurang (lebih kecil)
Kerugiannya :
1. Luka biasa melebar kiri dan kanan dan kebawah sehingga dapat menyebabkan arteri uterine putus menyebabkan pendarahan yang banyak
2. Keluhan pada kandung kemih pasca operasi tinggi.

2.9       Komplikasi
                        Resiko operasi seksio sesarea terhadap bayi lebih banyak dan serius, sehingga jauh lebih berbahaya dibandingkan persalinan normal.
Berikut ini resiko secsio sesarea terhadap bayi :
1. Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi sesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua, pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus- menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat. Jika pembedahan dilakukan kurang dari hati-hati, bayi bisa tersayat di bagian kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.
2. Masalah Pernafasan
Bayi yang lahir lewat operasi cesar cenderung mempunyai masalah pernafasan : yaitu nafas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi tak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah pernafasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.
3. Angka Apgar Rendah
Rendahnya angka Apgar merupakan efek anestesi dan operasi cesar, kondisi bayi yang stress menjelang lahir, atau bayi tak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi sesar butuh perawatan lanjutan dan alat Bantu pernafasan lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal. PG (Somad, 2005).

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yaitu :
· Perdarahan
· Infeksi
· Trombophlebitis
· Cedera, dengan atau tanpa fistula pada traktus urinarius dan usus
· Obstruksi usus
· Perlekatan organ-organ pelvis pascaoperasi
· Emboli air ketuban

2.10     Anatomi Fungsional dan Fisiologi
Anatomi fungsional yang dibahas pada kasus post operasi sectio caesarea terdiri dari anatomi dinding perut dan otot dasar panggul.
Anatomi dinding perut
Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi oleh angulus infrasternalis dan di sebelah bawah dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan sulkus inguinalis.
Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding perut bagian depan, bagian lateral dan bagian belakang.
1)      Otot rectus abdominis
Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan tertutup vagina dan bagian belakang terletak di atas kartilago kostalis 6-8. origo pada permukaan anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan ligamen xyphoideum. Serabut menuju tuberkulum pubikum dan simpisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi dari otot ini untuk flexi trunk, mengangkat pelvis.
2)      Otot piramidalis
Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di depan otot rectus abdominis. Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan simpisis ossis pubis. Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk meregangkan linea alba.
3)      Otot transversus abdominis
Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi recti abdominis. Origo pada permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada fascia lumbo dorsalis, labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral ligamen inguinale. Berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari otot ini menekan perut, menegangkan dan menarik dinding perut.
4)      Otot obligus eksternus abdominis
Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior thoraks. Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya pada vagina musculi recti abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi yang berlawanan.
5)      Otot obligus internus abdominis
Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot obligus eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia lumbodorsalis, linea intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio pada kartilago kostalis 8-10 untuk serabut ke arah supero medial. Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.

Otot dasar panggul
Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan diagfragma urogenital. Diagfragma pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang terdiri dari otot levator ani, otot pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus. Sedangkan diafragma urogenetik dibentuk oleh aponeurosis otot transverses perinea profunda dan mabdor spincter ani eksternus. Fungsi dari otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan rectum dan vagina turun ke bawah, otot spincter ani eksternus diperkuat oleh otot mabdor ani untuk menutup anus dan otot pubokavernosus untuk mengecilkan introitus vagina.

Fisiologi nifas
Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea antara lain.
(1) Uterus, setelah plasenta dilahirkan, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan reaksi otot-ototnya. Fundus uteri ±3 jari di bawah pusat. Ukuran uterus mulai dua hari berikutnya, akan mengecil hingga hari kesepuluh tidak teraba dari luar. Invulsi uterus terjadi karena masing-masing sel menjadi kecil, yang disebabkan oleh proses antitoksis dimana zat protein dinding pecah, diabsorbsi dan dibuang melalui air seni. Sedangkan pada endomentrium menjadi luka dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini akan mengecil hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar luka,
 (2) pembuluh darah uterus yang saat hamil dan membesar akan mengecil kembali karena tidak dipergunakan lagi,
 (3) dinding perut melonggar dan elastisitasnya berkurang akibat peregangan dalam waktu lama .
    
2.11     Patologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonial ini terjadi, perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut :
·           sewaktu incisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak,  
·           Dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi.
·           Pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami organisasi, (4) pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah) luka.
·           Pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis.
·           Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum.
·           Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi.

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut :
·           Infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama.
·           Perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau karena atonia uteria.
·           Terjadi komplikasi lain karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein thrombosis.
·           Terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar