Laman

Cari Materi

Rabu, 29 Agustus 2018

Kontrasepsi Darurat dan Kontrasepsi Terkini


Definisi kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat dapat digunakan sebagai cadangan jika kontrasepsi tidak digunakan secara tidak benar, atau gagal (kegagalan kondom). Dua metode biasa digunakan.
Alat dalam rahim tembaga merupakan metode paling efektif, dengan angka kegagalan kurang dari 1%. Jika alat ini dipasang dalam waktu 5 hari dari koitus tanpa pelindung atau perkiraan tanggal ovulasi yang jauh lebih awal, implantasi ovum yang telah dapat dibuahi dapat dihindari. Jika tepat, alat ini juga dapat dibiarkan  terpasang sebagai kontrasepsi di masa akan datang.
Selain itu metode progesteron saja yang terdiri atas dua pil yang masing-maing mengandung 750mg prosteron levonorgstrerl, dapat digunakan pil pertama dapat diminum 72 jam setelah koitus tanpa pelindung dan pil yang kedua 12 jam kemudian. Metode bekerja dengan cara menghambat ovulasi atau mencegah implantasi ovum yang telah dibuahi, yang bergantung pada tahap siklus menstruasi.
Sebuah uji coba terkontol acak dengan skala besar (WHO 1998) membandingkan metode progesteron-saja dengan metode kombinasi estrogen dan progesteron yang sebelumnya digunakan. Hasil menunjukan bahwa metode progesteron terbukti lebih efektif dengan efek samping yang lebih sedikit.
Mual kini tidak menjadi masalah utama pada metode progesteron saja tetapi tablet tambahan sebaiknya diminum jika wanita muntah 3 jam setelah meminum salah satu dosis pil. Periode selanjutnya harus ditekankan. Wanita  sebaiknya disarankan untuk menjalani tes kehamilan jika menstruasinya terlambat lebih dari 7 hari.
Angka kegagalan. Uji coba yang dilakukan WHO (1998) menunjukkan angka kegagalan sebesar 1% jika digunkan dalam 48 jam setelah koitus tanpa pelindung dan 3% jika digunakan terlambatn hingga 72 jam.
Penimbangan penting. Metode progesteron saja hanya memiliki sedikit kontrasindikasi, selain kehamilan dan kondisi medis lain yang telah diderita kontrasepsi darurat dapat dikontraindikasikan jika terdapat lebh dari satu kali episode koitus tanpa pelindung selama siklus, karena koitus yang sebelumnya mungkin telah menghasilkan kehamilan

2.1.1    Penggunanan kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat digunakan bila berhadapan dengan hubungan seks tanpa perlindungan, hubungan seks dengan perkosaan, hubungan seks dengan kondom yang bocor atau pecah, dan hubungan seks dengan menggunakan diafragma yang pecah atau penempatan salah. Dalam situasi demikian penggunaan kontrasepsi darurat diharapkan dapat menghindari kehamilan, sehingga menurunkan kehamilan yang tidak dikendaki (KTD).

2.1.2.   Metode kontrasepsi darurat
Perkembangan teknologi kontrasepsi Keluarga Berencana telah demikian majunya sehingga kontrasepsi darurat mengikuti dengan metode :
1.      Metode hormonal
a.       Pemberian derivat estrogen
b.      Pemeberian antiprogesterin mifepristone
c.       Metode Yupze dengan pil kombinasi estrogen da progesteron
d.      Metode postinor, pemberian levonorgestrel
e.       Pemberian Danazol



2.      Insersi IUCD
Penggunaan kontrasepsi darurat belum banyak dipraktikan di Indonesia, sekalipun di berbagai negara menunjukkan yang cukup memebrikan harapan.

2.1.3.   Konsep kerja kontrasepsi darurat
Waktu pemberian hormon atau insersi IUCD harus sudah dilakukan dalam waktu kurang 72 jam, setelah melakukan hubungan seks tanpa perlindungan alat kontrasepsi.
1.      Cara kerja kontrasepsi darurat hormonal.
a.       Komponene estrogen dosis tinggi atau derivatnya menghindari konsepsi dengan jalan :
·      Estrogen dengan dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim 9endometrium) tetap dalam keadaan fase poliferasi, sehingga tidak memungkinkan nidasi dari hasil konsepsi.
·      Dengan peristaltik tuba yang mengikat, spermatozoa tidak mungkin dapat mencapai ovum untuk melakukan konsepsi.
·      Dalam fase poliferasi endometrium tidak dapat menimbulkan suasana kapaistasi sempurna sehingga mengurangi kemampuan konsepsi spermatozoa.

b.      Komponen progesteron atau derivatya dalam dosis tinggi menghindari terjadinya konsepsi dan nidasi dengan jalan :
·      Mengentalkan lendir serviks endometrium, dan tuba falofii, sehingga mengurangi kemampuan bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum, sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi.
·      Pada endometrium, terjadi perubahan sehingga kurang memebrikan peluang untuk terjadinya nidasi.

2.      Cara kerja kontrasepsi darurat insersi IUCD
a.       IUCD berbentuk inert ssperti Lippes Loop menimbulkan reaksi benda asing dengan terjadi migrasi dari leukosit dan makrofag, pemadatan lapisan endometrium menyebabkan gangguan nidasi hasil konsepsi, sehingga tidak terjadi kehamilan
b.      IUCD yang mengandung Cupper, sehingga setelah insersi di samping menimbulkan pemandatan endometrium, melepaskan ion Cu dengan konsentrasi tinggi
·      Konsentrasi 2,5 x 10 mol/L bersifat blastosidal atau memebunuhnya sehingga tidak terjadi kehamilan.
·      Kontarsepsi yang leih tinggi bersifat embriotoksik sehingga kehamilan tidak terjadi

2.1.4.   Penyulit pemakaian kontrasepsi darurat
Penggunaan kontarsepsi darurat mempunyai penyulit sebagai berikut :
1)      kontrasepsi darurat hormonal
penyulit kontrasepsi darurat hormonal disebabkan komponen estrogen dan derivatnya yang menyebabkan keluhan atau penyulit seperti terasa mual, muntah-muntah, payudara tegang, dan nyeri, dan menorarhgia (perdarahan yang banyak). Keluhan ini terjadi pada jam atau hari pertama memakai kontrasepsi darurat hormonal yang dapat diatasi dengan memeberikan obat antimuntah.

2)      Kontrasepsi darurat IUCD
IUCD adalah benda asing yang dipasang pada rahim sekitar 72 jam samapi 7 hari setelah hubungan seks tanpa proteksi alat kontrasepsi. Penyulit yang berkaitan dengan pemasangan IUCD adalah :
a.    Infeksi alat genitalia, dalam bentuk infeksi penyakit hubungan seks , infeksi tanpa gejala yang jelas, dan infeksi sekitar panggul wanita.
b.    Peerorasi IUCD, pemasangan IUCD yang kurang legeartis mungkin menimbulkan perforasi dengan gejala sakit mendadak dan dapat disertai syok.
c.    Kehamilan berlangsung, pemasangan IUCD yang tidak mencapai fundus uteri menyebabkan daerah ini bebas dari pengaruh ion Cu, sehingga terjadi konsepsi, nidasi, dan kehamilan berlangsung.
Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan dalam memebrikan pelayanan kontrasepsi darurat perlu ditinggikan sehingga tujuan dapat tercapai tanpa menimbulkan penyulit, komplikasi, atau keluhan yang membahayakan.

2.1.5.   Pelayanan kontrasepsi darurat bagi yang memerlukan
Pelayanan kontarsepsi darurat dijabarkan secara rinci sebagai berikut :
1.      Metode hormonal
a.     Pemberian estrogen dosis tinggi
· Memberikan estrogen dengan dosis 50mg dua kali dengan interval 12 jam
· Memebrikan ethinylestradiol 5mg selama 5 hari
· Suntikan estradiol benzoate 30mg setiap hari selama 5 hari
b.    Pemberian antiprogestin mifepriston
· Mefepriston diberikan 200 mg setiap hari selama 4 hari, mulai hari 27 menstruasi
· Terjadi penurunan estrogen dan progesteron darah yang menimbulkan perdarahan, sehingga hasil konsepsi ikut ikut serta dalam perdarahan
c.    Metode Yupze
· Menggunakan tabelt KB kombinasi dengan dosis 50mcg ethinylestradiol dan 250 mcg levonenorgestrel
· Diberikan 2 tablet pertama diikuti 2 tablet berikutnya dengan interval 12 jam
· Hubungan seks tanpa proteksi sekitar 72 jam
d.   Metode  postinor
· Pemberian levonorgestrel 0,75mg satu jam setelah hubungan seks tanpa proteksi
· Penggunaannya hanya 4 tablet dalam satu bulan
e.    Penggunaan Danazol
· Pemberian Danazol 600mg dua kali dengan interval 12 jam
· Efeknya sebagai kontrasepsi darurat kurang menguntungkan
2.      Metode insersi IUCD
Insersi IUCD dalam waktu 72 jam sampai banyak manfaatnya sebagai kontrasepsi darurat, yang dapat dipertimbangkan pemakainnya. Perlu diperhatikan pemakaiannya pada wanita muda yang belum punya anak (remaja) dengan komplikasi infeksi dapat menimbulkan infertilitas.

2.2       Kontrasepsi Terkini
2.2.1    METODE KONTRASEPSI TERKINI ( masa datang)
Tidak dapat dipungkiri memeang harus diakui bahwa belum ada metode yang 100% efektif dan aman, bebas efek samping, mudah digunakan, tidak berkaitan dengan tindakan seksual, dan diterima oleh semua agama. Metode kontrasepsi yang baru masih digali dan metode kontrasepsi yang ada saat ini masih dilteliti untuk perbaikan. Dasar pada penelitian yang dilakukan adalah penyebab efek samping, hubungan yang mungkin antara metode tertentu dan penyakit (keamanan) serta mekanisme kerjanya. Sangat penting mengembangkan suatu cara untuk memperkirakan waktu ovulasi secara akurat sekurang-kurangnya empat hari sebelumnya.
Metode kontrasepsi baru yang potensial, yang merupakan tipe dari metode yang telah ada ( contohnya, metode penghambat, metode hormonal).

2.2.2     Vaksin
Pendekatan imunologi terhadap pengendalian fertilitas adalah pendekatan yang dibarengi berbagai masalah, tetapi yang paling utama adalah menemukan antigen yang sifatnya unik terhadap saluran reproduksi dan  tidak akan menimbulkan suatu reaksi jaringan di luar sistem reproduksi. Beberapa hormon telah diperkirakan, terutama human chorionic gonadotropin (hCG) dan juga zat-zat yang terdapat unit yang serupa dengan hormon tersebut lain, dan antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap hCG dapat merusak kelenjar hipofisis dan ginjal. Pengembangan vaksin antisperma mulai dilakukan. Tidak ada vaksin yang mendekati hasil uji coba klinis.

            2.2.3    Metode Kontrasepsi Pria
Penelitian tentang metode kontrasepsi pria selalu tertinggal dibandingkan penelitian metode untuk wanita. Beberapa kemungkinan, adalah hormon atau yang berdampak pada yang telah dibahas :
1.             Melatonin (dari kelenjar pinealis); menekan pelepasan gonadotropin releasing factor. Masalah : Melatonin mereupakan satu-satunya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus sebagai respons terhadap kegelapan.
2.             Gossypol (ditemukan dalam minyak biji kapas): menurunkan presentase sperma sperma yang bergerak, meningkatkan presentase sperma abnormal, menyebabkan penurunan secara bertahap jumlah sperma sampai seorang pria mengalami azoospermia; dapat juga memiliki dampak antivirus/anti-HIV. Masalah : efek sampin, tidak dapat kembali ke keadan semula.
3.             Tripterigium wilfordii (tanaman yang digunakan dalam pengobatan herbal Cina); penelitian pada tikus dilakukan untuk menentukan efek tanaman tersebut; dapat juga berfungsi sebagai anti-HIV.
4.             Suntikan testosteron: menghambat spermatogeneesis. Masalah: membutuhkan suntikan setiap minggu: kemungkinan mengakibatkan efek samping
5.             Progestrin/kombinasi progestin-antiandrogen/antiandrogen: menghambat spermatogenesis. Masalah : efek samping, meliputi penurunan libidodan kekuatan; pencapaian azoospermia yang tidak konsisten: kehilangan karakteristik sekunder.
6.             Penghambat (hormon peptida gonad): menekan hormon penstimulasi folikel (FSH) dan menghambat spermatogenensis.masalah : tidak banyak diketahui tentang peran FSH pada fetilitas pria
7.             Luteinzing hormone releasing hormone (LHRH): memiliki empat kemungkinan kerja kontrasepsi. Masalah : efek samping, meliputi penurunan libido dan karakteristik seks sekunder : penurunan testosteron
8.             Vaksin pria : menggunakan antigen dalam saluran reproduksi untuk merangang produksi antibodi yang memepengaruhi hormon yang dihasilkan dalam testis, kelenjar hipofisis, atau hipotalamus.

2.2.4    Macam-macam Kontrasepsi Terkini
            1. Kontrasepsi koyo (koyo KB)
                    Koyo KB ditempelkan seminggu sekali selama 3 minggu berturut-turut. Koyo ditempelkan dikulit kemudian didiamkan selama 1 minggu, kemudian dilepas. Koyo yang baru ditempelkan di area kulit yang berbeda. Pada minggu ke 4 Koyo KB tidak digunakan. Olahraga dan sauna maupun penggunaan bak mandi air panas tidak akan menggeser posisi koyo KB ini.

2.    Cincin Vagina
Cincin vagina merupakan alat plastik kecil yang ditempatkan dalam vagina selama 3 minggu. Kemudian, cincin dilepas selama 1 minggu. Seorang wanita dapat memasang dan melepas cincin vagina sendiri. Cincin vagina terdiri dari satu ukuran dan dapat ditempatkan di mana saja di dalam vagina. Biasanya cincin tidak dirasakan pasangan sewaktu berhubungan. Cincin vagina yang baru diganti setiap bulannya. Masing-masing metode efektif bila digunakan secara benar dan sempurna. Efektivitasnya sama dengan kontrasepsi oral. Terkadang, koyo kontrasepsi kurang efektif pada wanita yang kelebihan berat badan (overweight).

Koyo KB dan cincin vagina mengandung estrogen dan progestin dan digunakan selama 3 sampai 4 minggu, kemudian dilepas. Pada minggu keempat, kontrasepsi tersebut tidak digunakan supaya menstruasi dapat terjadi.
Dengan metode koyo KB dan cincin vagina, wanita memiliki periode menstruasi yang teratur. Bercak maupun perdarahan jarang terjadi. Efek samping, risiko, dan batasan/larangan sama dengan kontrasepsi oral kombinasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar