Definisi kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat dapat digunakan
sebagai cadangan jika kontrasepsi tidak digunakan secara tidak benar, atau
gagal (kegagalan kondom). Dua metode biasa digunakan.
Alat dalam rahim tembaga merupakan
metode paling efektif, dengan angka kegagalan kurang dari 1%. Jika alat ini
dipasang dalam waktu 5 hari dari koitus tanpa pelindung atau perkiraan tanggal
ovulasi yang jauh lebih awal, implantasi ovum yang telah dapat dibuahi dapat
dihindari. Jika tepat, alat ini juga dapat dibiarkan terpasang sebagai kontrasepsi di masa akan
datang.
Selain itu metode progesteron saja yang
terdiri atas dua pil yang masing-maing mengandung 750mg prosteron
levonorgstrerl, dapat digunakan pil pertama dapat diminum 72 jam setelah koitus
tanpa pelindung dan pil yang kedua 12 jam kemudian. Metode bekerja dengan cara
menghambat ovulasi atau mencegah implantasi ovum yang telah dibuahi, yang
bergantung pada tahap siklus menstruasi.
Sebuah uji coba terkontol acak dengan
skala besar (WHO 1998) membandingkan metode progesteron-saja dengan metode
kombinasi estrogen dan progesteron yang sebelumnya digunakan. Hasil menunjukan
bahwa metode progesteron terbukti lebih efektif dengan efek samping yang lebih
sedikit.
Mual kini tidak menjadi masalah utama
pada metode progesteron saja tetapi tablet tambahan sebaiknya diminum jika
wanita muntah 3 jam setelah meminum salah satu dosis pil. Periode selanjutnya
harus ditekankan. Wanita sebaiknya
disarankan untuk menjalani tes kehamilan jika menstruasinya terlambat lebih
dari 7 hari.
Angka kegagalan. Uji coba yang dilakukan
WHO (1998) menunjukkan angka kegagalan sebesar 1% jika digunkan dalam 48 jam
setelah koitus tanpa pelindung dan 3% jika digunakan terlambatn hingga 72 jam.
Penimbangan penting. Metode progesteron
saja hanya memiliki sedikit kontrasindikasi, selain kehamilan dan kondisi medis
lain yang telah diderita kontrasepsi darurat dapat dikontraindikasikan jika
terdapat lebh dari satu kali episode koitus tanpa pelindung selama siklus,
karena koitus yang sebelumnya mungkin telah menghasilkan kehamilan
2.1.1 Penggunanan
kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat digunakan bila
berhadapan dengan hubungan seks tanpa perlindungan, hubungan seks dengan
perkosaan, hubungan seks dengan kondom yang bocor atau pecah, dan hubungan seks
dengan menggunakan diafragma yang pecah atau penempatan salah. Dalam situasi
demikian penggunaan kontrasepsi darurat diharapkan dapat menghindari kehamilan,
sehingga menurunkan kehamilan yang tidak dikendaki (KTD).
2.1.2. Metode kontrasepsi
darurat
Perkembangan teknologi kontrasepsi Keluarga Berencana telah
demikian majunya sehingga kontrasepsi darurat mengikuti dengan metode :
1.
Metode hormonal
a.
Pemberian derivat estrogen
b.
Pemeberian antiprogesterin
mifepristone
c.
Metode Yupze dengan pil
kombinasi estrogen da progesteron
d.
Metode postinor, pemberian
levonorgestrel
e.
Pemberian Danazol
2.
Insersi IUCD
Penggunaan kontrasepsi
darurat belum banyak dipraktikan di Indonesia, sekalipun di berbagai negara
menunjukkan yang cukup memebrikan harapan.
2.1.3. Konsep kerja
kontrasepsi darurat
Waktu pemberian hormon atau insersi IUCD harus sudah dilakukan
dalam waktu kurang 72 jam, setelah melakukan hubungan seks tanpa perlindungan
alat kontrasepsi.
1.
Cara kerja kontrasepsi
darurat hormonal.
a.
Komponene estrogen dosis
tinggi atau derivatnya menghindari konsepsi dengan jalan :
· Estrogen dengan dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim
9endometrium) tetap dalam keadaan fase poliferasi, sehingga tidak memungkinkan
nidasi dari hasil konsepsi.
· Dengan peristaltik tuba yang mengikat, spermatozoa tidak mungkin
dapat mencapai ovum untuk melakukan konsepsi.
· Dalam fase poliferasi endometrium tidak dapat menimbulkan suasana
kapaistasi sempurna sehingga mengurangi kemampuan konsepsi spermatozoa.
b.
Komponen progesteron atau
derivatya dalam dosis tinggi menghindari terjadinya konsepsi dan nidasi dengan
jalan :
· Mengentalkan lendir serviks endometrium, dan tuba falofii,
sehingga mengurangi kemampuan bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum,
sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi.
· Pada endometrium, terjadi perubahan sehingga kurang memebrikan
peluang untuk terjadinya nidasi.
2.
Cara kerja kontrasepsi
darurat insersi IUCD
a.
IUCD berbentuk inert ssperti
Lippes Loop menimbulkan reaksi benda asing dengan terjadi migrasi dari leukosit
dan makrofag, pemadatan lapisan endometrium menyebabkan gangguan nidasi hasil
konsepsi, sehingga tidak terjadi kehamilan
b.
IUCD yang mengandung Cupper,
sehingga setelah insersi di samping menimbulkan pemandatan endometrium,
melepaskan ion Cu dengan konsentrasi tinggi
· Konsentrasi 2,5 x 10 mol/L bersifat blastosidal atau memebunuhnya
sehingga tidak terjadi kehamilan.
· Kontarsepsi yang leih tinggi bersifat embriotoksik sehingga
kehamilan tidak terjadi
2.1.4. Penyulit pemakaian
kontrasepsi darurat
Penggunaan kontarsepsi darurat mempunyai penyulit sebagai berikut
:
1)
kontrasepsi darurat hormonal
penyulit kontrasepsi darurat hormonal disebabkan komponen estrogen
dan derivatnya yang menyebabkan keluhan atau penyulit seperti terasa mual,
muntah-muntah, payudara tegang, dan nyeri, dan menorarhgia (perdarahan yang
banyak). Keluhan ini terjadi pada jam atau hari pertama memakai kontrasepsi
darurat hormonal yang dapat diatasi dengan memeberikan obat antimuntah.
2)
Kontrasepsi darurat IUCD
IUCD adalah benda asing
yang dipasang pada rahim sekitar 72 jam samapi 7 hari setelah hubungan seks
tanpa proteksi alat kontrasepsi. Penyulit yang berkaitan dengan pemasangan IUCD
adalah :
a. Infeksi alat genitalia, dalam bentuk infeksi penyakit hubungan
seks , infeksi tanpa gejala yang jelas, dan infeksi sekitar panggul wanita.
b. Peerorasi IUCD, pemasangan IUCD yang kurang legeartis mungkin
menimbulkan perforasi dengan gejala sakit mendadak dan dapat disertai syok.
c. Kehamilan berlangsung, pemasangan IUCD yang tidak mencapai fundus
uteri menyebabkan daerah ini bebas dari pengaruh ion Cu, sehingga terjadi konsepsi,
nidasi, dan kehamilan berlangsung.
Dengan demikian pengetahuan dan
keterampilan dalam memebrikan pelayanan kontrasepsi darurat perlu ditinggikan
sehingga tujuan dapat tercapai tanpa menimbulkan penyulit, komplikasi, atau
keluhan yang membahayakan.
2.1.5. Pelayanan
kontrasepsi darurat bagi yang memerlukan
Pelayanan kontarsepsi darurat dijabarkan secara rinci sebagai
berikut :
1.
Metode hormonal
a. Pemberian estrogen dosis tinggi
· Memberikan estrogen dengan dosis 50mg dua kali dengan interval 12
jam
· Memebrikan ethinylestradiol 5mg selama 5 hari
· Suntikan estradiol benzoate 30mg setiap hari selama 5 hari
b. Pemberian antiprogestin mifepriston
· Mefepriston diberikan 200 mg setiap hari selama 4 hari, mulai hari
27 menstruasi
· Terjadi penurunan estrogen dan progesteron darah yang menimbulkan
perdarahan, sehingga hasil konsepsi ikut ikut serta dalam perdarahan
c. Metode Yupze
· Menggunakan tabelt KB kombinasi dengan dosis 50mcg
ethinylestradiol dan 250 mcg levonenorgestrel
· Diberikan 2 tablet pertama diikuti 2 tablet berikutnya dengan
interval 12 jam
· Hubungan seks tanpa proteksi sekitar 72 jam
d. Metode postinor
· Pemberian levonorgestrel 0,75mg satu jam setelah hubungan seks
tanpa proteksi
· Penggunaannya hanya 4 tablet dalam satu bulan
e. Penggunaan Danazol
· Pemberian Danazol 600mg dua kali dengan interval 12 jam
· Efeknya sebagai kontrasepsi darurat kurang menguntungkan
2.
Metode insersi IUCD
Insersi IUCD dalam
waktu 72 jam sampai banyak manfaatnya sebagai kontrasepsi darurat, yang dapat
dipertimbangkan pemakainnya. Perlu diperhatikan pemakaiannya pada wanita muda
yang belum punya anak (remaja) dengan komplikasi infeksi dapat menimbulkan
infertilitas.
2.2 Kontrasepsi Terkini
2.2.1 METODE KONTRASEPSI
TERKINI ( masa datang)
Tidak dapat dipungkiri memeang harus
diakui bahwa belum ada metode yang 100% efektif dan aman, bebas efek samping,
mudah digunakan, tidak berkaitan dengan tindakan seksual, dan diterima oleh
semua agama. Metode kontrasepsi yang baru masih digali dan metode kontrasepsi
yang ada saat ini masih dilteliti untuk perbaikan. Dasar pada penelitian yang
dilakukan adalah penyebab efek samping, hubungan yang mungkin antara metode
tertentu dan penyakit (keamanan) serta mekanisme kerjanya. Sangat penting
mengembangkan suatu cara untuk memperkirakan waktu ovulasi secara akurat
sekurang-kurangnya empat hari sebelumnya.
Metode kontrasepsi baru yang potensial,
yang merupakan tipe dari metode yang telah ada ( contohnya, metode penghambat,
metode hormonal).
2.2.2 Vaksin
Pendekatan imunologi terhadap
pengendalian fertilitas adalah pendekatan yang dibarengi berbagai masalah,
tetapi yang paling utama adalah menemukan antigen yang sifatnya unik terhadap
saluran reproduksi dan tidak akan
menimbulkan suatu reaksi jaringan di luar sistem reproduksi. Beberapa hormon
telah diperkirakan, terutama human
chorionic gonadotropin (hCG) dan juga zat-zat yang terdapat unit yang
serupa dengan hormon tersebut lain, dan antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respons terhadap hCG dapat merusak kelenjar hipofisis dan ginjal.
Pengembangan vaksin antisperma mulai dilakukan. Tidak ada vaksin yang mendekati
hasil uji coba klinis.
2.2.3 Metode Kontrasepsi Pria
Penelitian tentang metode kontrasepsi pria selalu tertinggal
dibandingkan penelitian metode untuk wanita. Beberapa kemungkinan, adalah
hormon atau yang berdampak pada yang telah dibahas :
1.
Melatonin (dari kelenjar
pinealis); menekan pelepasan gonadotropin releasing factor. Masalah : Melatonin
mereupakan satu-satunya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus
sebagai respons terhadap kegelapan.
2.
Gossypol (ditemukan dalam minyak biji kapas): menurunkan presentase sperma sperma yang bergerak, meningkatkan
presentase sperma abnormal, menyebabkan penurunan secara bertahap jumlah sperma
sampai seorang pria mengalami azoospermia; dapat juga memiliki dampak antivirus/anti-HIV.
Masalah : efek sampin, tidak dapat kembali ke keadan semula.
3.
Tripterigium wilfordii
(tanaman yang digunakan dalam pengobatan herbal Cina); penelitian pada tikus
dilakukan untuk menentukan efek tanaman tersebut; dapat juga berfungsi sebagai
anti-HIV.
4.
Suntikan testosteron:
menghambat spermatogeneesis. Masalah: membutuhkan suntikan setiap minggu:
kemungkinan mengakibatkan efek samping
5.
Progestrin/kombinasi
progestin-antiandrogen/antiandrogen: menghambat spermatogenesis. Masalah : efek
samping, meliputi penurunan libidodan kekuatan; pencapaian azoospermia yang
tidak konsisten: kehilangan karakteristik sekunder.
6.
Penghambat (hormon peptida gonad): menekan hormon
penstimulasi folikel (FSH) dan menghambat spermatogenensis.masalah : tidak
banyak diketahui tentang peran FSH pada fetilitas pria
7.
Luteinzing hormone releasing hormone (LHRH): memiliki empat kemungkinan kerja kontrasepsi. Masalah : efek
samping, meliputi penurunan libido dan karakteristik seks sekunder : penurunan
testosteron
8.
Vaksin pria : menggunakan antigen dalam saluran reproduksi untuk merangang
produksi antibodi yang memepengaruhi hormon yang dihasilkan dalam testis,
kelenjar hipofisis, atau hipotalamus.
2.2.4 Macam-macam
Kontrasepsi Terkini
1. Kontrasepsi koyo (koyo
KB)
Koyo KB ditempelkan
seminggu sekali selama 3 minggu berturut-turut. Koyo ditempelkan dikulit
kemudian didiamkan selama 1 minggu, kemudian dilepas. Koyo yang baru
ditempelkan di area kulit yang berbeda. Pada minggu ke 4 Koyo KB tidak
digunakan. Olahraga dan sauna maupun penggunaan bak mandi air panas tidak akan
menggeser posisi koyo KB ini.
2. Cincin Vagina
Cincin vagina merupakan
alat plastik kecil yang ditempatkan dalam vagina selama 3 minggu. Kemudian,
cincin dilepas selama 1 minggu. Seorang wanita dapat memasang dan melepas
cincin vagina sendiri. Cincin vagina terdiri dari satu ukuran dan dapat
ditempatkan di mana saja di dalam vagina. Biasanya cincin tidak dirasakan
pasangan sewaktu berhubungan. Cincin vagina yang baru diganti setiap bulannya.
Masing-masing metode efektif bila digunakan secara benar dan sempurna.
Efektivitasnya sama dengan kontrasepsi oral. Terkadang, koyo kontrasepsi kurang
efektif pada wanita yang kelebihan berat badan (overweight).
Koyo KB dan cincin vagina mengandung
estrogen dan progestin dan digunakan selama 3 sampai 4 minggu, kemudian
dilepas. Pada minggu keempat, kontrasepsi tersebut tidak digunakan supaya
menstruasi dapat terjadi.
Dengan metode koyo KB dan cincin vagina,
wanita memiliki periode menstruasi yang teratur. Bercak maupun perdarahan
jarang terjadi. Efek samping, risiko, dan batasan/larangan sama dengan
kontrasepsi oral kombinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar