Depresi Pasca Kelahiran (Post Partum Blues)
2.1.1
Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Post Partum Blues adalah periode emosional stress yang terjadi antara
hari ketiga dan hari kesepuluh setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu
post partum.
Post Partum Blues adalah bentuk depresi yang paling ringan biasanya
timbul antara hari kedua sampai dua minggu yang disebabkan oleh perubahan
hormonal pada pertengahan masa post partum. (Yeti Anggraeni)
2.1.2
Penyebab Post Partum Blues
Faktor-faktor
yang mungkin menyebabkan post partu blues adalah:
a.
Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu dengan melahirkan
yang kurang menyenangkan dapat menyebabkan ibu sedih
b.
Perasaan yang sangat down setelah melahirkan, biasanya
terjadi peningkatan emosi yang disertai dengan tangisan
c.
Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat menyebabkan ibu
merasa tidak mampu merawat bayi dengan baik
d.
Kesulitan dalam memenuhi kewajiban setelah melahirkan,
seperti member makan bayi, merawat bayi dan lain-lain.
e.
Adanya konflik dengan staff, misalnya dengan keluarga atau
suami.
2.1.3 Gejala Post Partum Blues
Gejala-gejala yang terjadi: reaksi depresi/sedih/disforia, menagis, mudah
tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri
sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
2.1.4
Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Banyak factor
yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakan psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih
baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting
dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya
dapat dilakukan dengan:
1. beristirahat ketika bayi tidur
2. olah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
2.2 Depresi Post
Partum
2.2.1
Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai
1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi
3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional
meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum
adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10
hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6
bulan atau bahkan sampai satu tahun.
2.2.2 Penyebab
Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina
dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
2.2.3 Gejala
Depresi Post Partum
Gejala yang
menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. berkurangnya energi
2. penurunan efek
3. hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang
dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. kelelahan dan perubahan mood
3. gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak
mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
2.2.4 Gambaran
Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang
dapat berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. keadaan hormonal
2. dukungan sosial
3. emotional relationship
4. komunikasi dan kedekatan
5. struktur keluarga
6. antropologi
7. perkawinan
8. demografi
9. stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah
prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada
ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
2.3 Post Partum Psikosa
2.3.1
Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan.
2.3.2 Penyebab
Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah
psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut
mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
2.3.3 Gejala
Post Partum Psikosa
Gejala yang
sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
2.3.4 Gambaran
Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood
secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam
waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam
beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh
sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa
cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya
harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan
psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada
penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar