Konsep
mekanisme kerja menstruasi
A. Konsep
menstruasi
Menstruasi ialah suatu
perdarahan fisiologis sebanyak 30-60 cc dari rahim,yang dikeluarkan melalui
vagina pada seorang wanita dewasa sehat, tidak hamil, dalam masa reproduksi,
dan perdarahan ini berlangsung secara siklus kurang lebih 1 bulan sekali,
dengan rata-rata 28 hari sekali. Siklus menstruasi sangat berhubungan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada endrometrium, sedangkan
perubahan-perubahan pada endrometrium dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
secara berkala disekresikan oleh ovarium. Pada gilirannya ovarium dipengaruhi
lagi oleh hormon-hormon dari hypophyse.
Hormon-hormon yang berhubungan
dengan siklus menstruasi ialah:
1.
Hormon-hormon yang dihasilkan
gonadotropin hipofisis :
a. Luteinizing
Hormon (LH)
LH merupakan
glikoprotein dengan BM sekitar 28.000. Terdiri dari satu unit alfa dan satu
unit beta. Waktu paruh plasma awal dari awal LH sekitar 30 menit. LH dihasilkan
oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi
mematangkan folikel dan sel telur, serta merangsang terjadinya ovulasi. Folikel
yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh
sel-sel lutein dan disebut korpus luteum.
b. Folikel
Stimulating Hormon (FSH)
FSH merupakan
glikoprotein dengan BM sekitar 33.000 yang terdiri dari satu unit alfa dan satu
unit beta, sedangkan waktu paruh awalnya adalah 3 jam. FSH dihasilkan oleh
sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi ovarium
sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan
folikel primer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut
menjadi folikel yang menghasilkan estrogen.
c. Prolaktin
Releasing Hormon (PRH)
Berbeda dengan LH dan
FSH, prolaktin terdiri dari satu rantai peptida dengan 198 asam amino, dan sama
sekali tidak mengandung karbohidrat. BM-nya adalah sekitar 25.000. Secara
pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki
susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic
hormone, TSH, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin
mempengaruhi payudara dan laktasi, serta berperan pada pembentukan dan fungsi
korpus luteum.
2.
Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan
progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini
juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer
melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar
plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas
steroidogenik dari ovarium.
a. Estrogen
Fase pubertas terjadi
perkembangan sifat seks sekunder. Kemudian juga terjadi perkembangan sifat seks
sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar
mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus,
hormon estrogen menyebabkan endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan
endometrium berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih
banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Hormon estrogen
dihasilkan oleh teka interna folikel. Estradiol (E2) merupakan produk yang
paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan
efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran. Peninggian
kadar estradiol plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel
pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estradiol serum akan mencapai kadar
terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar estradiol
plasma yang akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, yang akan
mencerminkankan sekresi estrogen oleh korpus luteum. Studi kateterisasi telah
menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol plasma pada fase pra-evolusi dan
pertengahan fase lueal dari siklus. Prinsipnya mencerminkan sekresi dari
ovarium yang mengandung folikel dominan atau pra-ovulasi, yang kelak akan
menjadi korpus luteum
b. Progesteron
Kadar progesteron
adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar
progesteron akan mencapai plateau yaitu antara 10-20 ng/ ml (32-64 nmol) pada
pertengahan fase luteal. Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam
sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus luteum. Pengukuran kadar
progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar
progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l) mengisyaratkan bahwa ovulasi
telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah dipengaruhi hormon estrogen
selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan korpus luteum menjadi
stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar
mensekresi zat yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang
akan berimplantasi. Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar.
c. Androgen
Androgen merupakan
hormon steroid dengan 19 atom C dan yang termasuk androgen yaitu : testosteron,
DTH, 17 ketosteroid DHEA, dihidroeplandrosteron, juga termasuk golongan ini
tetapi khasiat androgennya lemah. Androgen merangsang pertumbuhan rambut di
daerah aksila dan pubes serta mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama
sintesis steroid di ovarium dan adrenal, sebagai pembakal estrogen. Androgen
pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan
menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar
rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39
nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi.
B. Mekanisme
kontrasepsi
Pada
seorang wanita dewasa setelah menstruasi hypothalamus mengsekresikan suatu
hormon peptide disebut GnRF (gonadotropin Releasing Factor). Mula-mula GnRF
mempengaruhi sel-sel adenohypophyse untuk mengsekresikan FSH . GnRF juga
mempengaruhi sel-sel adenohypophyse mengsekresikan suatu hormon glikoprotein
lain, yaitu LH. FSH dan LH mempengaruhi sel-sel folikel mengsekresikan hormone
estrogen. Sedangkan LH sendiri menyebabkan terjadinya ovulasi, pembentukan
corpus luteum dan sekresi relaxin, estrogen dan progesteron oleh corpus luteum.
Kadar estrogen akan mencapai puncaknya pada ± hari ke-12 siklus. Kadar estrogen
yang tinggi akan melakukan feed back negatif terhadap produksi FSH, maka kadar
FSH menurun. Tetapi kadar estrogen yang tinggi menyebabkan sekresi LH meningkat
kurang lebih pada hari ke-14 siklus, sehingga terjadi ovulasi. Tumbuhnya corpus
luteum dan meningkatnya sekresi estrogen, progesteron akan mencapai puncaknya
pada hari ke-22 siklus. Bila tidak terjadi pembuahan, kadar yang tinggi dari
estrogen dan progesteron akan menghambat produksi LH dan FSH , karena corpus
luteum sangat bergantung pada LH, maka corpus luteum akan artropi, kadar
estrogen dan progesteron menurun dan dimulailah siklus baru.
1. Fase
menstruasi
Bila tidak terjadi fertilisasi, tidak akan terbentuk embrio yang dapat
mengsekresikan hormon-hormon untuk mempertahankan corpus luteum, corpus luteum
akan berdegenerasi, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Hal ini akan
menaikkan prostaglandin, diikuti spasme pembuluh darah endometrium, nekrosis
terjadi pada lapisan fungsional endometrium. Lapisan fungsional yang nekrosis
ini kemudian akan diluluhkan bersamaan dengan darah, cairan jaringan , lendir,
prostaglandin dan suatu fibrinolysin yang berasal dari jaringan endometrium.
Fibrinolysin ini akan melarutkan bekuan darah, maka darah menstruasi tidak akan
membeku kecuali bila pendarahan sangat banyak , dimana jumlah fibrinolysin
tidak cukup melarutkan semua bekuan darah.
Pendarahan menstruasi berlangsung antara 1-8 hari dengan rata-rata 4-5
hari. Setelah darah berhenti hanya tersisa lapisan basalis endrometrium yang
tipis. Hari pertama keluar menstruasi, dihitung sebagai hari ke-1 siklus
menstruasi. Siklus ini akan berulang setiap 24-35 hari, dengan rata-rata 28
hari. Siklus menstruasi pertama terjadi pada gadis pubertas yang berumur 12-14
tahun, disebut menarche. Siklus menstruasi akan berhenti pada umur 48-50 tahun
disebut menopause, menandakan diakhirinya periode reproduksi seorang wanita.
Sewaktu hamil menstruasi tidak terjadi. Menopause itu sendiri biasanya
didahului oleh climateric, dimana menstruasi menjadi tidak teratur dan jarang,
disertai rasa panas di muka, keringatan, sakit-sakit kepala, badan dan gangguan
emosi. Climateric disebabkan folikel primordial pada ovarium yang sudah tua
berkurang jumlahnya dan tidak sensitif lagi terhadap LH dan FSH, kadar estrogen
dan progesteron menurun disertai artropi alat-alat kelamin.
2. Fase
preovulasi (fase proliferasi)
Fase
ini ialah periode diantara akhir menstruasi dan ovulasi. Pada fase preovulasi
ini kadar FSH dan LH meningkat yang menyebabkan kenaikan tajam dari estrogen,
terjadi mitosis (proliferasi) dan stratum basalis, endometrium menebal sampai
setebal 6 mm dan terbentuklah stratum fungsional. Pada akhir fase ini satu
(kadang dua atau lebih) folikel ovarium berkembang menjadi folikel de Graff,
kemudian atas pengaruh LH terjadi ovulasi. Lama fase preovulasi sangat
bervariasi, diantara 6-20 hari, rata-rata 14 hari. Ovulasi biasanya terjadi
pada hari ke-14 siklus menstruasi.
Proses
Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur. Proses ovulasi dipengaruhi oleh
hormon, yaitu FSH dan LH . Kedua hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
di dalam otak. Pada saat inilah seorang wanita dikatakan mengalami masa subur
jika kedua hormon ini sudah ada di dalam darahnya . Hormon FSH akan memacu
pertumbuhan folikel ( lihat gambar ) yang disebut Folikel de Graff (FDG) ,
hormon FSH ini hanya memacu salah satu dari folicle yang ada di ovarium .
Folikel de Graff akan mensekresi Estrogen dan adanya estrogen akan memacu
hipofise mengeluarkan LH menghentikan FSH . Adanya LH membuat FDG matang dan
pecah sehingga telur keluar dari ovarium menuju tuba falopii ( OVULASI).
Mulai pada hari pertama siklus ini sel telur bersama folikelnya akan
mengalami pematangan. Lalu pada sekitar 13 - 15 hari sebelum hari pertama haid
akan terjadi ovulasi. Setelah sel telur masak, selanjutnya akan dikeluarkan
dari ovarium. Dalam proses ini, sel telur berada di dalam folikel. Folikel dan
dinding ovarium robek, akhirnya sel telur yang sudah matang akan keluar dan
masuk ke dalam oviduk (tuba falopi) melalui infundibulum, yaitu bagian yang
berbentuk seperti jari-jari.
Telur yang telah dewasa ini akan masuk ke dalam saluran telur (tuba
falopi) yang akan menghanyutkannya ke dalam rahim dengan cairan khusus. Sel
telur dewasa ini baru akan dapat dibuahi dalam tempo 24 jam setelah dilepaskan
oleh indung telur (ovarium) yaitu pada saat dalam perjalanan menuju rahim.
Setelah sel telur dilepaskan, maka sel folikel menjadi kosong. Sel ini kemudian
akan berubah menjadi korpus luteum.
Pembentukan korpus luteum ini didukung oleh LH. Terbentuknya korpus
luteum akan memicu terbentuknya hormon progesteron
dengan mengerti siklus ini diharapkan akan lebih mudah dimengerti
bagaimana obat-obatan yang bekerja pada sistem reproduksi pada wanita
Bahwa setelah pelepasan sel telur, maka folikel akan kosong, selanjutnya
akan membentuk korpus luteum yang berwarna kuning.
Folicle de Graff yang merupakan hasil pembesaran folicle akibat FSH dari
Hipofise akan menghasilkan hormon Estrogen, Hormon ini akan menyebabkan
terjadinya penebalan dinding rahim, menghentikan FSH , memacu LH dan membentuk
kelamin sekunder.
Korpus luteum ini akan memacu terbentuknya hormon progesteron. Hormon ini
tersekresi karena ada rangsangan dari LH yang datang dari Hipofise , adanya
progesteron akan
menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim atau endometrium yang disertai pembentukan pembuluh darah , hormon ini akan mengalami penurunan jumlah, kemudian korpus luteum akan berdegenerasi, yang diikuti peluruhan yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Akibatnya, terjadi pendarahan yang disebut dengan peristiwa menstruasi.
menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim atau endometrium yang disertai pembentukan pembuluh darah , hormon ini akan mengalami penurunan jumlah, kemudian korpus luteum akan berdegenerasi, yang diikuti peluruhan yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Akibatnya, terjadi pendarahan yang disebut dengan peristiwa menstruasi.
3. Fase
postovulasi (fase sekresi)
Periode di antara saat ovulasi dan menstruasi yang akan datang. Setelah
ovulasi LH merangsang pertumbuhan corpus luteum. Corpus luteum mengsekresikan
estrogen dan progesteron. Progesteron menyebabkan pembuluh darah pada stroma
endometrium berkelok-kelok, endometrium menjadi tebal, mengandung banyak cairan
dan glikogen. Kesemuanya ini merupakan persiapan dari endometrium untuk
menerima ovum yang sudah dibuahi. Tujuannya agar ovum yang telah dibuahi dapat
membenamkan diri (nidasi) ke dalam endometrium yang sudah penuh dengan nutrien
dimana nutrien ini sangat diperlukan untuk perkembangan janin-bila tidak
terjadi nidasi, kadar estrogen dan progesteron yang tinggi akan menghambat
sekresi LH, corpus luteum pada ovarium berdegenerasi menjadi corpus albicans.
Akibatnya kadar progesteron menurun, timbullah menstruasi lagi.
Fase post ovulasi merupakan fase yang paling konstan, yaitu ± 14 hari
sebelum menstruasi yang akn datang (hari ke-15 sampai hari ke-28 pada siklus 28
hari). Kalau terjadi kehamilan, maka plasenta yang sedang berkembang dari janin
akan memproduksi Huma Chorionic Gonadotropin, yang berfungsi sebagai LH untuk
mempertahankan corpus luteum tetap aktif selama ± 3 bulan. Corpus luteum ini
disebut corpus luteum graviditatum. Bila placenta telah tumbuh sempurna, maka
placenta sendiri sanggup memproduksi cukup estrogen untuk mempertahankan kehamilan.
Mekanisme kerja hormon progesteron
Mekanisme
kerjanya terutama bertujuan menciptakan lingkungan lendir servik yang lembab
dan tidak dapat dimasuki oleh sperma. Keadaan ini juga menekan ovulasi dan
menyebabkan endometrium menjadi tipis dan atrofi sehingga tidak akan mengandung
implantsi sel telur.
a.
ovulasi
Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi
hormon LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi puncak mid-siklus.
(pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini
menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya).
Pada keadaan normal (tidak menggunakan
kontrasepsi) akan terjadi lonjakan LH yang akan menegluarkan progesteron,
sehingga terjadilah ovulasi.
Dengan adanya kontrasepsi hormonal
progestin akan mempengaruhi sekresi hormon LH oleh kelenjar hipofisis sehingga
sehingga tidak akan terjadi lonjakan progesteron dan tidak menyebabkan ovulasi.
Tetapi, meskipun terjadi perubahan kadar hormon LH, tampaknya
ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi.
b.
Perubahan
dalam motilitas tuba
Transpor
ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat sehinga mengurangi kemungkian
terjadinya fertilisasi sehingga apabila sperma berhasil melewati uterus, sperma
tersebut tidak akan bertemu dengan ovum dan tidak terjadi fertilisasi.
c.
Perubahan
lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa
Progestin
mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir
serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi
spermatozoa, spermatozoanya akan dimobilisir, pergerakannya sangat lambat
sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang mencapai
cavum uteri.
Pada
dasarnya apabila terjadi menstruasi lendir serviks akan lebih encer untuk
membantu pergerakan spermatozoa, lendir serviks tersebut berpengaruh oleh
hormon progesteron.
d.
Perubahan
dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin
terjadi
Bila
tetap terjadi ovulasi dan fertilisasi, Mini-Pil masih mungkin mencegah
kehamilan melalui efeknya terhadap endometrium. Mini-Pil menggangu
berkembangnya siklus endometrium sehingga endometrium berada dalam fase yang
salah atau menunjukkan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium
tidak dapat menerima ovum yang telah dibuahi.
Mungkin
tidak terjadi perkembangan corpus luteum yang berfungsi bekas folikel setelah
ovulasi, atau corpus luteum berfungsi abnormal dimana sekresi progesterone
sangat sedikit sekali sehingga tidak terjadi konsepsi normal dan/atau
implantasi.
Mekanisme
Kerja Hormon Kombinasi
Mekanisme kerja estrogen
Estrogen
mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan
ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap
hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu
dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang.
Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu
adalah pengaruh progesteron di samping estrogen. Implantasi telur yang sudah
dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil
estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara
konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan
sesudah pemberian estrogen dosis tinnggi pasca-konsepsi menunjukkan efek
antiprogesteron yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat
dengan pemberian estrogen pascaa konsepsi.
Mekanisme Kerja Progesteron
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi
dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat
kontrasepsi, sebagai berikut:
·
Lendir serviks mengalami
perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma lebih
baik.
·
Kapasitasi sperma dihambat
oleh progesteron. Kapasitas diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan
menembus rintangan di sekeliling ovum.
·
Jika progesteron diberikan
sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
·
Implantasi dihambat bila
progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi
progesteron dari korpus iuteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat.
·
Penghambatan ovulasi melalui
fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar