Laman

Cari Materi

Rabu, 29 Agustus 2018

Pengaruh Kerja Kontrasepsi Hormonal Pada Mekanisme Menstruasi


Konsep mekanisme kerja menstruasi
A.    Konsep menstruasi
Menstruasi ialah suatu perdarahan fisiologis sebanyak 30-60 cc dari rahim,yang dikeluarkan melalui vagina pada seorang wanita dewasa sehat, tidak hamil, dalam masa reproduksi, dan perdarahan ini berlangsung secara siklus kurang lebih 1 bulan sekali, dengan rata-rata 28 hari sekali. Siklus menstruasi sangat berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada endrometrium, sedangkan perubahan-perubahan pada endrometrium dipengaruhi oleh hormon-hormon yang secara berkala disekresikan oleh ovarium. Pada gilirannya ovarium dipengaruhi lagi oleh hormon-hormon dari hypophyse.
Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah:
1.      Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :
a.       Luteinizing Hormon (LH)
LH merupakan glikoprotein dengan BM sekitar 28.000. Terdiri dari satu unit alfa dan satu unit beta. Waktu paruh plasma awal dari awal LH sekitar 30 menit. LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, serta merangsang terjadinya ovulasi. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut korpus luteum.
b.      Folikel Stimulating Hormon (FSH)
FSH merupakan glikoprotein dengan BM sekitar 33.000 yang terdiri dari satu unit alfa dan satu unit beta, sedangkan waktu paruh awalnya adalah 3 jam. FSH dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang menghasilkan estrogen.
c.       Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
Berbeda dengan LH dan FSH, prolaktin terdiri dari satu rantai peptida dengan 198 asam amino, dan sama sekali tidak mengandung karbohidrat. BM-nya adalah sekitar 25.000. Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic hormone, TSH, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi payudara dan laktasi, serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum.

2.      Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

a.       Estrogen
Fase pubertas terjadi perkembangan sifat seks sekunder. Kemudian juga terjadi perkembangan sifat seks sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen menyebabkan endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna folikel. Estradiol (E2) merupakan produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran. Peninggian kadar estradiol plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estradiol serum akan mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar estradiol plasma yang akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, yang akan mencerminkankan sekresi estrogen oleh korpus luteum. Studi kateterisasi telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol plasma pada fase pra-evolusi dan pertengahan fase lueal dari siklus. Prinsipnya mencerminkan sekresi dari ovarium yang mengandung folikel dominan atau pra-ovulasi, yang kelak akan menjadi korpus luteum
b.      Progesteron
Kadar progesteron adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar progesteron akan mencapai plateau yaitu antara 10-20 ng/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal. Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus luteum. Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l) mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar mensekresi zat yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan berimplantasi. Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar.
c.       Androgen
Androgen merupakan hormon steroid dengan 19 atom C dan yang termasuk androgen yaitu : testosteron, DTH, 17 ketosteroid DHEA, dihidroeplandrosteron, juga termasuk golongan ini tetapi khasiat androgennya lemah. Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis steroid di ovarium dan adrenal, sebagai pembakal estrogen. Androgen pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi.

B.     Mekanisme kontrasepsi
Pada seorang wanita dewasa setelah menstruasi hypothalamus mengsekresikan suatu hormon peptide disebut GnRF (gonadotropin Releasing Factor). Mula-mula GnRF mempengaruhi sel-sel adenohypophyse untuk mengsekresikan FSH . GnRF juga mempengaruhi sel-sel adenohypophyse mengsekresikan suatu hormon glikoprotein lain, yaitu LH. FSH dan LH mempengaruhi sel-sel folikel mengsekresikan hormone estrogen. Sedangkan LH sendiri menyebabkan terjadinya ovulasi, pembentukan corpus luteum dan sekresi relaxin, estrogen dan progesteron oleh corpus luteum. Kadar estrogen akan mencapai puncaknya pada ± hari ke-12 siklus. Kadar estrogen yang tinggi akan melakukan feed back negatif terhadap produksi FSH, maka kadar FSH menurun. Tetapi kadar estrogen yang tinggi menyebabkan sekresi LH meningkat kurang lebih pada hari ke-14 siklus, sehingga terjadi ovulasi. Tumbuhnya corpus luteum dan meningkatnya sekresi estrogen, progesteron akan mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus. Bila tidak terjadi pembuahan, kadar yang tinggi dari estrogen dan progesteron akan menghambat produksi LH dan FSH , karena corpus luteum sangat bergantung pada LH, maka corpus luteum akan artropi, kadar estrogen dan progesteron menurun dan dimulailah siklus baru.

1.      Fase menstruasi
Bila tidak terjadi fertilisasi, tidak akan terbentuk embrio yang dapat mengsekresikan hormon-hormon untuk mempertahankan corpus luteum, corpus luteum akan berdegenerasi, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Hal ini akan menaikkan prostaglandin, diikuti spasme pembuluh darah endometrium, nekrosis terjadi pada lapisan fungsional endometrium. Lapisan fungsional yang nekrosis ini kemudian akan diluluhkan bersamaan dengan darah, cairan jaringan , lendir, prostaglandin dan suatu fibrinolysin yang berasal dari jaringan endometrium. Fibrinolysin ini akan melarutkan bekuan darah, maka darah menstruasi tidak akan membeku kecuali bila pendarahan sangat banyak , dimana jumlah fibrinolysin tidak cukup melarutkan semua bekuan darah.
Pendarahan menstruasi berlangsung antara 1-8 hari dengan rata-rata 4-5 hari. Setelah darah berhenti hanya tersisa lapisan basalis endrometrium yang tipis. Hari pertama keluar menstruasi, dihitung sebagai hari ke-1 siklus menstruasi. Siklus ini akan berulang setiap 24-35 hari, dengan rata-rata 28 hari. Siklus menstruasi pertama terjadi pada gadis pubertas yang berumur 12-14 tahun, disebut menarche. Siklus menstruasi akan berhenti pada umur 48-50 tahun disebut menopause, menandakan diakhirinya periode reproduksi seorang wanita. Sewaktu hamil menstruasi tidak terjadi. Menopause itu sendiri biasanya didahului oleh climateric, dimana menstruasi menjadi tidak teratur dan jarang, disertai rasa panas di muka, keringatan, sakit-sakit kepala, badan dan gangguan emosi. Climateric disebabkan folikel primordial pada ovarium yang sudah tua berkurang jumlahnya dan tidak sensitif lagi terhadap LH dan FSH, kadar estrogen dan progesteron menurun disertai artropi alat-alat kelamin.

2.      Fase preovulasi (fase proliferasi)
Fase ini ialah periode diantara akhir menstruasi dan ovulasi. Pada fase preovulasi ini kadar FSH dan LH meningkat yang menyebabkan kenaikan tajam dari estrogen, terjadi mitosis (proliferasi) dan stratum basalis, endometrium menebal sampai setebal 6 mm dan terbentuklah stratum fungsional. Pada akhir fase ini satu (kadang dua atau lebih) folikel ovarium berkembang menjadi folikel de Graff, kemudian atas pengaruh LH terjadi ovulasi. Lama fase preovulasi sangat bervariasi, diantara 6-20 hari, rata-rata 14 hari. Ovulasi biasanya terjadi pada hari ke-14 siklus menstruasi.
Proses Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur. Proses ovulasi dipengaruhi oleh hormon, yaitu FSH dan LH . Kedua hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di dalam otak. Pada saat inilah seorang wanita dikatakan mengalami masa subur jika kedua hormon ini sudah ada di dalam darahnya . Hormon FSH akan memacu pertumbuhan folikel ( lihat gambar ) yang disebut Folikel de Graff (FDG) , hormon FSH ini hanya memacu salah satu dari folicle yang ada di ovarium . Folikel de Graff akan mensekresi Estrogen dan adanya estrogen akan memacu hipofise mengeluarkan LH menghentikan FSH . Adanya LH membuat FDG matang dan pecah sehingga telur keluar dari ovarium menuju tuba falopii ( OVULASI).
Mulai pada hari pertama siklus ini sel telur bersama folikelnya akan mengalami pematangan. Lalu pada sekitar 13 - 15 hari sebelum hari pertama haid akan terjadi ovulasi. Setelah sel telur masak, selanjutnya akan dikeluarkan dari ovarium. Dalam proses ini, sel telur berada di dalam folikel. Folikel dan dinding ovarium robek, akhirnya sel telur yang sudah matang akan keluar dan masuk ke dalam oviduk (tuba falopi) melalui infundibulum, yaitu bagian yang berbentuk seperti jari-jari.
Telur yang telah dewasa ini akan masuk ke dalam saluran telur (tuba falopi) yang akan menghanyutkannya ke dalam rahim dengan cairan khusus. Sel telur dewasa ini baru akan dapat dibuahi dalam tempo 24 jam setelah dilepaskan oleh indung telur (ovarium) yaitu pada saat dalam perjalanan menuju rahim. Setelah sel telur dilepaskan, maka sel folikel menjadi kosong. Sel ini kemudian akan berubah menjadi korpus luteum.
Pembentukan korpus luteum ini didukung oleh LH. Terbentuknya korpus luteum akan memicu terbentuknya hormon progesteron
dengan mengerti siklus ini diharapkan akan lebih mudah dimengerti bagaimana obat-obatan yang bekerja pada sistem reproduksi pada wanita
Bahwa setelah pelepasan sel telur, maka folikel akan kosong, selanjutnya akan membentuk korpus luteum yang berwarna kuning.
Folicle de Graff yang merupakan hasil pembesaran folicle akibat FSH dari Hipofise akan menghasilkan hormon Estrogen, Hormon ini akan menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim, menghentikan FSH , memacu LH dan membentuk kelamin sekunder.
Korpus luteum ini akan memacu terbentuknya hormon progesteron. Hormon ini tersekresi karena ada rangsangan dari LH yang datang dari Hipofise , adanya progesteron akan
menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim atau endometrium yang disertai pembentukan pembuluh darah , hormon ini akan mengalami penurunan jumlah, kemudian korpus luteum akan berdegenerasi, yang diikuti peluruhan yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Akibatnya, terjadi pendarahan yang disebut dengan peristiwa menstruasi.
3.      Fase postovulasi (fase sekresi)
Periode di antara saat ovulasi dan menstruasi yang akan datang. Setelah ovulasi LH merangsang pertumbuhan corpus luteum. Corpus luteum mengsekresikan estrogen dan progesteron. Progesteron menyebabkan pembuluh darah pada stroma endometrium berkelok-kelok, endometrium menjadi tebal, mengandung banyak cairan dan glikogen. Kesemuanya ini merupakan persiapan dari endometrium untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Tujuannya agar ovum yang telah dibuahi dapat membenamkan diri (nidasi) ke dalam endometrium yang sudah penuh dengan nutrien dimana nutrien ini sangat diperlukan untuk perkembangan janin-bila tidak terjadi nidasi, kadar estrogen dan progesteron yang tinggi akan menghambat sekresi LH, corpus luteum pada ovarium berdegenerasi menjadi corpus albicans. Akibatnya kadar progesteron menurun, timbullah menstruasi lagi.
Fase post ovulasi merupakan fase yang paling konstan, yaitu ± 14 hari sebelum menstruasi yang akn datang (hari ke-15 sampai hari ke-28 pada siklus 28 hari). Kalau terjadi kehamilan, maka plasenta yang sedang berkembang dari janin akan memproduksi Huma Chorionic Gonadotropin, yang berfungsi sebagai LH untuk mempertahankan corpus luteum tetap aktif selama ± 3 bulan. Corpus luteum ini disebut corpus luteum graviditatum. Bila placenta telah tumbuh sempurna, maka placenta sendiri sanggup memproduksi cukup estrogen untuk mempertahankan kehamilan.

Mekanisme kerja hormon progesteron
Mekanisme kerjanya terutama bertujuan menciptakan lingkungan lendir servik yang lembab dan tidak dapat dimasuki oleh sperma. Keadaan ini juga menekan ovulasi dan menyebabkan endometrium menjadi tipis dan atrofi sehingga tidak akan mengandung implantsi sel telur.
a.       ovulasi
Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi hormon LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi puncak mid-siklus. (pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya).
Pada keadaan normal (tidak menggunakan kontrasepsi) akan terjadi lonjakan LH yang akan menegluarkan progesteron, sehingga terjadilah ovulasi.
Dengan adanya kontrasepsi hormonal progestin akan mempengaruhi sekresi hormon LH oleh kelenjar hipofisis sehingga sehingga tidak akan terjadi lonjakan progesteron dan tidak menyebabkan ovulasi.
Tetapi, meskipun terjadi perubahan kadar hormon LH, tampaknya ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi.

b.      Perubahan dalam motilitas tuba
Transpor ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat sehinga mengurangi kemungkian terjadinya fertilisasi sehingga apabila sperma berhasil melewati uterus, sperma tersebut tidak akan bertemu dengan ovum dan tidak terjadi fertilisasi.
c.       Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa
Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi spermatozoa, spermatozoanya akan dimobilisir, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang mencapai cavum uteri.
Pada dasarnya apabila terjadi menstruasi lendir serviks akan lebih encer untuk membantu pergerakan spermatozoa, lendir serviks tersebut berpengaruh oleh hormon progesteron.
d.      Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi
Bila tetap terjadi ovulasi dan fertilisasi, Mini-Pil masih mungkin mencegah kehamilan melalui efeknya terhadap endometrium. Mini-Pil menggangu berkembangnya siklus endometrium sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukkan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat menerima ovum yang telah dibuahi.
Mungkin tidak terjadi perkembangan corpus luteum yang berfungsi bekas folikel setelah ovulasi, atau corpus luteum berfungsi abnormal dimana sekresi progesterone sangat sedikit sekali sehingga tidak terjadi konsepsi normal dan/atau implantasi.


Mekanisme Kerja Hormon Kombinasi
Mekanisme kerja estrogen
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron di samping estrogen. Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinnggi pasca-konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan pemberian estrogen pascaa konsepsi.
Mekanisme Kerja Progesteron

Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat kontrasepsi, sebagai berikut:
·         Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma lebih baik.
·         Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum.
·         Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
·         Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus iuteum akan berkurang, sehingga implantasi dihambat.
·         Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar