HIPERTENSI KRONIK
Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan
penyakit umum yang didefinisikan secara sederhana sebagai peningkatan tekanan
darah. Penyakit hipertensi dapat menjadi penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian baik pada ibu dan janin/ bayi yang
dilahirkan. Wanita hamil dengan hipertensi memiliki resiko terjadinya
komplikasi lebih, seperti penyakit pembuluh darah dan organ, sedangkan janin
atau bayi berisiko terkena komplikasi penghambatan pertumbuhan. Oleh
karena itu, perlu adanya penatalaksanaan khusus pada ibu hamil.
Sebagian besar ibu hamil
tidak menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena ibu hamil terlihat
sehat dan tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Oleh karena itu diperlukan
monitoring terhadap tekanan darah, yang dapat diukur menggunakan tensimeter. Pada kehamilan normal tekanan sistolik sedikit
berubah, sedangkan tekanan diastolik menurun kurang lebih 10 mmHg pada awal
kehamilan (minggu ke 13-20) dan akan naik kembali pada trimester ketiga.
Diagnosis Hipertensi Kronik
Syarat untuk menegakkan diagnosa
HIPERTENSI KRONIK adalah salah satu dari :
- Sudah
menderita hipertensi sebelum kehamilan
- Diketahui
menderita hipertensi pada kehamilan <>
- Hipertensi
masih terjadi pada 12 minggu pasca persalinan
Sebagian besar wanita hamil dengan hipertensi kronik adalah
penderita hipertensi esensial ; sebagian kecil menderita hipertensi sekunder
akibat gangguan pada ginjal , pembuluh darah atau endokrin.
Diagnosis hipertensi
kronik didasarkan pada riwayat hipertensi sebelum kehamilan
1.
TD sistolik ≥ 140 mmHg atau
2.
TD Diastolik ≥ 90 mmHg
3.
Pada wanita yang tekanan darah
sebelum kehamilan normal dan terjadi pada kehamilan > 20 minggu.
Hipertensi
kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan tekanan
diastolik kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan
diastolik 110 mmHg atau lebih. Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia, pengasaran plasenta, morbiditas dan
mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler dan ginjal.
Oleh
karena hipertensi kronik ini dapat berkembang menjadi preeklamsia atau lebih
parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan. Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan
darah. Tujuan terapi adalah
untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah diastolik dibawah 110
mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan insiden
preeklamsia, pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi
strok dan kardiovaskuler.
Bila vasodilatasi terhalang oleh peristiwa spasme arteriolar maka
akan terjadi :
- Hipertensi
- Penurunan perfusi pada seluruh organ
termasuk uterus dan ‘plasental site’
Komplikasi IBU :
- Solusio plasenta
- DIC –Disseminated Intravascular Coagulation
- Gagal ginjal
- Gagal hepar
- Perdarahan CNS – Central Nervous System
- Apopleksia serebri
Komplikasi ANAK :
- PJT – Pertumbuhan Janin Terhambat
- Prematuritas
Kematian perinatal
Hipertensi pada kehamilan
dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
- hipertensi kronik
- pre-eklampsia ringan, pre-eklampsia berat,
eklampsia
- hipertensi kronik dengan superimposed
eklampsia
- hipertensi gestasional
- Hipertensi
kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur
setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah
didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum
mencapai usia kehamilan 20 minggu.
- Preeklamsia-Eklamsia:
peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai
20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat
tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di
dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan
kejang.
- Preeklamsia
superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada
perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
- Hipertensi
gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir
kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat
sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan
(postpartum). Hipertensi
gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di
masa yang akan datang.
Hipertensi kronik dapat terjadi sebelum kehamilan atau baru muncul
pada kehamilan trimester pertama (early pregnancy) atau sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Penyebab dari hipertensi kronik ini terbagi atas esensial
(tidak diketahui penyebabnya) dan sekunder. Sekunder dalam hal ini adalah
hipertensi yang disebabkan karena penyakit lain seperti penyakit ginjal dan
gangguan endokrinologi (hormonal) seperti diabetes, hipertiroid.
Hipertensi
kronik dengan superimposed preeklampsia
Preeklampsia dapat terjadi pada
penderita hipertensi kronik yang sedang hamil. Latar belakang hipertensi adalah
renal atau dari sebab lain dan menjadi semakin berat dengan adanya kehamilan. Superimposed preeklampsia
sulit dibedakan dengan hipertensi kronik yang tidak diawasi dengan baik, khusus
nya bila pasien baru datang ke dokter setelah kehamilan > 20 minggu. Diagnosa superimposed preeklampsia hanya
ditegakkan pada pasien hipertensi kronik, yang baru menunjukkan adanya
proteinuria ≥ 3 gram / 24 jam setelah kehamilan 20 minggu.
Pada wanita hamil dengan
hipertensi dan proteinuria , diagnosis hipertensi kronis superimposed
preeklampsia ditegakkan hanya bila tekanan darah semakin meningkat dan
proteinuria semakin berat secara mendadak atau bila disertai dengan salah satu
atau beberapa tanda yang menunjukkan kriteria beratnya preeklampsia.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan pada hipertensi kronik dapat
dilakukan dengan memberikan terapi.
Strategi terapi dapat dilakukan adalah:
1.
terapi nonfarmakologi
2.
terapi farmakologi.
1.
terapi nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan pada
wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik ringan (tekanan diastolik kurang
dari 110 mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pembatasan
aktivitas, banyak istirahat, pengawasan
ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi makan makanan berlemak,
tidak merokok, dan menghindari minuman beralkohol.
2.
terapi farmakologi.
Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan
antihipertensi golongan α2-agonis sentral
(metildopa), β-bloker (labetalol), vasodilator (hidralazin), dan diuretik
(tiazid). Obat antihipertensi golongan
Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor) dan Angiotensin II
Receptor Blockers (ARBs) mutlak dikontraindikasikan pada ibu hamil dengan
hipertensi. Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki factor resiko kategori C
pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga,
namun obat tersebut berpotensi menyebabkan tetatogenik.
Dari
beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat
pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan
(tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang
dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin.
Obat
ini termasuk golongan α2-agonis
sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik
di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di
otak.
Metildopa
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa
(Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas
(Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho )
tablet salut selaput 100 mg
Indikasi: Hipertensi,
bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi: Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma,
porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering,
sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia
hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan
hidung tersumbat.
Peringatan : mempengaruhi
hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarqankan
untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi.
Dosis
aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari,
infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar