2.1. Persarafan Genitalia
Saluran limfe dan klitoris, bagian atas labia minora dan
labia majora menuju ke kelenjar–kelenjar inguinal terus ke kelenjar – kelenjar
femoral dan iliaka eksterna. Bagian bawah labia, fossa navikulare dan perineum
menyalurkan limfe ke glandula-glandula inguinalis superfisialis dan terus ke
glandula-glandula inguinalis profunda.
URAT-URAT SARAF
System saraf alat genital pada umunya otonom. Disamping itu
masih ada system serebrospinal,yang member inervasi pada otot – otot dasar
panggul. Invervasi uterus sendiri terdiri terutama atas sistemm saraf simpatis,
tetapi untuk sebagian juga atas system parasimpatis dan system saraf
serebrospinal. Bagian dari system parasimpatis berada di dalam panggul
disebelah kiri dan kanan depan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2,3,4, dan
selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Bgian dari system simpatis masuk ke
rongga panggul sebagai pleksus prasaklis (cotte) lewat depannya bifurkasio
aortae dan promotorium, membagi dua kanan dan kiri, dan menujuke bawahpleksus frankenhauser.
Pleksus ini terdiri atas ganglion – ganglion berukuran besar dan kecil, dan
terletak terutama pad dasarnya ligamentum sakrouterinum kanan dan kiri. Serabut
– serabut saraf dari kedua system itu member invervasi pada miometrium dan
endometrium. Kedua – duanya mengandung unsure motorik dan sensorik dan bekerja
antagonistic.serabut saraf simpatis menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi,
sedangkan serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
Saraf yang berasal dari saraf torakal 11dan 12 mengandung saraf sensorik dari
uterus dan meneruskan perasaan sakit dari uterus ke pusat saraf (serebrum).
Saraf sensorik dari serviks dariserviks dan bagian atas vagina melalui saraf
sacral 2,3,4, sedangkan dari bawah vagina melalui nervus pudendus dan nervus
ileoinguinalis.’
2.1.2. Genitalia Interna
Pendarahan
Arteri
Arteri vaginalis, cabang arteria illiaca interna dan
ramus vaginalis arteria uterine.
Vena
Vena vagina membentuk sebuah plexus venosus vaginalis
disekeliling vagina dan bermuara ke vena illiaca interna.
Aliran Limf
Pembuluh limf dari sepertiga bagian atas vagina
bermuara ke nodi illiaci externi dan interni, pembuluh limf dari sepertiga
bagian tengah vagina bermuara ke nodi illiaci interni dan pembuluh limf dari
sepertiga bagian bawah vagina ke nodi inguinalis superficialis.
Persarafan
Saraf yang mempersarafi
vagina berasal dari plexus hipogastricus inferior.
2.1.2.2. Uterus
Pendarahan
Arteri
Arteri yang terutama
mendarahi uterus adalah arteri uterine, sebuah cabang arteri iliaca interna.
Arteri uterine sampai ke uterus dengan berjalan ke medial di basis ligamentum
latum. Arteri ini menyilang tegak lurus di atas ureter dan mencapai servix
setinggi ostium histologycum uteri internum. Arteri uterine selanjutnya
berjalan ke atas di sepanjang margo lateralis uterus di dalam ligamentum latum
dan akhirnya beranastomosis dengan arteri ovarica yang juga membantu memberikan
suplai darah bagi uterus.
Vena
Vena uterine mengikuti arteria uterine dan bermuara ke
dalam vena iliaca interna.
Aliran limf
Pembuluh limf dari fundus uteri berjalan bersama
arteria ovarica dan mengalirkan limf ke nodi para aortic setinggi veterbra L1.
Pembuluh limf dari corpus uteri dan servix uteri bermuara ke nodi iliaci
interni dan nodi iliaci externi.
Persyarafan
Saraf simpatis dan para simpatis berasal dari plexus
hypogastricus inferior.
2.1.2.3. Tuba Falopii
Pendarahan
Arteri
Arteri urterina meripakan cabang uteri iliaca interna
sedangkan arteri ovarica cabang dari aorta abdominalis.
Vena
Vena mengikuti arteri
Aliran limf
Pembulouh limf mengikuti jalannya arteri dan bermuara
ke nodi iliaci interni dan para aortic.
Persarafan
Saraf simpatis dan para simpatis berasal dari plexus
hipogastricus inferior.
2.1.2.4. Ovarium
Pendarahan
Arteri
Arteria ovarica yang
berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis I.
Vena
Vena ovarica dextra
bermuara ke vena cava inferior, sedangkan vena cava sinistra ke vena renalis
sinistra.
Aliran limf
Pembuluh limf ovarium
mengikuti arteri ovarica dan mengalirkan limf ke nodi para aortic setinggi
vertebra lumbalis I.
Persarafan
Persarafan ovarium
berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan arteri ovarica.
2.2. Pemeriksaan Panggul
Pada usia kehamilan 36 minggu,
dokter akan melakukan pemeriksaan panggul. Hasil pemeriksaan bisa membuat
dokter menentukan apakah ibu hamil akan melahirkan secara normal,
atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengukur luas rongga panggul.
Semakin luas panggul ibu, dipastikan semakin mudah bayi keluar.
Pemeriksaan dilakukan dengan
jari pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya
(jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang
belakang/promontorium. Setelah itu,
dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk
mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Jarak minimal antara tulang
kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang maka dikategorikan
sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu besar,
maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan secara normal.
2.2.1. Dua Cara Mengukur Panggul
2.2.1.1.Pemeriksaan
Klinis
Pemeriksaan
dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, dokter akan
memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga
menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu,
dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk
mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Jarak minimal
antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang maka
dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir tidak
terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan
secara normal.
2.2.1.2.Pemeriksaan
Rontgen
Dilakukan dengan cara memotret
panggul ibu, menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk,
persis seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas
cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui
ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi
dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran dengan
alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai diameter pintu
panggul.
2.2.2. Melahirkan
Normal Berdasarkan Bobot Bayi
Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal
berdasarkan bobot bayi, yaitu :
1.
Panggul sempit, panggul jenis ini
hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg ke bawah.
2.
Panggul sedang, bisa mengeluarkan
bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3.
Panggul luas, panggul jenis ini bisa
mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg s/d 3,9 kg.
2.2.3. Ukuran Panggul
1.
Pintu atas panggul (pelvic inlet)
minimal memiliki diameter 22 cm.
2.
Pintu tengah panggul (mid pelvic)
diameter minimalnya adalah 20 cm.
3.
Pintu bawah panggul, panjang diameter
normalnya rata-rata minimal 16 cm.
2.2.4. Indikasi Yang Mengharuskan Pemeriksaan
Idealnya, pemeriksaan ini
dilakukan ibu pada usia kehamilan 36 minggu. Namun biasanya dokter juga akan
melakukan pemeriksaan panggul jika ada indikasi tertentu, pada ibu hamil, di
antaranya:
- Ada dugaan disproporsi atau ketidaksesuaian besar bayi dan ukuran
panggul ibu. Khususnya jika ukuran bayi besar, sedangkan panggul ibu
sempit. Biasanya bayi berbobot 4 kg ke atas sulit dilahirkan secara
normal. Selain kepala tidak bisa memasuki rongga panggul, ukuran bahu bayi
yang juga lebar menghambat bayi turun ke panggul.
- Kelainan panggul, karena trauma kecelakaan yang merusak bentuk
panggul. Kondisi ini boleh jadi kurang ideal bagi ibu untuk melahirkan
secara normal.
- Ibu memiliki riwayat penyakit perusak panggul, seperti TBC tulang,
rakhitis, atau polio. Bakteri TBC tulang mampu merusak bentuk panggul,
menjadi bengkok ataupun tidak beraturan.
- Kelainan letak bayi, misalnya posisi wajah bayi yang langsung
menghadap jalan lahir. Posisi yang benar, adalah ubun-ubun bayilah yang
menghadap jalan lahir.
2.2.5. Kesempitan
Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dinyatakan
sempit bila ukuran :
- Diameter antero-posterior terpendek < 10 cm
- Diameter tranversal terbesar < 12 cm
Perkiraan Diameter AP – Pintu
Atas Panggul dilakukan melalui pengukuran Conjugata Diagonalis secara manual
(VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas panggul
sering ditegakkan bila ukuran CD < 11.5 cm.
Mengukur conjugata diagonalis
Pada kehamilan aterm, ukuran
rata-rata diameter biparietal - BPD = 9.5 – 9.8 cm. Sehingga kepala janin yang
normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter AP – Pintu Atas
Panggul . Perlu diingat bahwa ibu yang
bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun janin dalam
kandungannya biasanya kecil pula.
Dalam keadaan normal, bila
ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan hidrostatik pada
selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan
langsung bagian terendah janin terhadap servik.
Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas
Pintu Atas Panggul, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput
ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi
peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul.
Setelah ketuban pecah, tidak
adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik dan Segmen Bawah Rahim
menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan. Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan
predisposisi terjadinya kelainan presentasi. Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka
kejadian letak muka dan letak lintang meningkat 3
kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6
kali lipat.
2.2.6. Kesempitan
Bidang Tengah Panggul
Kejadian ini lebih sering
terjadi dibandingkan kesempitan Pintu Atas Panggul. Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep
tranverse arrest” - Letak Malang Melintang pada perjalanan persalinan
dengan posisio occipitalis posterior, sebuah gangguan putar paksi dalam akibat
kesempitan Bidang Tengah Panggul.
Bidang obstetrik Bidang Tengah
Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina ischiadica dan
mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra Sacralis 4 – 5. Garis penghubung kedua spina ischiadica
membagi Bidang Tengah Panggul menjadi bagian anterior dan bagian posterior.
Batas anterior Bidang Tengah
Panggul bagian anterior adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya
adalah rami ischiopubic. Batas dorsal
Bidang Tengah Panggul bagian posterior adalah sacrum dan batas lateralnya
adalah ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :
- Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm
- Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm
- Diameter Sagitalis Posterior - DSP ( titik pertengahan diameter
interspinous dengan pertemuan S4 – S5) 5 cm
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara
tegas seperti kesempitan PAP.
2.2.7. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu Bawah Panggul dinyatakan
sempit bila diameter intertuberosa. Pintu
Bawah Panggul berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama (
berupa diameter intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama.
Apex segitiga anterior
permukaan posterior arcus pubis. Apex
segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx). Berkurangnya nilai diameter intertuberosa
menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong
lebih kearah posterior dengan konskuensi terjadi robekan perineum yang luas. Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah
Panggul saja jarang terjadi oleh karena kesempitan PBP hampir selalu disertai
dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.
2.2.8.
Penilaian Kapasitas Panggul
Pengukuran Conjugata Diagonalis dengan
pemeriksaan panggul
- Pengukuran diameter interspinarum
- Penonjolan spina ischiadica
- Sudut arcus pubis
- [ Pemeriksan X-ray pelvimetri ]
- [ Computed Tomography Scanning ]
- [ Magnetic Resonance Imaging ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar