Definisi
Infeksi Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan
yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu
persalinan dan nifas. Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang
paling penting, akan tetapi berekat kemajuan ilmu kebidanan khususnya
pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya, dan penemuan
obat-obat baru seperti sulfa dan antibiotika lainnya, di negara-negara maju
peranannya sebagai penyebab kematian tersebut adalah berkurang. Di
negara-negara sedang berkembang dengan pelayanan dengan pelayanan kebidanan
yang masih jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar.
Demam nifas atau dengan kata lain
morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.
Menurut Joint Commitee on Maternal
Welfare (Amerika Serikat) definisi morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu
sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, denagan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut
sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
2.2. Penyebab Terjadinya Infeksi Nifas
Organisme yang
menyerang bekas inflantasi plasenta atau laserasiakibat persalinan, adalah
penghuni normal dari serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Dalam obstetri modern,
sepsis puerperalis dapat terjadi. Infeksi nifas umumnya disebabkan bakteri yang
dalam keadaan normal berada dalam usus dan jalan lahir. Gorback menadapatkan
dari 70% biakan serviks normal dapat pula ditemukan anaerob dan aerob dan
patogen. Walaupun dari serviks dan jalan lahir ditemukan kuman-kuman tersebut,
kavum uteri adalah steril sebelum ketuban pecah. Kuman anaerob adalah kokus
gram positif (Peptostreptokokus,Peptokokus, Bakteroides, dan Clostridium).
Kuman aerob adalah bermacam gran positif E.coli. ditemukan 6 kasus febris
puerperalis dari kasus infeksi intrapartumdan ketuban pecah dini yang dilakukan
seksio sesarea. Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan antara lain oleh:
1.
Streptococcus haemolitycus
aerobicus.
Streptokokus
ini merupakan sebab infeksi yang berat, khusunya golongan A. Infeksi ini
biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain.
2.
Staphylococus aureus. Kuman
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab
infeksi umum. Stafilokokus banyak ditemukan dirumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat.
3.
Escherichia coli. Kuman
ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan dapat menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4.
Clostridium Welchii. Infeksi dengan
kuman ini, yang bersifat anerobikjarang ditemukan, akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
2.3. Gejala Klinis
Demam merupakan gejala klinis terpenting
untuk mendiagnosis metritis, dan suhu tubuh penderita umumnya berkisar melebihi
38oC – 39oC. Demam yang terjadi sering juga disertai
menggigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakteremia yang bisa
terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai nadi
yang cepat.
Penderita biasanya mengeluh adanya nyeri
abdomen yang pada pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri, dan lembek.
Lokhia yang berbau menyengat sering
disertai dengan timbulnya metritis, tetapi bukan merupakan tanda pasti. Pada
infeksi oleh grup A β – hemolitik streptokokus sering disertai lokhia bening
yang tidak berbau.
2.4. Cara Terjadinya Infeksi Nifas
2.4.1.
Tangan pemeriksa atau penolong yang
tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukan ke dalam jalan lahir sepenuhnya bebas dari
kuman.
2.4.2.
Droplet
infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya.
Oleh karena itu mulut dan hidung perawat diruang bersalin harus ditutup dengan
masker dan penderita infeksi saluran pernapasan dilrang memasuki kamar
bersalin.
2.4.3.
Dalam rumah sakit selalu banyak
kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain
ke handuk, kain dan alat-alat suci-hama, serta yang digunakan untuk merawat ibu
dalam persalinnan atau pada waktu nifas.
2.4.4.
Koitus pada akhir kehamilan tidak
merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila menyebabkan pecah ketuban.
2.4.5.
Infeksi intrapartum sudah dapat
memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinnan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada
partus lama, apabila ketuban sudah lama pecah dan beberapakali dilakukan
pemeriksaan dalam, gejala-gejala ialah kebaikan suhu, biasanya disertai
leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air
keuban biasa menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman
memasuki dinding uterus pada waktu persalinnan , dan dengan melewati amnion
dapat menimbulkan infeksi pula pada janin. Prognosis infeksi intrapartum sangat
bergantung pada jenis kuman, lamanya infeksi berlangsung dan dapat tidaknya persalinnan
berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
2.5. Patologi
Setelah kala III,
daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira
4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang
ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya
kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks
sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan
perineum, yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kumanpatogen. Proses
radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka
asalnya. Infeksi nifas dapat dibagi 2 golongan yaitu:
2.5.1.
Infeksi yang terbatas pada perineum,
vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
1.
Vulvitis
Pada
infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, dan
luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
2.
Vaginitis
Infeksi
vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum.
Permukaan mukosa membengkak dan kemarahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung
nanah yang keluar dari daerah ulkuas. Penyebaran dapa terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas.
3.
Servisitis
Infeksi
serviks sering terjadi, akan tetapi
biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan
meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang
menjalar ke parametrium.
Gambaran
klinik Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya
berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan kadang-kadang perih bila
kencing. Bila mana getah radang bisa keluar, biasanya keadaanya tidak berat
suhu sekitar 38oC, dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi
tertutup oleh jahitan da getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40oC dengan kadang disertai mengigil.
4.
Endometritis
Jenis
infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi pada kuman yang
tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau
dan terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah
yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
penjalaran.
Gambaran
klinis Endometritis
Tergantung jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokia
tertahan oleh darah, sisa-sissa plasenta, dan slaput ketuban. Keadaan ini dinamakn lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus
pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan , dan lembek. Pada
endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang
sehat dan perut nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan
tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dallam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh
menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat
kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
2.5.2.
Penyebaran dari tempat-tempat tersebut
melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.
1.
Penyebaran Melaui Pembuluh-Pembuluh
Darah
Septikemia dan piemia
Ini
merupakan infeksi umu yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen
biasanya Streptokokus haemolitycus
golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian
karena infeksi nifas.
Pada
septikemia kuman-kuman dari sarangnya uterus, langsung masuk kedalam peredaran
darahumu menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan
jalan pembiakan kuman-kuman dilepaskan.
Pada
piemia terdapat dahulu tromboflebitis
pada vena-vena dari uterus serta sinus pada bekas tempat plasenta.
Tromboflebitis ini mrnjalar ke vena uterina, vena hipogastrika, dan/atau vena
ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil
yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke
dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain,
antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan
mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-tempat tersebut. Keadaan ini di
namakan piemia.
Gambaran Klinis
Kedua-duanya merupakan infeksi berat.
Gejala-gejla septikemia lebih mendadak daripada piemia. Pada septikemia permulaan
penderita sudah sakit lemah. Sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan
cepat, biasanya disertai mengigil. Selanjtnya suhu berkisar antara 39-40oC,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160/menit atau lebih). Penderita dapat meninggal dalam
6-7 hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Untung sekali dengan tindakan-tindakan pencegahan terhadap infeksi nifas dan
adanya antibiotika, septikemia lebih jarang ditemukan. Pada piemia penderita
tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu meningkat. Akan
tetapu, gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta mengigil terjadi
setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum.suatu ciri
khusus pada piemia ialah bahwa berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat
disertai mengigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Kenaikansuhu disertai
oleh mengigil terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari troboflebitis
pelvika. Lambat laun timbul gejala-gejala abses pada paru-paru, pneumonia, dan
pleuritis. Embolus dapat juga menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
2.
Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan
lain
Peritonitis
Infeksi
nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapau
peritoneum dan menyebabakan peritonitis, atau melalui jaringan di antara kedua
lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis (sellulitis pelvika).
Gambaran Klinis
peritonitis nifas bisa terjadi karena
meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan
salfingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinnan bahwa
abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak terjadi
peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa
berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses.
Nanah yang biasanya yang terkumpul dalam kavum Douglas harus dikeluarkan dengan
kolpotomia postrioe untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung
kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman
yang sngat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi,
nadi cepat kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense nuscularie
Parametritis
(sellulitis pelvika)
Peritonitis
dapat terjadi pula melalui salfingo-ooforitis atau sellulitis pelvika.
Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvioperitonitis) atau
menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum merupakan komplikasi yang berbahaya
dan merupakan sepertiga dari sebab kematian kasus infeksi.
Infeksi
jaringan ikat palvis dapat terjadi melalui 3 golongan yaitu:
1)
Penyebaran melalui limfe dari luka
serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
2)
Penyebaran dari luka pada serviks yang
meluas sampai ke dasar ligamentum.
3)
Penyebaran skunder dari tromboflebitis
pelvika. Proses ini tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat di raba pada
dinding perut sebelah lateral diatas ligamentum inguinalis, atau pada fossa
iliaka.
Gejala
Klinis
Sellulitis
pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu
tinggi menerap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, maka hal ini patut dicurugai terhadap
kemungkinan sellulitis pelvika.pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut
gejala-gejala sellulitis pelvika menjadi lebih luas. Pada pemeriksaan dalam
dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan.
Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini,
suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turundisertai dengan
mengigil. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya
bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis ke
rektum atau kandung kencing.
3.
Penyebaran melalui permukaan endometrium
Salpingitis, ooforitis
Kadang-kadang infeksi ke tuba fallopii,
malahan ke ovarium. Di sini terjadi salfingitis dan/atau oofotitis yang sukar
dipisahkan dari pelvioperitonitis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar