2.1.1
Pemeriksaan
Laboratorium
Ø Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari :
a) Inspeksi yaitu memperhatikan
bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan, tumor maupun asites), pergerakan
pernafasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi).
b) Palpasi – Sebelum pemeriksaan,
kandung kencing dan rektum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui
besar tumor, tinggi fundus uteri, permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda
cairan bebas, apakah pada perabaan terasa sakit.
c) Perkusi – Untuk mendengar gas
dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam kavum
abdomen dan perasaan sakit saat diketok.
d) Auskultasi – Pemeriksaan bising
usus, gerakan janin maupun denyut jantung janin.
Ø
Payudara – mempunyai arti penting sehubungan dengan
diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae.
Ø
Alat Genetalia Luar, terdiri dari :
a) Inspeksi vulva – Pengeluaran
cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah
pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun
fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah kelainan pada rerineum
dan anus.
b) Palpasi vulva – Teraba tumor,
benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar bartholini.
Ø
Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari :
a) Pemeriksaan vagina – Adakah
ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina; adakah benjolan pada vagina.
b) Pemeriksaan porsio uteri – Adakah
perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/ lendir, apakah mudah berdarah dan
terdapat kelainan.
c) Pengambilan cairan berasal dari
ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur
dan pemeriksaan sitologi.
Ø
Pemeriksaan Dalam – Pemeriksaan dalam untuk menentukan :
a) Rahim – Bagaimana posisi rahim,
besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan.
b) Adneksa (daerah kanan kiri rahim)
– Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang berada didalam fornix
lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus.
c) Forniks posterior (kavum douglas)
– Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi) dan apakah
forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.
Ø
Pemeriksaan Rectal – Pemeriksaan rectal dilakukan
pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis
atau vaginalis, hymen rigidus dan vaginismus. Caranya: jari telunjuk
dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.
Ø
Pemeriksaan Rectovaginal – Pemeriksaan rectovaginal
digunakan pada proses-proses dibelakang dan kiri kanan dari uterus
(parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke
dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
Ø
Pemeriksaan getah vulva dan vagina
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara, Getah urethra diambil dari orifisium urethrae
eksternum, dan getah serviks dari ostium uteri eksternum dengan kapas lidi atau
ose untuk pemeriksaan gonokokus. Dibuat sediaan usap pada kaca benda, yang
dikirim ke laboratorium dengan pewarnaan biru methilen atau giemsa gonokokus
yang dapat dilihat dibawah mikroskop.
Ø
Pemeriksaan Sitologi Vagina
Untuk
pemeriksaan ini diambil bahan daridinding vagina atau dari serviks, dengan
spatel dari kayu atau dari plastik. Pemeriksaan sitologi vagina ini selain
untuk mendiagnosis dini tumor ganas juga dapat digunakan untuk mengetahui
fungsi hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan
perubahan-perubahan pada sel-sel selaput vagina.
Ø
Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan
ini merupakan cara pemeriksaan yang dilakukan pada setiap porsio yang tidak
utuh, didahului atau tidk oleh pemeriksaan sitologi vagina atau kolposkopi.
Ø
Pemeriksaan Biopsis
Endometrium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
memeriksa apakah endometrium dalam masa proliferasi (pengaruh estrogen) ataukah
dalam masa sekresi (pengaruh progesteron, didahului oleh ovulasi). Ini juga
dapat ditemui pada amenorrea sekunder.
2.2
Pencitraan
Ginekologi
a. Histeroskopi
Histeroskopi adalah suatu prosedur
yang dilakukan untuk memandang bagian dalam rahim. Alat yang digunakan tampak
seperti teleskop tipis. Alat ini dimasukkan ke dalam vagina, melalui leher
rahim, perlahan-lahan bergerak melalui saluran leher rahim ke dalam rongga
rahim.
|
Penggunaan
Histeroskop sangat berguna pada
penyidikan dan pengobatan:
|
||
|
1.
|
Pendarahan rahim abnormal,
termasuk pendarahan yang banyak, tak teratur, berkepanjangan, dan pendarahan
di antara haid.
|
|
2.
|
Kemandulan
|
|
3.
|
Lain-lain
|
Pendarahan rahim abnormal:
Beberapa penyebab lokal yang umum
dari pendarahan abnormal adalah:
|
||
|
1.
|
Polip, baik leher rahim maupun
endometrium
|
|
2.
|
Fibroid
|
|
|
||||
|
Histeroskopi Operatif
Histeroskopi operatif memungkinkan
pemeriksaan melakukan tindakan intauterin secara pengamatan lagsung. Beberapa
prosedur operatif standar yang bisa dilakukan ialah biopsi endometrium,
ekstripasi polip endometrium, pelepasan sinekhia intrauterina, serta pengangkatan
AKDR yang hilang tapi masih tertanam di endometrium kavum uteri. Tindakan
operatif lain yang lebih ekstensif yaitu koreksi kelainan kavum yang berat
seperti reseksi septum pada kelainan bawah uterus, tindakan ini disebu
metroplasti.
Dalam emapat tahun terahir
berkembang tindakan operatif histeroskopi dengan memakai ektrookoagulasi atau
sinar laser. Untuk keperluan khusus yang disebut resektoskop. Tindakan
operatif ini dapat berupa reseksi miom submukosum yang besar dan ablasi
endometrium untuk kasus pendarahan uterus abnormal yang tidak sembuh dengan
penatalaksanaan scara konvensional.
|
|
|||
|
|
|
|||
Dengan sambungan khusus yang
dipaskan, instrumen menjadi serba guna dan di tangan yang benar dapat
digunakan untuk menghilangkan masalah. Pekerjaan operatif termasuk:
|
|||||
|
1.
|
Polipektomi – pembuangan polip
|
|||
|
2.
|
Miomektomi – pembuangan fibroid
pada rongga rahim
|
|||
|
3.
|
Reseksi septum
|
|||
|
4.
|
Pengangkatan sebagian endometrium
|
|||
|
5.
|
Sterilisasi
|
|||
b. Sonografi transvaginal
Sonografi transvaginal semula
dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada pasien
infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi
transvaginal berfungsi sebagai pelengkap pemeriksaan bimanual dan tidak untuk
menggantikannya. Sonografi transvaginal dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak
organ/massa akan tetapi tidak dapat menilai mobilitas organ atau massa
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar