Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

PEMERIKSAAN LABOLATORIUM dan PENCITRAAN


2.1.1        Pemeriksaan Laboratorium
Ø  Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari :
a) Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan, tumor maupun asites), pergerakan pernafasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi).
b) Palpasi – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rektum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor, tinggi fundus uteri, permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasa sakit.
c) Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam kavum abdomen dan perasaan sakit saat diketok.
d) Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan janin maupun denyut jantung janin.
Ø    Payudara – mempunyai arti penting sehubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae.
Ø    Alat Genetalia Luar, terdiri dari :
a) Inspeksi vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah kelainan pada rerineum dan anus.
b) Palpasi vulva – Teraba tumor, benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar bartholini.

Ø    Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari :
a) Pemeriksaan vagina – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina; adakah benjolan pada vagina.
b) Pemeriksaan porsio uteri – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/ lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan.
c) Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.
Ø    Pemeriksaan Dalam – Pemeriksaan dalam untuk menentukan :
a) Rahim – Bagaimana posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan.
b) Adneksa (daerah kanan kiri rahim) – Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus.
c) Forniks posterior (kavum douglas) – Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.
Ø    Pemeriksaan Rectal – Pemeriksaan rectal dilakukan pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen   rigidus dan vaginismus. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.
Ø    Pemeriksaan Rectovaginal – Pemeriksaan rectovaginal digunakan pada proses-proses dibelakang dan kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.


Ø    Pemeriksaan getah vulva dan vagina
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara, Getah urethra diambil dari orifisium urethrae eksternum, dan getah serviks dari ostium uteri eksternum dengan kapas lidi atau ose untuk pemeriksaan gonokokus. Dibuat sediaan usap pada kaca benda, yang dikirim ke laboratorium dengan pewarnaan biru methilen atau giemsa gonokokus yang dapat dilihat dibawah mikroskop.
Ø    Pemeriksaan Sitologi Vagina
Untuk pemeriksaan ini diambil bahan daridinding vagina atau dari serviks, dengan spatel dari kayu atau dari plastik. Pemeriksaan sitologi vagina ini selain untuk mendiagnosis dini tumor ganas juga dapat digunakan untuk mengetahui fungsi hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sel-sel selaput vagina.
Ø    Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan ini merupakan cara pemeriksaan yang dilakukan pada setiap porsio yang tidak utuh, didahului atau tidk oleh pemeriksaan sitologi vagina atau kolposkopi.
Ø    Pemeriksaan Biopsis Endometrium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa apakah endometrium dalam masa proliferasi (pengaruh estrogen) ataukah dalam masa sekresi (pengaruh progesteron, didahului oleh ovulasi). Ini juga dapat ditemui pada amenorrea sekunder.


2.2      Pencitraan Ginekologi
a.       Histeroskopi
Histeroskopi adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk memandang bagian dalam rahim. Alat yang digunakan tampak seperti teleskop tipis. Alat ini dimasukkan ke dalam vagina, melalui leher rahim, perlahan-lahan bergerak melalui saluran leher rahim ke dalam rongga rahim.

undefined

Penggunaan
Histeroskop sangat berguna pada penyidikan dan pengobatan:

1.
Pendarahan rahim abnormal, termasuk pendarahan yang banyak, tak teratur, berkepanjangan, dan pendarahan di antara haid.

2.
Kemandulan

3.
Lain-lain

Pendarahan rahim abnormal:
Beberapa penyebab lokal yang umum dari pendarahan abnormal adalah:

1.
Polip, baik leher rahim maupun endometrium

2.
Fibroid

Histeroskopi Operatif
Histeroskopi operatif memungkinkan pemeriksaan melakukan tindakan intauterin secara pengamatan lagsung. Beberapa prosedur operatif standar yang bisa dilakukan ialah biopsi endometrium, ekstripasi polip endometrium, pelepasan sinekhia intrauterina, serta pengangkatan AKDR yang hilang tapi masih tertanam di endometrium kavum uteri. Tindakan operatif lain yang lebih ekstensif yaitu koreksi kelainan kavum yang berat seperti reseksi septum pada kelainan bawah uterus, tindakan ini disebu metroplasti.
Dalam emapat tahun terahir berkembang tindakan operatif histeroskopi dengan memakai ektrookoagulasi atau sinar laser. Untuk keperluan khusus yang disebut resektoskop. Tindakan operatif ini dapat berupa reseksi miom submukosum yang besar dan ablasi endometrium untuk kasus pendarahan uterus abnormal yang tidak sembuh dengan penatalaksanaan scara konvensional.
Dengan sambungan khusus yang dipaskan, instrumen menjadi serba guna dan di tangan yang benar dapat digunakan untuk menghilangkan masalah. Pekerjaan operatif termasuk:


1.
Polipektomi – pembuangan polip


2.
Miomektomi – pembuangan fibroid pada rongga rahim


3.
Reseksi septum


4.
Pengangkatan sebagian endometrium


5.
Sterilisasi


b.      Sonografi transvaginal
Sonografi transvaginal semula dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada pasien infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi transvaginal berfungsi sebagai pelengkap pemeriksaan bimanual dan tidak untuk menggantikannya. Sonografi transvaginal dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak organ/massa akan tetapi tidak dapat menilai mobilitas organ atau massa tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar