Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

KB IUD NON-HORMONAL


KB IUD NON-HORMONAL
A.    Definisi IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010). AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).

B.     Jenis-jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a.       Copper-T 
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
b.      Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
c.       Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
d.      Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).

C.     Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
·         Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii 
·         Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
·         Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
·         AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).

D.     Kelemahan dan Kelebihan
Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
·         Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi sampai dibuka
·         Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan) 
·         Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun
·         Tidak mempengaruhi hubungan seksual 
·         Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A 
·         Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI 
·         Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi) 
·         Dapat digunakan sampai menopouse 
·         Tidak ada interaksi dengan obat-obat 
·         Membantu mencegah kehamilan ektopik 
·         Relatif tidak mahal
·         Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
·         Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
·         Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
·         Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)
·         Efek samping yang rendah
·         Dapat menyusui dengan aman
·         Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010).
·         Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama satu tahun)
·         Tidak terganggu faktor lupa
·         Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A) 
·         Mengurangi kunjungan ke klinik
·         Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).
IUD baik untuk wanita yang:
·         Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang
·         Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak 
·         Memberikan ASI
·         Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
·         Berada dalam masa pasca aborsi
·         Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
·         Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
·         Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya.
·         Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat (Kusumaningrum, 2009).



Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:
·         Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular 
·         Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit 
·         Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar) 
·         Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS 
·         Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan 
·         Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas 
·         Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR 
·         Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari 
·         Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
·         Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
·         Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi, 2010).
Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a.       Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b.      Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.       Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d.      Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e.       Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
a.       1 bulan pasca pemasangan
b.      3 bulan kemudian
c.       setiap 6 bulan berikutnya
d.      bila terlambat haid 1 minggu
e.       perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).


E.     Efek samping
Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008). Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009). Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).
F.      Indikasi
Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu:
·         Usia reproduktif 
·         Keadaan nulipara 
·         Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang 
·         Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi 
·         Setelah melahirkan dan tidak menyusui 
·         Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 
·         Risiko rendah dari IMS 
·         Tidak menghendaki metoda hormonal 
·         Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari 
·         Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama 
·         Perokok 
·         Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
Jangan memakai spiral jika:
·         sedang hamil atau kemungkinan hamil
·         berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila suami/pasangan punya pasangan lain)
·         pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi
·         pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)
·         Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat
·         sangat kekurangan darah merah (anemia)
·         belum pernah hamil (Zahra, 2008).
Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
·         Hamil atau diduga hamil
·         Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
·         Pernah menderita radang rongga panggul
·         Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
·         Riwayat kehamilan ektopik
·         Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
·         Kehamilan
·         Sepsis
·         Aborsi postseptik dalam waktu dekat
·         Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
·         Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
·         Penyakit tropoblastik ganas
·         Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
·         Penyakit radang panggul
·         PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
·         TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
Wanita yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah:
·         Sedang hamil 
·         Perdarahan vagina yang tidak diketahui 
·         Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) 
·         Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik 
·         Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri 
·         Penyakit trofoblas yang ganas 
·         Diketahui menderita TBC pelvik 
·         Kanker alat genital 
·         Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar