KB IUD NON-HORMONAL
A.
Definisi
IUD
Intra Uterine device
(IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya
terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD
dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan
rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan
lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah
lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam
rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang
relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah
masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan
alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan
terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh
dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang
terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan
dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan
maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010). AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau
spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD
adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang
ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa
dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini
bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum,
2009).
B. Jenis-jenis
IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara
lain adalah :
a.
Copper-T
IUD berbentuk T,
terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas
(anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
b. Copper-7
IUD ini berbentuk
angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD
Copper-T (Imbarwati, 2009).
c. Multi load
IUD ini terbuat dari
plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang
fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk
menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small,
dan mini (Imbarwati, 2009).
d.
Lippes loop
IUD ini terbuat dari
polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning)
dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah
bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan
dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus
dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic
atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga
dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga
(copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS
melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T
(melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma
untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD
(melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk
kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
C.
Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
·
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii
·
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri
·
Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
sperma untuk fertilisasi.
·
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).
D.
Kelemahan dan Kelebihan
Intra uterine devise
(IUD) memiliki keuntungan yaitu:
·
Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali
pakai terus berfungsi sampai dibuka
·
Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
·
Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang
sampai 5-10 tahun
·
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
·
Tidak ada efek samping hormonal dengan
CuT-380A
·
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume
ASI
·
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
·
Dapat digunakan sampai menopouse
·
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
·
Membantu mencegah kehamilan ektopik
·
Relatif tidak mahal
·
Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika
memakai pil)
·
Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
·
Dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi
·
Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera
setelah pemasangan)
·
Efek samping yang rendah
·
Dapat menyusui dengan aman
·
Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya
(Kusmarjadi, 2010).
·
Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100
wanita setelah pemakaian selama satu tahun)
·
Tidak terganggu faktor lupa
·
Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10
tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A)
·
Mengurangi kunjungan ke klinik
·
Lebih murah dari pil dalam jangka panjang
(Kusumaningrum, 2009).
IUD baik untuk wanita
yang:
·
Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat
efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang
·
Tidak ingin punya anak lagi atau ingin
menjarangkan anak
·
Memberikan ASI
·
Berada dalam masa postpartum dan tidak
memberikan ASI
·
Berada dalam masa pasca aborsi
·
Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
·
Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil
setiap hari
·
Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode
hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya.
·
Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi
darurat (Kusumaningrum, 2009).
Kelemahan kontrasepsi
IUD yaitu:
·
Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar pada infeksi menular
·
Efek samping umum terjadi perubahan siklus
haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih
sakit
·
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang
selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid
atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus
(sangat jarang apabila pemasangan benar)
·
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
·
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS
atau yang sering berganti pasangan
·
Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
·
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik
diperlukan dalam pemasangan AKDR
·
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi
segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
·
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya
sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
·
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui
(sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
·
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD
dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya
antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat sampai beberapa jam setelah
pemasangan. Beberapa wanita mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai
beberapa minggu setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga
(Kusmarjadi, 2010).
Spiral tidak
melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan seksual,
termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral akan memperparah penyakit Anda,
menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa
membuat Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam
siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai
ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah
melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan;
setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya
keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari
setelah sanggama yang tidak dilindungi (Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari
penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang
IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca
pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan
berikutnya
d. bila terlambat haid 1
minggu
e. perdarahan banyak atau
keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).
E. Efek samping
Seminggu pertama,
mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang
mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih
menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya
sesudah 3 bulan (Zahra, 2008). Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama
setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak.
Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser
dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa
tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum,
2009). Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral
adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan
pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya
sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus
memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga
jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi
mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga,
barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos
pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau
benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa
meminta layanan ini (Zahra, 2008).
F.
Indikasi
Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu:
·
Usia reproduktif
·
Keadaan nulipara
·
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang
·
Perempuan menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi
·
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
·
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi
·
Risiko rendah dari IMS
·
Tidak menghendaki metoda hormonal
·
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil
setiap hari
·
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari
senggama
·
Perokok
·
Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008).
Jangan memakai spiral
jika:
·
sedang hamil atau kemungkinan hamil
·
berisiko tinggi terkena penyakit yang menular
lewat hubungan seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila
suami/pasangan punya pasangan lain)
·
pernah mengalami infeksi saluran peranakan
atau rahim, atau infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi
·
pernah hamil di luar rahim (hamil dalam
saluran fallopian)
·
Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar
sangat banyak) diserat rasa sakit yang hebat
·
sangat kekurangan darah merah (anemia)
·
belum pernah hamil (Zahra, 2008).
Kontra indikasi wanita
pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
·
Hamil atau diduga hamil
·
Infeksi leher rahim atau rongga panggul,
termasuk penderita penyakit kelamin
·
Pernah menderita radang rongga panggul
·
Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
·
Riwayat kehamilan ektopik
·
Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum,
2009).
Kondisi dimana seorang
wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
·
Kehamilan
·
Sepsis
·
Aborsi postseptik dalam waktu dekat
·
Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga
rahim
·
Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya
·
Penyakit tropoblastik ganas
·
Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker
endometrium
·
Penyakit radang panggul
·
PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir
dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
·
TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
Wanita yang tidak
diperkenankan menggunakan IUD adalah:
·
Sedang hamil
·
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
·
Sedang menderita infeksi alat genital
(vaginitis, servisitis)
·
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau
sering menderita PRP atau abortus septik
·
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau
tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
·
Penyakit trofoblas yang ganas
·
Diketahui menderita TBC pelvik
·
Kanker alat genital
·
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
(Muhammad, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar