Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

PEMERIKSAAN BAYI DAN BALITA NORMAL


            Asuhan Bayi dan Balita Normal
A.   Pengertian asuhan bayi dan balita
Asuhan pada bayi dan balita normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setlah kelahiran dan sampai bayi berumur 5 tahun. Aspek penting dari asuhan:
1.        Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
a)      Pastikan bayi ttap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
b)      Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c)      Pastikan bayi ttap hangat dengan memeriksa telapk tangan dan kaki bayi setiap 15 menit sekali
d)     Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
e)      Apabila suhu aksila bayi kurang dari 36,5oC, segera hangatkan bayi.
2.        Menjaga pernafasan
a)      Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit
b)      Jikaa tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut ; keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung bayi dengan lembut.
c)      Jika sebelum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi
d)     Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan kaeter nasal.
3.           Merwat mata
a)      Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit mata krl klamidia, atau
b)      Berikan tetes mata perak nitrat atau Neosporin segera setelah lahir.

B.            Memepertahankan suhu normal bayi
             memepertahankan bayi baru lahir yang sakit atau kecil, perlu penambahan kehangatan untuk memepertahankan suhu normal, bayi dapat cepat terjadi hiptermi dan untuk mengahangatkan kembali membutuhkan waktu yang lama. Resiko komplikasi dan kematian meningkat secarabermakana bila suhu lingkungan tidak optiml.
1.             Prinsip umum
Bayi harus teap berpakaian atau diselimuti setiap saat , agar tetap hangat walaupun dalam keadaan dilakukaka tindakan , seperti bila dipasang jalur infur intravena, atau selama resusitasi dengan cara :
·         Memakai pakaian dan menggenakan topi
·         Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut kemudian selimuti
·         Buk abgian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan tindakan
·         Rawatlah bayi kecil diruang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari aliran angin)
·         Jangan letakkan bayi dengan benda yang dingin 9seperti dinding atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau dibawah pemancar panas.
·         Jangan letakkan bayi langsung di permukaan yang dingin 9alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
·         Pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat
·         Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (seperti menggunakan pemancar panas)
·         Gantii popok setiap basah
·         Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
2.    pengukuran sushu tubuh
Lajukan pengukuran suhu tubuh sesuai tabel dibawah ini, kecuali ada petunjuk langsung dalam bab yang berkaitan dengan masalah lain

Keadaan bayi
Bayi sakit
Bayi kecil
Bayi sangat kecil
Bayi keadaan membaik
Frekuensi pengukuran
Tiap jam
Tiap 12 jam
Tiap 6 jam
Sekali sehari

2.2       Pemeriksaan Fisik pada Bayi
Pemeriksaan fisik pada bayi atas beberapa hal yang menyangkut fungsi pada sistem tubuh bayi.
Pemeriksaan Fisik Pada Bayi. Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau peneyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi. Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain sebagai berikut.
1.      Hitung frekunsi napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukakan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, etapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodeik, maka masih dikatakan dalam batas normal.
2.      Lakukan Inspeksi pada warna bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibanding bayi dalam keadaan praterm, meningkat kondisi kulitnya lebih tebal.
3.      Hitung denyut jantung bayi dengan stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas.pemeriksaan denyut jantung ini dikatakakan normal, apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit. Amsih keadaan normal  apabila diatas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari , dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres.
4.      Ukur suhu aksila
Lakukanlah pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menetukan apakah bayi dalam keadaan  hipotermi. Dalam keadaan kondisi normal suhu tubuh bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius
5.      Kaji postur dan gerakan
Pemeriksaan ini untuk memiliki ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit kebelakang, tubuh melengkung ke depan, adanya kejang/spasme, serta tremor. Pemeriksaan ostur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan akan longgar dengan lengan panggu dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, didalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut/ sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstermitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simestris disertai dengan gerakan sendi penuh dan bayi normal dapat sedikit gemetar.
6.      Periksa tonus atau kesadarn bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya latergi, yaitu penurunan kesadarn dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan , ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang , mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadarn mulai dari diam hingga sadar penuh serta byi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.
7.      Pmeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan yang abnormal, asimetris, posisi dengan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jrak kaki, yaitu jumlahnya berlebihan atau saling melekat.
8.      Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada suatu tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakkan postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong).pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua selanjutnya, kulit tubu yang terkelupas pada hari pertama.
9.      Pemeriksaan  tali pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apabila ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertaam dan mulai mengering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke 10
10.  Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan kepala yang dapat diperksa antara lain sebagai berikut.
a)         Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung.
b)        Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak. Ada tidaknya capu succedaneum (odem pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta meneyebrangi suturra dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya chepal hematum terjadi setelah sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena  tertutup oleh caput succedeneum, konsistensinya lunak , berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak , tidak menyebrangi suttura, dan apabila menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanyaperdarahan  yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkab jaringan di luar sins dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga berbentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya flutusi dan edema. Pemeriksaan selanjuttnya, adalah mneilai fontanella dengan cara melakukan palspasi dan edema menggunakan jari tangan, kemudia fointanel posterior dapat dilihat proses penututupannya setelah usis 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usis 12- 18 bulan
c)      Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu kordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensifitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada glukoma congenital, dapat terlihat pembesaran dan dapat terjadi kekeruhan pada kornea. Katarak congenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, pendarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.
d)      pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi reflex terkejut, apabila tidak terjadi reflexs maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
e)      pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernafasan, apabila bayi bernafas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan nafas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernafasan cuping hidung akan menunjukan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila secret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis congenital dan kemungkinan lain.
f)        pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan ,elihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan reflex menghisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan congenital. Adanya bercak pada mukosa mulus, palatum, dan pipih biasanya disebut sebagai monilia albicans. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang idak sempurna.
g)      pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain
11.         Pemeriksaan abdomen dan punggung
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila ditemukan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya terba 2-3 cm di bawah arcus costa kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arcus costa kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan mengatur posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya keinan seperti spina bifida atau mielomeningel (defek tulang punnggung, sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).
12.         Pengukuran antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2500-3500gram apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram maka dapat dikatakan bayi memiliki  berat  badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi apabila ditemukan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 3500 gram, maka lebih dimasukkan dalam kelompok makrosomia. Pengukuran antropometri ialah pengukuran panjang badan secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil dari 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
13.         Pemeriksaaan genital
Pemeriksaan genital ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada secret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormone. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek dorsum penis.
14.         Pemeriksaan urine dan tinja        
Pemeriksaan urin dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare setra kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi mengikat serta adanya lender atau darah. Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kelahiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar