Asuhan
Bayi dan Balita Normal
A. Pengertian asuhan bayi dan balita
Asuhan pada bayi
dan balita normal
adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setlah kelahiran dan sampai
bayi berumur 5 tahun.
Aspek penting dari asuhan:
1.
Menjaga
agar bayi tetap
hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
a) Pastikan bayi ttap hangat dan
terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
b) Ganti handuk/kain yang basah, dan
bungkus bayi tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c) Pastikan bayi ttap hangat dengan
memeriksa telapk tangan dan kaki bayi setiap 15 menit sekali
d) Apabila telapak bayi terasa dingin,
periksa suhu aksila bayi
e) Apabila suhu aksila bayi kurang dari
36,5oC, segera hangatkan bayi.
2.
Menjaga
pernafasan
a) Memeriksa pernafasan dan warna kulit
setiap 5 menit
b) Jikaa tidak bernafas, lakukan
hal-hal sebagai berikut ; keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat,
gosoklah punggung bayi dengan lembut.
c) Jika sebelum bernafas setelah 1
menit mulai resusitasi
d) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau
sukar bernafas/frekuensi pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan
kaeter nasal.
3.
Merwat
mata
a) Berikan eritromicin 0,5% atau
tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit mata krl klamidia, atau
b) Berikan tetes mata perak nitrat atau
Neosporin segera setelah lahir.
B.
Memepertahankan
suhu normal bayi
memepertahankan
bayi baru lahir yang sakit atau kecil, perlu penambahan kehangatan untuk
memepertahankan suhu normal, bayi dapat cepat terjadi hiptermi dan untuk
mengahangatkan kembali membutuhkan waktu yang lama. Resiko komplikasi dan kematian
meningkat secarabermakana bila suhu lingkungan tidak optiml.
1.
Prinsip umum
Bayi harus teap berpakaian atau diselimuti setiap saat
, agar tetap hangat
walaupun dalam keadaan dilakukaka tindakan , seperti bila dipasang jalur infur
intravena, atau selama resusitasi dengan cara :
·
Memakai
pakaian dan menggenakan topi
·
Bungkus
bayi dengan pakaian yang kering dan lembut kemudian selimuti
·
Buk
abgian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan tindakan
·
Rawatlah
bayi kecil diruang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari aliran
angin)
·
Jangan
letakkan bayi dengan benda yang dingin 9seperti dinding atau jendela) walaupun
bayi dalam inkubator atau dibawah pemancar panas.
·
Jangan
letakkan bayi langsung di permukaan yang dingin 9alasi tempat tidur atau meja
periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
·
Pada
waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar
panas atau kontak kulit dengan perawat
·
Berikan
tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (seperti menggunakan pemancar
panas)
·
Gantii
popok setiap basah
·
Jangan
memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
2. pengukuran sushu tubuh
Lajukan
pengukuran suhu tubuh sesuai tabel dibawah ini, kecuali ada petunjuk langsung
dalam bab yang berkaitan dengan masalah lain
Keadaan
bayi
|
Bayi
sakit
|
Bayi
kecil
|
Bayi
sangat kecil
|
Bayi keadaan membaik
|
Frekuensi pengukuran
|
Tiap
jam
|
Tiap
12 jam
|
Tiap
6 jam
|
Sekali sehari
|
2.2 Pemeriksaan Fisik pada Bayi
Pemeriksaan fisik pada bayi atas
beberapa hal yang menyangkut fungsi pada sistem tubuh bayi.
Pemeriksaan Fisik Pada Bayi. Merupakan pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang
dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu
pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam
keadaan telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan
panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status
adaptasi atau peneyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri
serta mencari kelainan pada bayi. Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
pada bayi antara lain sebagai berikut.
1. Hitung
frekunsi napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukakan dengan
menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan dikatakan normal
pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa
adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, etapi apabila bayi
dalam keadaan lahir kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37
minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan
berhenti beberapa detik secara periodeik, maka masih dikatakan dalam batas
normal.
2. Lakukan
Inspeksi pada warna bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah
ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam
keadaan aterm umumnya lebih pucat dibanding bayi dalam keadaan praterm,
meningkat kondisi kulitnya lebih tebal.
3. Hitung
denyut jantung bayi dengan stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi
mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti
suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas.pemeriksaan
denyut jantung ini dikatakakan normal, apabila frekuensinya antara 100-160 kali
per menit. Amsih keadaan normal apabila
diatas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali
per hari , dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami
distres.
4. Ukur
suhu aksila
Lakukanlah pemeriksaan suhu melalui aksila untuk
menetukan apakah bayi dalam keadaan
hipotermi. Dalam keadaan kondisi normal suhu tubuh bayi antara 36,5-37,5
derajat celcius
5. Kaji
postur dan gerakan
Pemeriksaan ini untuk memiliki ada atau tidaknya
epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit
kebelakang, tubuh melengkung ke depan, adanya kejang/spasme, serta tremor.
Pemeriksaan ostur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan
tangan akan longgar dengan lengan panggu dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada
bayi berat kurang dari 2500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu
ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila
bayi letak sungsang, didalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada
sendi panggul atau lutut/ sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa
mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstermitas bayi harusnya terjadi secara
spontan dan simestris disertai dengan gerakan sendi penuh dan bayi normal dapat
sedikit gemetar.
6. Periksa
tonus atau kesadarn bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya
latergi, yaitu penurunan kesadarn dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit
kesulitan , ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang , mengantuk,
aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap
rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadarn mulai
dari diam hingga sadar penuh serta byi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau
dalam keadaan diam.
7. Pmeriksaan
ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya
gerakan yang abnormal, asimetris, posisi dengan gerakan yang abnormal
(menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jrak
kaki, yaitu jumlahnya berlebihan atau saling melekat.
8. Pemeriksaan
kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada suatu
tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakkan postula (kulit melepuh), luka
atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta
ada tidaknya ruam popok (bercak merah terang dikulit daerah popok pada
bokong).pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum (titik
merah dan pusat kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua
selanjutnya, kulit tubu yang terkelupas pada hari pertama.
9. Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apabila ada kemerahan,
bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal
apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertaam dan mulai mengering
atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke 10
10. Pemeriksaan
kepala dan leher
Pemeriksaan kepala yang dapat diperksa antara lain
sebagai berikut.
a)
Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah
dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung.
b)
Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat
dilihat adanya maulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau
tidak. Ada tidaknya capu succedaneum
(odem pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas,
serta meneyebrangi suturra dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya chepal hematum terjadi setelah sesaat
setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedeneum, konsistensinya lunak , berfluktuasi, berbatas
tegas pada tepi tulang tengkorak , tidak menyebrangi suttura, dan apabila
menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang
sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanyaperdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkab jaringan di luar sins dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga
berbentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya
flutusi dan edema. Pemeriksaan selanjuttnya, adalah mneilai fontanella dengan cara melakukan
palspasi dan edema menggunakan jari tangan, kemudia fointanel posterior dapat
dilihat proses penututupannya setelah usis 2 bulan dan fontanel anterior
menutup saat usis 12- 18 bulan
c) Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus
atau tidak, yaitu kordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya
adanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata
bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip
atau sensifitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan.
Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, kemungkinan anak mengalami sindrom
down. Pada glukoma congenital, dapat terlihat pembesaran dan dapat terjadi
kekeruhan pada kornea. Katarak congenital dapat dideteksi apabila terlihat
pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi
edema palpebra, pendarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.
d) pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk
menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau
suara jika terjadi reflex terkejut, apabila tidak terjadi reflexs maka kemungkinan
akan terjadi gangguan pendengaran.
e) pemeriksaan
hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernafasan, apabila bayi
bernafas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan nafas
karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernafasan cuping hidung
akan menunjukan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa.
Apabila secret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis
congenital dan kemungkinan lain.
f) pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan
,elihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat
dinilai melalui warna dan kemampuan reflex menghisap. Apabila ditemukan lidah
yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan congenital.
Adanya bercak pada mukosa mulus, palatum, dan pipih biasanya disebut sebagai
monilia albicans. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada
gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang idak sempurna.
g) pemeriksaan
leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan
dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher,
misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain
11.
Pemeriksaan
abdomen dan punggung
Pemeriksaan
pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari
abdomen, apabila ditemukan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya terba 2-3 cm di
bawah arcus costa kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arcus costa kiri. Pada
palpasi ginjal dapat dilakukan dengan mengatur posisi terlentang dan tungkai
bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut.
Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. adanya pembesaran pada ginjal
dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis.
Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah
dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang
untuk mencari ada atau tidaknya keinan seperti spina bifida atau mielomeningel
(defek tulang punnggung, sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).
12.
Pengukuran antropometri
Pada
bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan,
dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2500-3500gram apabila ditemukan
berat badan kurang dari 2500 gram maka dapat dikatakan bayi memiliki berat
badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi apabila ditemukan bayi dengan
berat badan lahir lebih dari 3500 gram, maka lebih dimasukkan dalam kelompok
makrosomia. Pengukuran antropometri ialah pengukuran panjang badan secara
normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar
kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah
30-33 cm. apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada,
maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil dari 3
cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
13.
Pemeriksaaan genital
Pemeriksaan
genital ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia
mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila
ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada
secret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormone. Pada bayi
laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis bayi adalah
3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah
adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek
sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek dorsum penis.
14.
Pemeriksaan urine dan tinja
Pemeriksaan
urin dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare setra kelainan
pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair
antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi mengikat serta
adanya lender atau darah. Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir
dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kelahiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar