Definisi sibling rivarly
Sibling rivalry
adalah persaingan antara saudara kandung dalam memperebutkan perhatian dan
kasih sayang orangtua.(1)
Sibling
rivalry adalah kecemburuan dan
kemarahan yang lazim terjadi pada anak karena kehadiran anggota keluarga baru
dalam keluarga, yang dalam hal ini adalah saudara kandungnya.(1)
Sibling rivalry dapat diartikan sebagai persaingan antara saudara
kandung. Persaingan antara saudara kandung merupakan respon yang normal seorang
anak karena merasa ada ancaman ganguan yang mengganggu kestabilan hubungan
keluarganya dengan adanya saudara baru.(2)
Kamus kedokteran
Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk
kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu
perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau
antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung
untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang
tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih. (3)
Sibling rivalry menjadi fenomena tersendiri, karena sejatinya kita adalah mahkluk sosial
yang menuntut manusia hidup berkelompok dan bermasyarakat. Meskipun ruang
lingkupnya kecil, keluarga adalah kumpulan orang, persaingan antara saudara
kandung otomatis tidak bisa di hindarkan, baik positif ataupun negatif.(3)
Persaingan adalah sesuatu yang alamiah, bagi
anak-anak ini semacam permainan, sedangkan bermain adalah proses pembelajaran
anak tentang kehidupan. Sibling rivallry
menjadi momen untuk mempelajari kebersamaan, keadilan, kelapangan hati untuk
memaafkan.(3)
Salah satu peristiwa kunci
dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan
waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana
bayi itu dilahirkan.(4)
Anak mungkin memiliki
reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain
baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau
segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang
tua bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang
tua memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar
persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.(4)
Tidak mudah memang untuk
menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi
baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan agar
anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu
tidur lebih larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi
untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan
marah dan suka memerintah dari anak yang lebih besar, lebih kuat dan lebih
pandai.(2)
Percekcokan yang bercampur
dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di antara kakak dan
adik. Tidak bijaksana bila kita mengharapkan seseorang anak selalu bertindak
adil menurut standar orang dewaasa. Baragkali lebih baik mengajar semua anak
karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi
daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun
tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar
seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.(2)
Jika saudara kandung
adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa yang sedang
terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu
mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari
situasi tersebut dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang
ingin dia ketahui ini.(1)
Begitu bayi lahir, anak
yang lebih besar merasa kehilangan orang tuanya dan marah karena bayi akan
menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah membantu
dan bertindak seperti “orang dewasa” akan membuat anak tahu bahwa dia juga
mempunyai peran baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak
mendapatkan waktu menjadi “orang penting” dan diizinkan menjadi “bayi” sewaktu
dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan kesempatan agar dia tahu bahwa
ada cukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk mereka berdua.(1)
Jika saudara kandung sudah
memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam oleh pendatang
baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses kehamilan
dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.(1)
Kehadiran anggota
keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan krisis situasi yang perlu
diantisipasi dan anak todler (1-3 tahun) dipersiapkan, terutama untuk anak
pertama yang telah merasakan posisi yang menyenangkan menjadi “yang nomor
satu”.(1)
2.2. Penyebab
sibling rivarly
Penyebab Sibling Rivalry Banyak faktor
yang menyebabkan sibling
rivalry, antara lain:
1.
Masing-masing anak bersaing
untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara
mereka.
2.
Anak
merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang
tua mereka.
3.
Anak-anak
merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota
keluarga baru/ bayi.
4.
Tahap
perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses
kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5.
Anak frustasi karena merasa
lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6.
Kemungkinan, anak tidak tahu
cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
7.
Dinamika keluarga dalam memainkan
peran.
8.
Pemikiran orang tua tentang
agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
9.
Tidak memiliki waktu untuk
berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10.
Orang tua mengalami stres dalam
menjalani kehidupannya.
11.
Anak-anak
mengalami stres dalam kehidupannya.
12.
Cara orang tua memperlakukan
anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.(4)
2.3. Segi positif sibling rivarly
Segi Positif Sibling Rivalry Meskipun
sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya, antara lain:
1.
Mendorong
anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan
penting.
2.
Cara
cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3.
Mengontrol dorongan untuk
bertindak agresif.(3)
2.4. Respon anak
Respon
yang dapat ditunjukkan oleh anak, antara lain :
1.
Memukul bayi (adiknya)
2.
Mendorong bayi dari
pangkuan ibu
3.
Menjauhkan
putting susu dari mulut bayi
4.
Secara
verbal menginginkan bayi kembali ke perut ibu
5.
Ngompol lagi
6.
Kembali bergantung pada
susu botol
7.
Bertingkah agresif.(1)
2.5. Antisipasi orang tua
Cara mengantisipasi perubahan sikap
dan perilaku anak adalah dengan menyiapkan mereka untuk kelahiran adiknya,
yaitu :
1.
Mulai memperkenalkan
pada organ reproduksi dan seksual
2.
Beri penjelasan yang
konkret tentang pertumbuhan bayi dalam rahim dengan menunjukkan gambar
sederhana tentang uterus dan perkembangan janin
3.
Beri
kesempatan anak untuk ikut gerakan janin
4.
Libatkan anak dalam
perawatan bayi
5.
Beri pengertian
mendasar tentang perubahan suasana rumah, seperti alasan pindah kamar
6.
Lakukan aktivitas
seperti biasanya dan lakukan bersama dengan anak, seperti mendongeng sebelum
tidur atau piknik bersama.(1)
2.6. Mengatasi sibling rivarly
Mengatasi Sibling Rivalry Beberapa hal yang perlu
diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1.
Tidak membandingkan antara anak
satu sama lain.
2.
Membiarkan anak menjadi diri
pribadi mereka sendiri.
3.
Menyukai bakat dan keberhasilan
anak-anak Anda.
4.
Membuat
anak-anak mampu bekerja sama dari pada bersaing antara
satu sama lain.
5.
Memberikan
perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6.
Mengajarkan anak-anak Anda
cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
7.
Bersikap
adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8.
Merencanakan kegiatan keluarga
yang menyenangkan bagi semua orang.
9.
Meyakinkan setiap anak
mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10.
Orang tua tidak perlu langsung
campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
11.
Orang
tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk
anak-anak.
12.
Orang tua dalam memisahkan
anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
13.
Jangan
memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14.
Kesabaran
dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari
adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry
yang paling bagus.(4)
2.7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran
Ada sebuah keluarga
kecil yang sedang berbahagia karena ibu muda ini akan melahirkan anak ke duanya, sebelumnya ibu ini memiliki anak
pertama yang usianya kini 3 tahun. Anak pertamanya ini adalah seorang anak
laki-laki yang baik dan penurut, ibu merasa sangat senang dengan sikapnya yang
sudah tidak rewel dan ibu pun tidak khawatir dengan kehamilannya untuk
memberikan adik pada sang kakak.
Tetapi setalah ibu
melahirkan ada hal yang berbeda dari anaknya yang pertama ini. Dia menjadi
sangat rewel, cengeng, suka ngompol
padahal itu hal yang sudah tidak pernah dia perlihatkan lagi selama ibu hamil.
Ibu dan ayah terkadang sangat kebingungan dengan hal ini, apalagi sekarang ada
bayi kecil yang sangat perlu diperhatikan.
Ibu : (sedang menggendong adik bayi
sambil menyusui dan menyanyikan lagu)
“ ade bobo,,oh..ade bobo.. kalau tidak
bobo nanti di gigit nyamuk”
Kakak : “ibu- ibu lihat kakak gambar bu...”
Ibu
:“iy ka,, sebentar ya, ibu kan lagi menyusui
ade nie,..”
Kakak
: “ ibu kakak juga pengen susu,,bu,,”
Ibu
:“iy,,kakak nanti ibu bikinin ya susunya buat
kakak ,,”
Kakak
: “ ah,,, sekarang bikininnya,,ibu,,sekarang..”
(sambil merengek-rengek dan menjauhkan
adiknya dari pangkuan ibu)
Ibu
: “ayah,,,ayah,, tolong ini kakak,,”
Ayah
:(ayah yang sedang membaca koran,
berlari menghampiri ibu)
“ kenapa bu,, ada
apa dengan kakak..??”
Ibu : “ini kakaknya rewel, kepingin dibuatin
susu ,,ibu lagi nyusuiin ade nie,,,”
Ayah :(ayah melihat kakak merengek-rengek sambil
mendorong adik bayinya)
“ kakak ga boleh gitu ya sayang,,yuk
ayah bikinin susu buat kakak,,”
Kakak :
“ ga mau pingin di buatin sama ibu,,,”
(sambil menangis)
Ibu : “ya sudah ayah tolong gendong adenya
yah,, biar ibu yang buatin susu buat kakak ,,”
Ayah :
“ ya sudah kalau begitu “
(ayah mengambil adik bayi dari
gendongan ibu)
Akhirnya susu pun
dibuatkan oleh ibu dan diberikan kepada kakak, kakak pun merasa senang dan
tersenyum kembali. Ibu merasa sangat kelelahan dengan sikap kakak yang semakin
hari makin rewel, tidak mau kalah dari adiknya. Di malam hari ibu yang sudah kelelahan
berbincang-bincang dengan ayah.
Ibu : “ yah,,gimana ya,, ibu takut kalau
melihat perkembangan kakak, yang semakin tidak bisa menerima kehadiran adiknya”
Ayah : “ya sudah bu,, jangan terlalu di pikirkan,
mungkin karena kakak cemburu dengan adik bayi saja”
Ibu : ya,, mungkin juga, tapi kalau di
biarkan terlalu lama apa tidak akan terus ke bawa nanti sampai dewasa yah,,??”
Ayah :
“ bagaimana kalau kita tanyakan hal ini ke ibu bidan saja,,”
Ibu
: “ iya,, yah .. mungkin bu bidan lebih tau tentang hal ini ,,”
Perbincangan ayah
dan ibu ini akhirnya di hentikan dengan semakin larutnya malam dan waktunya
untuk meraka beristirahat. Keesokan harinya ayah dan ibu beserta anak-anaknya
pergi ke tempat bidan yang telah membantu persalinan ibu. Sesampainya di tempat
bidan ibu dan ayah disambut dengan ramah.
Bidan
: “selamat pagi ibu, bapak, hallo kakak,, mari silahkan duduk”
Ibu
: “iy,,bu bidan terima kasih,,
Bidan : “iy,, baik bu..bagaimana kabarnya,,??
Ibu
: baik bu, alhamdulillah,,,
Bidan
: “ baik bu,, ada yang bisa saya bantu ..??”
Ibu :“iya bu,, ini anak saya kakak,
sekarang-sekarang ini sangat sering rewel dan ada perasaan cemburu dengan
adiknya, padahal sewaktu masih hamil masih biasa-biasa saja “
Bidan : “begitu ya bu,,mungkin itu memang hal yang
wajar menurut kakak, karena dia merasa mulai tidak di perhatikan lagi oleh
orang tuanya semenjak kehadiran adiknya, mugkin ibu dan bapa juga lupa untuk
meperhatikan kakak karena terfokus dengan adiknya, itu juga menjadi salah satu
kecemburuan buat kakak”
Ibu
: “begitu ya bu bidan, terus saya harus seperti apa..?”
Bidan : “sebaiknya ibu mulai mengajak kakak
terlibat dalam beberapa hal yang bisa ia lakukan, contohnya ibu mengajak kakak
untuk menyiapan pakaian adiknya setelah adik mandi, agar dia merasa ada tugas
baru sebagai kakak yang melindungi adiknya.”
Ayah
: “betul juga ya bu bidan”
Bidan :
“untuk bapa juga harus bisa membantu ibu, agar dapat membagikan waktu bersama
kakak dan juga adik barunya.”
Ayah : “ baik bu bidan, insya alloh tentunya saya
akan merawat dan menjaga anak-anak dan istri saya,”
Bidan :
“ baiklah ibu dan bapa, apa sudah dapat di pahami,,??
Ibu : “insya alloh sudah paham bu bidan, saya
harus bisa memberikan sedikit tanggung jawab untuk kakak agar dia punya peran
baru sebagi seorang kaka dan lebih dekat dengan adiknya begitukan bu bidan,,
lalu kapan saya bisa menerapkan hal
tersebut,,??’
Bidan : “ betul bu,, saya rasa ibu dan bapa dapat
menerapkannya mulai dari sekarang ini,, iy kakak, kakak sayang sama adik bayinya,,??
Kakak
: “ sayang,,” (sambil menganggukkan kepalanya)
Bidan
: “kalau gitu kakak jaga dan rawat adiknya yah,,”
Kakak
:”iyah,,di jaga yah,,”
Ayah :” baiklah bu bidan, kita mau pamit saja,
terima kasih banyak ya bu bidan”
Bidan : “ iya,,sama-sama bapa, ibu, saya juga berterima
kasih karena sudah mau berbagi dengan saya.”
Akhirnya ayah dan
ibu pun pulang dan di rumah mereka mulai menerapkan hal-hal kecil yang
melibatkan anak pertamanya itu. Mulai dari menyiapkan pakaian adik dengan
membawa popok dan mengajak adik bermain, sampai tertidur bersama adiknya. Kakak
pun mulai tidak rewel lagi dan lebih banyak membatu ibu dan ayahnya, kakak
menunjukan perannya sebagi seorang kakak yang bisa menjaga adiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar