Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

Perdarahan masa nifas


Perdarahan masa nifas                             
1.4.1        Pengertian
Perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam atau lebih setelah anak lahir. Perdarahan post partum itu terbagi menjadi dua yaitu perdarahan post partum primer dan sekunder. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorhage) yang terjadi pada 24 jam pertama. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
1.4.2        Pembagian
1.4.2.1  Perdarahan Post partum Primer
a.      Atonia uteri
merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan
b.      Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
c.       Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara berbeda yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar kesegmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskioun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
d.      Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhyubungan dengan perineum sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
e.       Kolparoreksis
Kolparoreksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas avgina. Hal ini apabila pada persalinan yang disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjadi regangan segmen bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina, jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan, terjadi robekan vagina pada batas antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang terfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolparoreksis juga timbul apabila pada tindakan pervaginam dengan memasukan tangan penolong ke dalam uterus terjadi kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar untuk mencegah uterus naik k eats.
f.       Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta setengah jam setelah anak lahir. Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual dulu.


1.4.2.2  Perdarahan Post Partum Sekunder
a.        Pengertian
1.      Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
2.      Perdarahan nifas dinamakan sekunder adalah bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan
3.      Perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah lebih 24 jam post partum dan biasanya terjadi pada minggu kedua nifas
2.1 Sub involusio
2.2 Hematoma nifas
c. Gejala klinis                                                   
1.      Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui patrum pengeluaran lokhea normal
2.      Terjadi perdarahan yang cukup banyak
3.      Rasa sakit didaerah uterus
4.      Palpasi : fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari yang seharusnya
5.      Pada pemeriksaan dalam : didapatkan uterus yang membesar, lunak, dan dari osteum uteri keluar darah.

d. Patofisiologi perdarahan post partum sekunder
1.      Sub Involusio
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadand-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. selama periode tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat ( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
a.        Lochia yang baunya sangat tidak enak, seharusnya baunya sama seperti saat menstruasi
b.      Gumpalan darah yang banyak atau besar (seukuran jeruk limau atau lebih besar) dalam lokhia.
Subinvolusi uterus adalah proses involusi rahim (pengecilan rahim) tidak berjalan sesuai sebagaimana mestinya,  sehingga proses 24 pengecilan terlambat. Tanda dan gejala terjadinya subinvolusi uterus sebagai berikut:
a.       Uterus lunak dengan perlambatan atau tidak adanya penurunan tinggi fundus uteri
b.      Warna lokhia merah kecoklatan persisten atau berkembang lambat selama tahap-tahap rabas lokhia diikuti perdarahan intermiten.
Subinvolusi diterapi dengan ergonovin (Ergotrate) atau metilergonovin (methergine), 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika ibu juga mengalami endometritis, tambahkan antibiotik spektrum luas (Varney, 2009).



2.      Hematoma Nifas
Darah dapat mengalir ke dalamjaringan ikat di bawah kulit yang menutupi genitalia eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma.
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.
Darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi genitalia eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma vulva dan vagina keadaan tersebut biasanya terjadi setelah cidera pada pembuluh darah tanpa adanya laserasi jaringan supervisial , dan dapat dijumpai baik pada persalinan spontan maupun denga operasi.kadang-kadang baru terjadi kemudian,dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya.kadang-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. selama periode tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat ( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. selama periode tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat ( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya.kadand-kadang oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore.
a.       Hematoma Vulva
Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap spontan.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi yang menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar