Perdarahan masa nifas
1.4.1
Pengertian
Perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam
atau lebih setelah anak lahir. Perdarahan post partum itu terbagi menjadi dua
yaitu perdarahan post partum primer dan sekunder. Perdarahan postpartum primer
(early postpartum hemorhage) yang terjadi pada 24 jam pertama. Perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
1.4.2
Pembagian
1.4.2.1 Perdarahan Post partum
Primer
a.
Atonia uteri
merupakan penyebab utama terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi
dengan baik setelah persalinan
b.
Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan
penyebab kedua tersering dari perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
c.
Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan
robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara berbeda yang belum pernah
melahirkan pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar kesegmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak
berhenti meskioun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi
baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
d.
Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak
berhyubungan dengan perineum sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan
cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
e.
Kolparoreksis
Kolparoreksis adalah robekan
melintang atau miring pada bagian atas avgina. Hal ini apabila pada persalinan
yang disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus dengan
serviks uteri tidak terjadi regangan segmen bawah uterus dengan serviks uteri
tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang panggul, sehingga tarikan ke
atas langsung ditampung oleh vagina, jika tarikan ini melampaui kekuatan
jaringan, terjadi robekan vagina pada batas antara bagian teratas dengan bagian
yang lebih bawah dan yang terfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolparoreksis
juga timbul apabila pada tindakan pervaginam dengan memasukan tangan penolong
ke dalam uterus terjadi kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh
tangan luar untuk mencegah uterus naik k eats.
f.
Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah belum
lahirnya plasenta setengah jam setelah anak lahir. Tidak semua retensio
plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka
plasenta dilepaskan secara manual dulu.
1.4.2.2 Perdarahan Post Partum
Sekunder
a. Pengertian
1.
Perdarahan kala nifas sekunder adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama
2.
Perdarahan nifas dinamakan sekunder adalah bila
terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan
3.
Perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan
yang terjadi setelah lebih 24 jam post partum dan biasanya terjadi pada minggu
kedua nifas
2.1 Sub involusio
2.2 Hematoma nifas
2.2 Hematoma nifas
c. Gejala klinis
1.
Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui
patrum pengeluaran lokhea normal
2.
Terjadi perdarahan yang cukup banyak
3.
Rasa sakit didaerah uterus
4.
Palpasi : fundus uteri masih dapat diraba lebih
besar dari yang seharusnya
5.
Pada pemeriksaan dalam : didapatkan uterus yang
membesar, lunak, dan dari osteum uteri keluar darah.
d. Patofisiologi perdarahan post partum
sekunder
1. Sub Involusio
Sub involusio adalah kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai
pemanjangan periode pengeluaran lokhea dan kadand-kadang oleh perdarahan yang
banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan
perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih
besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. selama periode tertentu
puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat etiologi setempat
( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus
untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari
penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi
tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri
letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran
lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke
bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk
rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk
rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi
kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan.
Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada
infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan
yang berlebihan setelah kelahiran.
Dengan tanda dan gejala secara umum
sebagai berikut:
a.
Lochia yang baunya sangat tidak enak,
seharusnya baunya sama seperti saat menstruasi
b.
Gumpalan darah yang banyak
atau besar (seukuran jeruk limau atau lebih besar) dalam lokhia.
Subinvolusi uterus adalah proses involusi rahim (pengecilan
rahim) tidak berjalan sesuai sebagaimana mestinya, sehingga proses 24 pengecilan terlambat.
Tanda dan gejala terjadinya subinvolusi uterus sebagai berikut:
a.
Uterus lunak dengan
perlambatan atau tidak adanya penurunan tinggi fundus uteri
b.
Warna lokhia merah
kecoklatan persisten atau berkembang lambat selama tahap-tahap rabas lokhia
diikuti perdarahan intermiten.
Subinvolusi diterapi dengan ergonovin
(Ergotrate) atau metilergonovin (methergine), 0,2 mg per oral setiap 4 jam
selama 3 hari, ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika ibu juga mengalami
endometritis, tambahkan antibiotik spektrum luas (Varney, 2009).
2. Hematoma Nifas
Darah dapat mengalir ke dalamjaringan ikat di bawah kulit yang menutupi
genitalia eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma.
Hematoma terjadi karena kompresi yang
kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa
vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es,
analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat
diserap kembali secara alami.
Darah dapat mengalir ke
dalam jaringan ikat di bawah kulit yang menutupi genitalia eksterna atau di
bawah mukosa vagina hingga terbentuk hematoma vulva dan vagina keadaan tersebut
biasanya terjadi setelah cidera pada pembuluh darah tanpa adanya laserasi
jaringan supervisial , dan dapat dijumpai baik pada persalinan spontan maupun
denga operasi.kadang-kadang baru terjadi kemudian,dan keadaan ini mungkin
disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan
yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak
diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya.kadang-kadang
oleh perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang
berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan.
uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.
selama periode tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi
akibat etiologi setempat ( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen
plasenta dan infeksi pelvic.dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. selama
periode tertentu puerperium, sebagian besar kasus sub involusi terjadi akibat
etiologi setempat ( yang sudah diketahui ) yaitu retensi fragmen plasenta dan
infeksi pelvic.pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan
keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya.kadand-kadang oleh
perdarahan yang banyak.proses ini dapat diikuti oleh leukhore.
a.
Hematoma
Vulva
Khususnya yang terbentuk
dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam yang sering menjadi keluhan
utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap spontan.jaringan yang
melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat
penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh
leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau
berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan
normalnya keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang
mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi,
pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut
hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma vulva mudah didiagnosis dengan
adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi yang
menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi.jaringan yang melapisi gumpalan
hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga
terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang
berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan.
uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar