Stadium kala dua persalinan didefinisikan mulai dari dilatasi
serviks penuh sampai diikuti kelahiran bayi. Pada kebanyakan kasus, saat yang
tepat awitan stadium kedua tidak jelas (walsh, 2000b). stadium kedua di tandai
dengan dorongan untuk mengejan, yang bersifat spontan dan dapat mendahului
dilatasi penuh atau terjadi selama atau sesaat setelahnya. Semua keadan
tersebut bisa normal.Dengan membatasi keterbatasan waktu pada kala dua
persalinan hingga dua jam pada wanita primigravida dan 30 menit pada multipara
adalah biasa dan tidak di dukung oleh data (Sleep et al, 2000, Walsh, 2000b).
Perdebatan terkini menunjukan bahwa batas ketentuan waktu kala kedua harus
dihilangkan bila tidak ada masalah maternal atau janin dan kemajuan terus
terjadi (Sleep et al, 2000b). Menghentikan kala ke dua yang lama dengan
persalinan instrumental justru akan meningkatkan mordibitas maternal dan janin
serta tidak akan memperbaiki hasil (Sleep et al, 2000). (6)
Posisi janin kala II
Kala dua mulai pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada
akhir kala satu atau permulaan kala dua dengan kepala janin sudah masuk dalam
ruang panggul, ketuban pecah sendiri. Bila ketuban pecah, ketuban harus
dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala dua ini wanita tersebut mau
muntah atau muntah disertai timbulnya rasa ingin mengendan kuat. His akan
timbul lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping his,
wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his. Di luar his denyut
jantung janin harus sering diawasi.(2)
2.1 Pimpinan
Persalinan kala dua
Pimpinan kala pengusiran merupakan tugas berat karena : (3)
·
Setiap saat dapat terjadi bahaya terhadap ibu dan janin.
·
Diperlukan kemampuan melakukan pimpinan persalinan dengan jalan
mengkoordinasikan kekuatan his dan mengejan sehingga resultante kekuatan menuju
jalan lahir.
·
Menanamkan kekuatan moril kepada parturien sehingga dapat
menyelesaikan tugas melahirkan bayi dengan selamat.
·
Melakukan observasi sehingga segera diketahui bahaya yang
mengancam.
·
Kesiapan mengambil tindakan darurat pertolongan persalinan pada
saat yang tepat.
2.1.1 Yang perlu
diperhatikan dalam pmpinan kala dua : (1)
Dalam
kala dua penting untuk meperhatikan asepsis dan anti sepsis. Kalau ketuban
belum pecah harus dipecahkan . Supaya mengejan efektif pasien perlu dibimbing
waktu mengejan, tapi kita harus yakin dulu bahwa persalinan sudah masuk ke
dalam kala dua. Mengejan hanya
dibolehkan waktu ada his.
Sebelum
pasien mengejan ia harus menarik nafas yang dalam dulu, segera his memulai dan
kemudian mengejan ke bawah seperti buang air besar . Mengejan harus sepanjang
mungkin dan tidak boleh sambil mengeluarkan suara mengerang.
Kalau
pasien habis nafasnya, baiknya beristirahat sebentar kemudian mengejan
dilanjutkan lagi selama his masih ada. Untuk membantu kekuatan mengejan pasien
menarik pada tungkai atasnaya atau menolak pada tiang-tiang palang tempat tidur
diatas kepalanya.
Bunyi
jantung anak sekarang harus lebih sering diperiksa, sedapat-dapatnya sesudah
tiap his. Nadi ibu perlu juga diawasi karena nadi yang cepat menunjukan
kelelahan.
Dalam
kala pengeluaran sering feses keluar dan supaya jangan mengotori lapangan
persalinan , harus segera dihapus dengan kapas yang dibasahi cairan antiseptik
kalau nampak pada anus.
2.2 Gejala-gejala kala dua
: (1)
·
His menjadi lebih kuat , kontraksinya selam 50-100 detik ,
datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai
dengan keluarnya cairan yang kekuning-kuningan sekonyong konyong dengan banyak.
Adakalanya ketuban pecah dalam kala satu dan selaput janin dapat robek sebelum
persalinan mulai .
·
Pasien mulai mengejan .
·
Perdarahan sedikit bertambah .
·
Ketuban pecah dan air ketuban mengalir ke luar .
·
Perineum menonjol dan anus mulai terbuka .
·
Pada ahir kala dua sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di
dasar panggul perineum menonjol , vulva menganga dan rektum terbuka . Di puncak
his , bagian kecil dari kepal Nampak dalam vulva , tetapi hilang lagi waktu his
terhenti . Pada his berikutnya bagian kepala yang Nampak lebih besar lagi ,
tetapi surut kembali kalau his berhenti . Kejadian ini disebut kepala membuka
kepala .
2.2.1 Gejala lanjut kala
dua : (6)
1.
Perineum mengembang, vagina melebar, dan anus mendatar.
Seringkali ibu membuka anusnya saat mengejan selama kontraksi
2.
Bagian presentasi tampak dan terus berlanjut selama
kontraksi.
Untuk mengkoordinasikan semua
kekuatan menjadi resultante optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan : (3)
1. Parturien diminta untuk
merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul
2. Badan ibu di lengkungkan
sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3. His dan mengejan
dikerjakan bersama, sehingga kekuatannya optimal.
4. Saat mengejan napas
ditarik sedalm mungkin dipertahankan dengan demikian diafragma abdominal
membantu dorongan keaarah jalan lahir.
5. Bila lelah dan his masih
berlangsung, napas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali untuk
dipergunakan mengejan.
6. Melakukan observasi :
·
Denyut jantung janin setiap akhir his
·
Lingkaran bandle
·
Penurunan bagian terendah janin
·
Kemungkinan terjadinya prolapsus bagian janin.
Proses persalinan dapat berjalan
dengan sendirinya, tetapi setiap saat mungkin terjadi keadaan yang
membahayakan, sehingga memerlukan bantuan, untuk memberikan pertolongan yang
tepat menuju persalinan aman.(3)
2.3.1 Persiapan penolong menghadapi lahirnya anak : (1)
1.
Karena kita tidak mungkin mensterilkan tangan dengan mencuci
tangan apapun yang dipergunakan , maka untuk mengurangi infeksi oleh tangan ,
si penolong harus menggunakan sarung tangan karet yang dapat disterilakan
secara absolute. Karena sarung tangan mungkin robek , jelas bahwa desinfeksi
tangan perlu sebelum memakai sarung tangan .
2.
Pemakaina sarung tangan tidak saja melindungi si penderita ,
tetapi juga si penolong terhadap infeksi
oleh kuman-kuman yang ada dalam jalan lahir penderita (misalnya : spirochaeta
pallida ).
3.
Cara mencuci tangan telah diterapkan , tetapi kalau kita
terburu-buru waktu karena anak segera akan lahir , pencuican tangan disesuaikan
dengan keadaan. Secara lengkap hendaknya penolong mempergunakan topi dan tutup
mulut sebelum mencuci dan jas steril dan saryng tangan steril setelah mencuci .
2.3.2
Penatalaksanaan pimpinan
persalina kala dua
1)
Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan
tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk
meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.(3)
2)
Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian
kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan
secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan
lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran,
penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah
ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.(3)
3) Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk
memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara
teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat
kemajuan persalinan.(7)
Bambar 1.
posisi duduk atau setengah duduk
Gambar 2.
jongkok atau berdiri
Gambar 3.
Mengangkat atau berbaring miring ke kiri
4) Melahirkan kepala
Kalau kandung kencing
sudah penuh lagi , maka harus dikateterisasi. Katerisasi agak sulit dalam kala
pengeluaran, karena kepala anak menekan urethra. Kadang-kadang kita perlu
mendorong kepala sedikit ke atas dan
dengan 2 jari kita membuat ruangan antara uretra dan kepala , sehingga kateter
dapat masuk ke dalam kandung kencing .
Pada saat ini sering
timbul kejang pada kaki karena kepala anak menekan pada urat-urat saraf dalam
panggul , Kejang akan berkurang kalau kaki diluruskan dan dipijat-pijat .
Gambar 4. Melahirkan kepala
Pada saat kepala Nampak
sebesar 6-8 cm , ialah kira-kira waktu kepala akan keluar pintu , maka tangan
akan tertutup dengan kain steril mencari dagu anak pada perineum posterior
(antara anus dan os coccygis ) dan dengan tangan ini ditolak ke depan ,
sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengatur kecepatan lahirnya kepala.
Perasat ini disebut perasat ritgen . dan dilakukan antara his atau kalau his
timbul pasien dilarang mengejan .(1)
5) Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala lahir ,
mulut dan hidung anak dihapus dengan kain kasa supaya lender tidak terhisap
waktu anak mulai bernafas.
Segera juga periksa ada
lilitan tali pusat pada leher , kalau ada ini dapat dilonggarkan , maka dilepaskan
melalui kepala anak , tetapi kalau lilitan ketat maka digunting antara 2 klem
dan anak dilahirkan dengan segera .(1)
Gambar 5.
Memeriksa tali pusat
6) Melahirkan Bahu
Tidak lama setelah kepala
anak lahir secara spontan , mula-mula bahu belakang, kemudian bahu depan. Bahu
depan biasanya lahir sendiri disusul oleh seluruh badan anak . Penarkan kepala
anak ke bawah atau ke atas untuk melahirkan bahu tidak boleh terlalu kuat ,
karena dapat meregang plexus branchialis dengan akibat kelumpuhan lengan.(1)
Gambar 6. Melahirkan bahu
Dari pada menarik dengan
kuat kepala anak , lebih baik dilakukan tekanan pada fundus arteri .(1)
7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala,
leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah
kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada atau punggung janin, sementara
tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan
lengan lahir
Gambar 7. Melahirkan tubuh
bayi
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)Setelah seluruh
badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga
bayi menghadap kearah penolong.(7)
Usahakan bayi yang sudah lahir supaya ia bernafas
dengan membersihkan mulut, hidung dan keronkongan dari lendir atau air ketuban
yang terhisap dengan pertolongan penghisap lendir .(1)
Nilai bayi,
kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari
badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang
memungkinkan.(7)
8)
Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm
dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali
pusat diantara kedua klem.(7)
Gambar 8.
Memotong tali pusat
Cara mengikat tali pusat bermacam-macam, yang penting jangan
sampai tali pusat tertarik waktu mengikatnya.
Pada umumnya orang berpendapat kita
tidak perlu lagi menangguhkan pengguntingan tali pusat sampai denyut nadinya
hilang, malahan pada bayi prematur pengguntingan harus dilakukan secepat
mungkin.
Sebabnya ialah makin banyak darah
dalam tubuh anak, makin banyak haemoglobin yang dipecah menjadi haemobilirubin
yang dapat menimbulkan icterus yang berat.(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar