Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

Proses Pimpinan Persalinan Kala II.


Stadium kala dua  persalinan didefinisikan mulai dari dilatasi serviks penuh sampai diikuti kelahiran bayi. Pada kebanyakan kasus, saat yang tepat awitan stadium kedua tidak jelas (walsh, 2000b). stadium kedua di tandai dengan dorongan untuk mengejan, yang bersifat spontan dan dapat mendahului dilatasi penuh atau terjadi selama atau sesaat setelahnya. Semua keadan tersebut bisa normal.Dengan membatasi keterbatasan waktu pada kala dua persalinan hingga dua jam pada wanita primigravida dan 30 menit pada multipara adalah biasa dan tidak di dukung oleh data (Sleep et al, 2000, Walsh, 2000b). Perdebatan terkini menunjukan bahwa batas ketentuan waktu kala kedua harus dihilangkan bila tidak ada masalah maternal atau janin dan kemajuan terus terjadi (Sleep et al, 2000b). Menghentikan kala ke dua yang lama dengan persalinan instrumental justru akan meningkatkan mordibitas maternal dan janin serta tidak akan memperbaiki hasil (Sleep et al, 2000). (6)

Posisi janin kala II

Kala dua mulai pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala satu atau permulaan kala dua dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri. Bila ketuban pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala dua ini wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai timbulnya rasa ingin mengendan kuat. His akan timbul lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his. Di luar his denyut jantung janin harus sering diawasi.(2)

2.1 Pimpinan Persalinan kala dua
Pimpinan kala pengusiran merupakan tugas berat karena : (3)
·         Setiap saat dapat terjadi bahaya terhadap ibu dan janin.
·         Diperlukan kemampuan melakukan pimpinan persalinan dengan jalan mengkoordinasikan kekuatan his dan mengejan sehingga resultante kekuatan menuju jalan lahir.
·         Menanamkan kekuatan moril kepada parturien sehingga dapat menyelesaikan tugas melahirkan bayi dengan selamat.
·         Melakukan observasi sehingga segera diketahui bahaya yang mengancam.
·         Kesiapan mengambil tindakan darurat pertolongan persalinan pada saat yang tepat.

2.1.1 Yang perlu diperhatikan dalam pmpinan kala dua : (1)
Dalam kala dua penting untuk meperhatikan asepsis dan anti sepsis. Kalau ketuban belum pecah harus dipecahkan . Supaya mengejan efektif pasien perlu dibimbing waktu mengejan, tapi kita harus yakin dulu bahwa persalinan sudah masuk ke dalam kala dua.  Mengejan hanya dibolehkan waktu ada his.
Sebelum pasien mengejan ia harus menarik nafas yang dalam dulu, segera his memulai dan kemudian mengejan ke bawah seperti buang air besar . Mengejan harus sepanjang mungkin dan tidak boleh sambil mengeluarkan suara mengerang.
Kalau pasien habis nafasnya, baiknya beristirahat sebentar kemudian mengejan dilanjutkan lagi selama his masih ada. Untuk membantu kekuatan mengejan pasien menarik pada tungkai atasnaya atau menolak pada tiang-tiang palang tempat tidur diatas kepalanya.
Bunyi jantung anak sekarang harus lebih sering diperiksa, sedapat-dapatnya sesudah tiap his. Nadi ibu perlu juga diawasi karena nadi yang cepat menunjukan kelelahan.
Dalam kala pengeluaran sering feses keluar dan supaya jangan mengotori lapangan persalinan , harus segera dihapus dengan kapas yang dibasahi cairan antiseptik kalau nampak pada anus.

2.2 Gejala-gejala kala dua : (1)
·         His menjadi lebih kuat , kontraksinya selam 50-100 detik , datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuning-kuningan sekonyong konyong dengan banyak. Adakalanya ketuban pecah dalam kala satu dan selaput janin dapat robek sebelum persalinan mulai .
·         Pasien mulai mengejan .
·         Perdarahan sedikit bertambah .
·         Ketuban pecah dan air ketuban mengalir ke luar .
·         Perineum menonjol dan anus mulai terbuka .
·         Pada ahir kala dua sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul perineum menonjol , vulva menganga dan rektum terbuka . Di puncak his , bagian kecil dari kepal Nampak dalam vulva , tetapi hilang lagi waktu his terhenti . Pada his berikutnya bagian kepala yang Nampak lebih besar lagi , tetapi surut kembali kalau his berhenti . Kejadian ini disebut kepala membuka kepala .

2.2.1 Gejala lanjut kala dua : (6)
1.      Perineum mengembang, vagina melebar, dan anus mendatar. Seringkali ibu membuka anusnya saat mengejan selama kontraksi
2.      Bagian presentasi tampak dan terus berlanjut selama kontraksi.

Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi resultante optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan : (3)
1.      Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan pintu bawah panggul
2.      Badan ibu di lengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju jalan lahir.
3.      His dan mengejan dikerjakan bersama, sehingga kekuatannya optimal.
4.      Saat mengejan napas ditarik sedalm mungkin dipertahankan dengan demikian diafragma abdominal membantu dorongan keaarah jalan lahir.
5.      Bila lelah dan his masih berlangsung, napas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik kembali untuk dipergunakan mengejan.
6.      Melakukan observasi :
·         Denyut jantung janin setiap akhir his
·         Lingkaran bandle
·         Penurunan bagian terendah janin
·         Kemungkinan terjadinya prolapsus bagian janin.

 2.3 Membantu Proses persalinan
Proses persalinan dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi setiap saat mungkin terjadi keadaan yang membahayakan, sehingga memerlukan bantuan, untuk memberikan pertolongan yang tepat menuju persalinan aman.(3)

2.3.1 Persiapan penolong menghadapi lahirnya anak : (1)
1.         Karena kita tidak  mungkin mensterilkan tangan dengan mencuci tangan apapun yang dipergunakan , maka untuk mengurangi infeksi oleh tangan , si penolong harus menggunakan sarung tangan karet yang dapat disterilakan secara absolute. Karena sarung tangan mungkin robek , jelas bahwa desinfeksi tangan perlu sebelum memakai sarung tangan .
2.         Pemakaina sarung tangan tidak saja melindungi si penderita , tetapi juga si penolong  terhadap infeksi oleh kuman-kuman yang ada dalam jalan lahir penderita (misalnya : spirochaeta pallida ).
3.         Cara mencuci tangan telah diterapkan , tetapi kalau kita terburu-buru waktu karena anak segera akan lahir , pencuican tangan disesuaikan dengan keadaan. Secara lengkap hendaknya penolong mempergunakan topi dan tutup mulut sebelum mencuci dan jas steril dan saryng tangan steril setelah mencuci .

2.3.2   Penatalaksanaan pimpinan persalina kala dua
1)      Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.(3)
2)      Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.(3)
3) Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.(7)

 
Bambar 1. posisi duduk atau setengah duduk
Gambar 2. jongkok atau berdiri


Gambar 3. Mengangkat atau berbaring miring ke kiri

4) Melahirkan kepala
Kalau kandung kencing sudah penuh lagi , maka harus dikateterisasi. Katerisasi agak sulit dalam kala pengeluaran, karena kepala anak menekan urethra. Kadang-kadang kita perlu mendorong kepala sedikit  ke atas dan dengan 2 jari kita membuat ruangan antara uretra dan kepala , sehingga kateter dapat masuk ke dalam kandung kencing .
Pada saat ini sering timbul kejang pada kaki karena kepala anak menekan pada urat-urat saraf dalam panggul , Kejang akan berkurang kalau kaki diluruskan dan dipijat-pijat .

Gambar 4. Melahirkan kepala

Pada saat kepala Nampak sebesar 6-8 cm , ialah kira-kira waktu kepala akan keluar pintu , maka tangan akan tertutup dengan kain steril mencari dagu anak pada perineum posterior (antara anus dan os coccygis ) dan dengan tangan ini ditolak ke depan , sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengatur kecepatan lahirnya kepala. Perasat ini disebut perasat ritgen . dan dilakukan antara his atau kalau his timbul pasien dilarang mengejan .(1)

5) Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala lahir , mulut dan hidung anak dihapus dengan kain kasa supaya lender tidak terhisap waktu anak mulai bernafas.
Segera juga periksa ada lilitan tali pusat pada leher , kalau ada ini dapat dilonggarkan , maka dilepaskan melalui kepala anak , tetapi kalau lilitan ketat maka digunting antara 2 klem dan anak dilahirkan dengan segera .(1)
Gambar 5. Memeriksa tali pusat

6) Melahirkan Bahu
Tidak lama setelah kepala anak lahir secara spontan , mula-mula bahu belakang, kemudian bahu depan. Bahu depan biasanya lahir sendiri disusul oleh seluruh badan anak . Penarkan kepala anak ke bawah atau ke atas untuk melahirkan bahu tidak boleh terlalu kuat , karena dapat meregang plexus branchialis dengan akibat kelumpuhan lengan.(1)

Gambar 6. Melahirkan bahu

Dari pada menarik dengan kuat kepala anak , lebih baik dilakukan tekanan pada fundus arteri .(1)

7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada atau punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir
Gambar 7. Melahirkan tubuh bayi
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong.(7)
Usahakan bayi yang sudah lahir supaya ia bernafas dengan membersihkan mulut, hidung dan keronkongan dari lendir atau air ketuban yang terhisap dengan pertolongan penghisap lendir .(1)
 Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.(7)

8) Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.(7)
Gambar 8. Memotong tali pusat

Cara mengikat tali pusat bermacam-macam, yang penting jangan sampai tali pusat tertarik waktu mengikatnya.
Pada umumnya orang berpendapat kita tidak perlu lagi menangguhkan pengguntingan tali pusat sampai denyut nadinya hilang, malahan pada bayi prematur pengguntingan harus dilakukan secepat mungkin.
Sebabnya ialah makin banyak darah dalam tubuh anak, makin banyak haemoglobin yang dipecah menjadi haemobilirubin yang dapat menimbulkan icterus yang berat.(1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar