2.1.Progestin
oral atau mini pil
Dalam bahasa aslinya disebut progestin-Only
Pills atau disingkat POP atau minipil atau Breastfeeding Pill. Dalam bahasa
Indonesia kita menyebut Pil Hanya Progestin atau Pil Progestin saja (PHP
atau PPS), atau mini pil atau pil menyusui. Ditengah pertengahan tahun
1960an,sebagai alternatif terhadap pilkombinasi. Pil ini mengandung dosis
progestin yang lebih rendah dibandingkan dengan progestin yang ada didalam pil
kombinasi dan sama sekali tidak berisi estrogen. Di Indonesia dipasarkan dengan
nama dagang Exluton (buatan Organon) yang mengandung 0,5 mg linestrenol
(bandingkan dengan Ovostat yang mengandung 1,0 mg linestrenol dan 50 μg etinil
estradiol). Pil mini diminum terus menerus setiap hari, meskipun sedang dalam
keadaan menstruasi. (2)
Yang disebut sebagai mini-pil
adalah pil yang hanya mengandung progestin 350µg atau kurang yang diminum
setiap hari. Pil ini tidak terlalu popular karena insiden perdarahan ireguler
dan angka kehamilan jauh lebih tinggi. Pil ini mengganggu kesuburan namun tidak
selalu menghambat ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mucus
serviks yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan
endrometrium sehingga dapat menolak implantasi blastokista. Efektifitas
kontrasepsi paling besar apabila terjadi supresi ovulasi, yang sebaliknya akan
menyebabkan peningkatan insiden perdarahan uterus abnormal. Karena itu, apabila
haid tidak terganggu atu hanya sedikit terganggu, kemungkinan besar ovulasi
tidak terhambat dan resiko kehamilan meningkat.(1)
Mini Pil, yang
berisikan microdose progestin saja, ternyata tidak memenuhi apa yang sebelumnya
diharapkan daripadanya yaitu sebagai penerus dari kontrasepsi Pil-Oral
Kombinasi. Diseluruh dunia, mini Pil tidak mendapatkan penerimaan yang luas,
baik dari pihak wanita maupun dari pihak petugas medis KB. Dari lebih 50 juta
akseptor kontrasepsi oral, hanya 1 dari 150 yang menggunakan Mini-Pil . Mini
Pil bukan menjadi pengganti dari Pil Oral Kombinasi, tetapi hanya sebagai
suplemen/tambahan yang digunakan oleh wanita – wanita yang ingin menggunakan
kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang harus
menghindari etrogen oleh sebab apapun. (2)
2.2.Mekanisme
kerja(2)
Mekanisme
kerjanya terutama bertujuan menciptakan lingkungan lendir servik yang lembab
dan tidak dapat dimasuki oleh sperma. Keadaan ini juga menekan ovulasi dan
menyebabkan endometrium menjadi tipis dan atrofi sehingga tidak akan mengandung
implantsi sel telur.(3)
a.
ovulasi
Dari penelitian-penelitian ternyata bahwa Mini-Pil hanya mencegah
terjadinya ovulasi pada 15-40 % dari siklus haid.
Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi hormon LH oleh
kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi puncak mid-siklus. (pada keadaan
normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan
pelepasan ovum dari folikelnya).
Tetapi, meskipun terjadi perubahan kadar hormon LH, tampaknya
ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi.
b.
Perubahan dalam motilitas tuba
Transpor ovum melalui saluran tuba mungkin
dipercepat sehinga mengurangi kemungkian terjadinya fertilisasi.
c.
Perubahan dalam motilitas tuba
Mungkin tidak terjadi perkembangan corpus luteum
yang berfungsi bekas folikel setelah ovulasi, atau corpus luteum berfungsi
abnormal dimana sekresi progesterone sangat sedikit sekali sehingga tidak
terjadi konsepsi normal dan/atau implantasi.
d.
Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup
spermatozoa
Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada
pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak
memungkinkan penetrasi spermatozoa, spermatozoanya akan dimobilisir,
pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa
yang mencapai cavum uteri.
e.
Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi
tidak mungkin terjadi
Bila tetap terjadi ovulasi dan fertilisasi, Mini-Pil
masih mungkin mencegah kehamilan melalui efeknya terhadap endometrium. Mini-Pil
menggangu berkembangnya siklus endometrium sehingga endometrium berada dalam
fase yang salah atau menunjukkan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga
endometrium tidak dapat menerima ovum yang telah dibuahi.
2.3.Keefektifitasan mini pil
Sangat efektif pada penggunaan mini
pil bila tidak terlupa atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal
(muntah, diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.
Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan mini pil perlu
dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma
sehingga kemampuan kontraseptif dari mini pil dapat terganggu.(4)
Obat
yang dapat mempengaruhi metabolisme hati dengan meningkatkan klirens progestin
dan kemudian mengurangi keefektifan pil progestin saja adalah sebagai berikut : (3)
·
Obat-obatan antituberkulosis : Rifamin
(Rifamycin,Rifadin)
·
Anti kejang : Fenitoin (Dilantin),
Karbamazepin (Tegretol)
·
Barbiturat : Fenobarbital (Donnatal)
Wanita
yang sedang menjalani terapi menggunakan semua obat diatas harus memilih metode
kontrasepsi lain.(3)
Data tentang efek antibiotik
spektrum luas pada keefektifan pil progestin saja masih jarang dan saling
bertentangan. Bidan sebaiknya menasihatkan klien untuk menggunakan preparat
spermisida dan kondom bila pernah mendapat antibiotik.(3)
Efektifitas
kontrasepsi oral khusus progestrin berkurang karena barbiturat, rifampin dan
mungkin oleh karbamazepin. Fenitoin juga mneuurunkan efektifitas kontraseptif
pil khusus progestin dan efek antikonvulsan fenitoin juga mungkin meningkat.
Penatalaksanaan terbaik adalah penggunaan kontrasepsi tambahan atau
meningkatkan dosis bagi wanita yang mendapat karbamazepin dan fenitoin. Bagi
wanita yang mendapat barbiturat dan rifampin, jangan gunakan pil khusus progestin,
dan para wanita ini sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi alternatif.(1)
Wanita yang
mendapat karbamazepin, fenitoin, atau rifampin sebiaknya tidak menggunakan
implan levonorgestrel (norplant). Pada kasus semacam ini hahrus digunakan
metode kontrasepsi alternatif. Akhirnya efektifitas kontrasepsi depo
medroksiprogeteron menurun pada wanita yang mendapat aminoglutetimid. Pada para
wanita ini juga harus digunakan metode kontrasepsi alternatif.(1)
2.4.Keuntungan
Manfaatnya serupa dengan yang dijelaskan sebelumnya untuk kontrasepsi oral
kombinasi. Selain itu, formulasi ini belum terbukti meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskular atau keganasan. Pil ini lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala. Pil
khusus progestin hampir tidak berefek pada metabolisme karbohidarat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala pramenstruasi.
Apabila digunakan oleh wanita menyususi, pil ini hampir 100% efektif sampai 6 bulan, dan efek
pada asi sangat kecil. Perokok yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral kombinasi setelah usia 35 tahun dapat menggunakan pil ini.
Akhirnya, pil ini dapat digunakan pada wanita dengan gangguan toleransi glukosa
dan secara hati-hati pada wanita yang mengalami hipertensi atau nyeri kepala
bila menggunakan kontrasepsi oral kombinasi.(1)
Keuntungan utama penggunaan pil hanya mengandung
progestin ialah pil tersebut sama sekali tidak mengandung estrogen sehingga
dapat digunakan oleh wanita sebagai kontrasepsi hormonal ketika penggunaan pil
kombinasi dikontraindikasikan baginya karena alasan yang terkait dengan
estrogen.(3)
Aliran darah yang keluar pada
periode menstruasi serta dismenorea akan berkurang jika wanita menggunakan pil
yang hanya mengandung progestin. Wanita akan kembali ke fase fertilitas dengan
cepat setelah menghentikan penggunaan pil progestin saja ini.(3)
Adapun keuntungan kontrasepsi pil
mini dibagi atas 2 yaitu : (4)
1.
Keuntungan Kontrasepsi : Sangat
efektif bila digunakan secara benar; tidak mengganggu hubungan seksual; tidak
mempengaruhi asi; kesuburan cepat kembali; nyaman dan mudah digunakan; sedikit
efek samping; dapat dihentikan setiap saat; tidak mengandung estrogen.
2.
Keuntungan Pil Mini tidak hanya
digunakan untuk kontrasepsi saja, tetapi dapat juga digunakan untuk wanita usia
subur dengan keuntungan : Mengurangi nyeri haid; mengurangi jumlah darah haid;
menurunkan tingkat anemia; mencegah kanker endometrium; melindungi dari
penyakit radang panggul; tidak meningkatkan pembekuan darah; dapat diberikan
pada penderita endometriosis; kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah,
nyeri kepala, dan depresi; dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit
kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah); sedikit
sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan
kepada perempuan pengidap kencing manis yang belum mengalami komplikasi.
2.5.Kerugian
Kerugian utama
adalah kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila
kontrasepsi gagal. Perdarahan uterus yang tidak teratur jelas-jelas menjadi
kekurangan dan dapat berupa amenorea, spotting, breakthrough bleeding
dan amenorea atau menorargia dalam waktu lama. Kisata ovarium fungsional
terbentuk lebih sering pada wanita yang menggunakan pil ini. Kekeurangan lain
adalah bahwa pil ini harus diminum pada waktu yang sama atau hampir sama setiap
harinya. Apabila pil khusus progestin diminum terlambat, sekalipun hanya 3 jam,
untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.(1)
Hampir 30 – 60 % mengalami gangguan
haid (perdarahan sela, spotting, amenore), peningkatan berat badan, harus digunakan setiap
hari dan pada waktu yang sama, bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar, payudara menjadi tegang,
mual, pusing, dermatis atau jerawat,
risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100
kehamilan), tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan
yang tidak menggunakan mini pil.(4)
2.6.Efek samping
Efeksamping
dan resiko komplikasi ketidak teraturan periode menstruasi disertai perdarahan
yang sering dan tidak teratur umum terjadi dan merupakan alasan yang sering
dikemukakan untuk menghentikan penggunaan pil.(3)
Efek sampingan utama dari
kontrasepsi progestin adalah gangguan siklus haid berupa perdarahan tidak
teratur, perdarahan bercak, dan amenorea. Perdarahan banyak dan lama jarang
sekali terjadi. Sebagaian besar penghentian pemakaian kontrasepsi progestin
disebabkan gangguan pola perdarahan. (4)
Dalam menghadapi keluhan perdarahan
pada pemakai kontrasepsi progestin pertama-tama harus disingkirkan perdarahan
yang berhubungan dengan infeksi, kelainan faktor pembekuan, dan keganasan.
Sampai saat ini patofisiologi terjadinya perdarahan pada akseptor kontrasepsi
progestin masih belum banyak diketahui. Oleh karena itu pengobatannya masih
bermacam-macam. Terdapat beberapa cara pengobatan yang dipakai menghentikan
perdarahan pada akseptor kontrasepsi progestin, antara lain : Konseling;
pemeriksaan fisik, ginekologik, dan laboratorium; pemberian progestin;
pemberian estrogen; pemberian vitamin, ferum, atau placebo; kuratase.(4)
2.7.Yang boleh menggunakan mini pil
Usia reproduksi; telah memiliki
anak, atau yang belum memiliki anak; menginginkan suatu metode kontrasepsi yang
sangat efektif selama periode menyusui; pasca persalinan dan tidak menyusui;
pasca keguguran; perokok segala usia; mempunyai tekanan darah tinggi (selama
< 180/110 mmhg) tetapi masih harus
dalam pengawasan atau dengan masalah pembekuan
darah.(4)
2.8.kontra indikasi
Pil khusus
progestin dikontraindikasikan bagi wanita terutama wanita berumur dangen
perdarahan uterus yang tidak jelas. Riwayat kehamilan ektopik atau kista
ovarium fungsional juga harus dianggap sebagai kontraindikasi relatif. Food and
drugs administration mengharuskan dicantumkannya label kontraindikasi yang sama
dalam kemasan untuk kontrasepsi kontrasepsi oral kombinasi dan khusus progestin.(1)
Kontraindikasi
karena pil ini hanya mengandung progestin tidak mengandung estrogen dan hanya
mengandung progestin dosis rendah, maka pil ini dapat digunakan dengan aman
pada wanita yang mengalami kondisi medis tertentu yang menjadi kontraindikasi
pengguna pil kombinasi dengan estrogen.(3)
Kontraindikasi tersebut adalah
sebagai berikut : (3)
1. Kehamilan
(diketahui atau dicurigai)
2. Karsinoma
payudara (diketahui atau dicurigai)
3. Perdarahan
genitalia abnormal yang tidak terdiagnosa
4. Tumor
hati benigna atau maligna (saat ini atau di masa lalu)
5. Penyakit
hati akut, ikterik, gagal hati.
6. menggunakan
obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)(4)
7. riwayat
kanker payudara(4)
8. sering
lupa menggunakan pil(4)
9. miom
uterus(4)
2.9.Memilih dan memulai penggunaan pil progestin
Rencana
penatalaksanaan bagi klien pengguanaan pil progestin saja sama dengan
langkah-langkah pada penatalaksanaan kontrasepsi hormonal kombinas. Saat ini
ada tiga pil progestin saja yang beredar di pasaran. Micronor dan NorQD
mengandung 0,35 mg noretindron dan Ovrette mengandung 0,075 mg norgestrel.
Pemilihan pil progestin saja didasarkan pada tiga faktor penting bagi seorang
wanita yang menginginkan kontrasepsi hormonal oral tersebut : (3)
1. Dikontraindikasikan
untuk pil kombinasi
2. Secara
mutlak dapat diandalkan untuk menggunakan pil pada saat yang sama setiap hari
3. Mampu
menoleransi ketidakteraturan perdarahan menstruasi
Pil
ini merupakan pil pilihan bagi ibu pascapartum karena kurangnya estrogen
mengurangi risiko gangguan tromboflebitis dan tromboembolik dan bagi ibu yang
menyusui karena pil progestin saja tidak memberi dampak negatif terhadap
produksi susu. Hal ini berlaku untuk pil mini bahkan bila pil mulai diminum
segera setelah persalinan cukup bulan.(3)
Klien
harus mulai meminum pil mini tersebut selama periode menstruasi guna
meminimalkan sebanyak mungkin perdarahan tidak teratur yang terjadi akibat
kerja pil progestin saja. Klien disarankan mulai meminumnya pada hari pertama.
Namun pil yang hanya mengandung progestin dapat dimulai setiap saat pada siklus
menstruasi selama bidan meyakini bahwa klien tersebut tidak sedang hamil. Bidan
harus menganjurkan klien untuk menggunakan preparat spermisida dan kondom
sebagai metode penunjang selama kurun waktu satu minggu.(3)
2.10.
Waktu Mulai Menggunakam
Kontrasepsi Pil Mini(4)
1.
Mulai hari pertama sampai hari
ke 5 siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.
2.
Dapat digunakan setiap saat,
asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke 5 siklus
haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
3.
Bila klien tidak haid
(amenorea), mini pil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak
hamil.
4.
Bila menyusui antara 6 minggu
dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, mini pil dapat dimulai setiap
saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
5.
Bila lebih dari 6 minggu pasca
persalinan dan klien telah mendapat haid, mini pil dapat dimulai pada hari 1-5
siklus haid.
6.
Mini pil dapat diberikan segera
pasca keguguran.
7.
Bila klien sebelumnya
menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan mini pil,
mini pil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan
dengan benar atau Ibu tersebut sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
8.
Bila kontrasepsi yang
sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, mini pil diberikan pada jadwal suntikan
berikutnya. Tidak diperlukan penggunaan metode kontrasepsi yang lain.
9.
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal
dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan mini pil, mini pil diberikan pada
hari 1-5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain.
10.
Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR
(termasuk AKDR yang mengandung hormon), mini pil dapat diberikan pada hari 1-5
siklus haid.
11.
Minumlah satu pil, kurang lebih
pada waktu yang sama pada setiap hari. Ketika menyelesaikan satu paket pil,
mulailah paket pil baru pada hari berikutnya. Jangan pernah berhenti meminum
satu pil setiap hari.(3)
a. Apabila
lupa minum satu pil atau terlambat minum pil lebih dari tiga jam, tidak
terlindung dari kehamilan. Minum pil yang terlupa atau terlambat diminum
tersebut begitu ingat dan minum pil berikutnya pada waktu rutin minum pil.
Selain itu, gunakan preparat spermisida dan kondom selama tujuh hari
berikutnya.(3)
b. Apabila
lupa minum dua pil atau lebih, berhenti minum pil dan gunakan suatu kontrasepsi
bukan hormon, misalnya preparat spermisida dan kondom sampai kembali mengalami
periode menstruasi atau kemungkinan hamil tidak ada lagi. Apabila melakukan
senggama selama waktu ini, pertimbangkan untuk menggunakan suatu metode
kontrasepsi darurat.(3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar