Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

KOMPLIKASI DAN PENYULI PERSALINAN KALA II


Distosia Bahu
Yang dimaksud distosia bahu adalah persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal (Eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 18 jam.
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manufer obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 – 0,3 % dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11 %.
Pada mekanisme persalinan normal. Ketika kepala dilahirkan, maka bahu  memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum atau di sekitar spina ischiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berorientasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign).
          Klasifikasi
            Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu :
1.      Distorsia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, yaitu :
a.       Kelainan his merupakan penyebab terpenting dari distosia.
b.      Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti luka parut baru pada dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis, atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelelahan.
2.      Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin, misalnya presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, anak besar, hidrosefal, dan monstrum.
3.      Distosia karena kalainan pada jalan lahir baik bagian keras (tulang), seperti adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian yang lunak seperti adanya tumor-tumor baik pada genitalia interna maupun pada viscera lain di daerah panggul yang tidak menghalangi jalan lahir.
2.1.1    Komplikasi
Komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang ( klavikula dan humerus), cedera pleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak. Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan pada kepala dan leher. Fraktura tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa sekuele, apabila didiagnosis dan diterapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis dapat membaik denngan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat terjadi pada 50 % kasus . pada ibu, komplikasi yang dapat trejadi adalah akibat laserasi jalan lahir, episiotomi, ataupun atonia uteri.
2.1.2    Diagnosis
a) Distosia karena kelainan his
            Baik tidaknya his dilihat dari :
1.      Kemajuan persalinan
2.      Sifat-sifat his : frekuensi, kekuatan, dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dengan cara menekan dinding rahim pada puncak kontraksi (Acme)
3.      Besarnya kaput succedanum
Kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai bidang hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam. Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau bantuan CTG ( cardio tocography ).
Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita. His dikatakan kurang kuat bila :
1.      Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his
2.      Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi
3.      Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 his
Dalam pemantauan kemajuan persalinan, ketiga sifat di ats perlu dinilai secara objektif dengan melakukan penilaian secara manual, yaitu melakukan palpasi abdomen sekurang-kurangnya selama 10 menit. Menurut WHO his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangnya 3 kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya lebih dari 40 detik. Interval his yang terlampau pendek dan atau lamanya lebih dari 50 detik dapat membahayakan kesejahteraan janin. His yang terjadi tanpa istirahat disebut tetania uteri.
b.      Inersia uteri
Adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlampau dini. Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada disproporsi sefalopelvik atau kelainan anak. Perlu disadari bahwa pemanjangan pada fase laten maupun fase aktif meninggikan kematian perinatal. Penyebab inersia uteri bisa disebabkan karena analgetik terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi, regangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda), dan perasaan takut ibu.
            Pembagian inersia uteri. Dulu inersia uteri dibagi dalam :
1.      Inersia uteri primer : jika his lemah dari awal persalinan
2.      Inersia uteri sekunder : jika mula-mula his baik, tetapi kemudian menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah akibat persalinan berlangsung lama (inersia karena kelelahan).
Dalam obstetri modern partus lama dengan kelelahan ibu, tidak boleh terjadi. Oleh karena itu, inersia uteri sekunder menurut pengertian di atas jarang ditemukan. Walaupun begitu, di Indonesia inersia uteri karena kelelahan masih sering terjadi karena 70-80% persalinan berlangsung di luar rumah sakit dan tidak didampingi oleh tenaga kesehatan terlatih. Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah :
1.      Inersia uteri hipotonis : kontraksi terkordinasi, tetapi lemah. Dengan CTG terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. His disebut baik jika tekanan intra uterin mencapai 50-60 mmHg. Biasanya terjadi dalam fase aktif atau kala II. Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan his sekunder. Asfiksia anak jarang terjadi dan reaksi terhadap pitosin baik sekali.
2.      Inersia uteri hipertonis : kontraksi tidak terkordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini sifatnya hipertonis, sering disebut inersia spastis. Pasien biasanya sangat kesakitan. Inersai uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh karena itu, boleh dinamakan inersia primer. Tanda-tanda gawat janin cepat terjadi.
Penyulit
1.      Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan
2.      Kemungkinan infeksi bertambah dan juga meningkatkan kematian perinatal
3.      Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi : tanda-tandanya denyut nadi naik, suhu meninggi, asetonurea, nafas cepat, meteorismus, dan turgor berkurang.
Persalinan tidak boleh berlangsung lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya penyulit, persalinan harus dipantau dengan menggunakan partograf.
2.1.3    Penanganan
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi McRobert, atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak diperbolehkan karena semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan berisiko menimbulkan ruptura uteri.
Disamping perlunya asisten dan pemahaman yang baik tentang mekanisme persalinan, keberhasilan pertolongan persalinan dengan distorsia bahu juga ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan pH arteria umbilikalis dengan laju 0,04 unit/menit. Dengan demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia tersedia waktu antara 4-5 menit untuk melakukan manuver melahirkan bahu sebelum terjadi cedera hipoksia otak.
Terapi
1)      Insersi uteri hipotonis
Bila penyebabnya bukan kelainan panggul dan atau kelainan yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan pervaginam, kalau ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban terlebih dahulu. Jika upaya ini tidak berhasil baru kemudian diberi pitosin drip. Pemberian pitosin drip sebaiknya hanya dilakukan pada fasilitas kesehatan yang mampu melakukan pengawasan persalinan secara ketat karena penyulit yang mungkin terjadi adalah gawat janin atau ruptura uteri. Sebelum pemberian pitosin drip, kandung kencing, dan rektum harus dikosongkan dan ditentukan pelvic score (bishop score). Pitosin kurang berhasil pada skor Bishop yang rendah.
Cara pemberian oksitosin.
Dua satuan ( 2 I.U ) oksitosin dilarutkan ke dalam 500 cc glukosa 5 %, diberikan sebagai infus dengan kecepatan awal 10 tetes/menit. Tetesan dapat dinaikkan 10 tetesan/menit setiap 30 menit sampai diperoleh his yang kekuatan, frekuensi, dan lamanya his his memadai. Bila hal ini sudah tercapai, jumlah tetsan dipertahankan. Jumlah tetesan/ menit tidak dinaikkan lagi bila his sudah memadai.
Maksimum jumlah tetesan/menit adalah 60 tetes per menit. Bila jumlah tetesan sudah 60 tetesan/menit, tidak boleh dinaikkan lagi meskipun his belum memadai. Dalam keadaan tertentu, misalnya pada grande multipara jumlah tetesan maksimum adalah 40 tetes/ menit. Kadang-kadang ditambah petidin dan fenergan masing-masing 50 mg ke dalam 500 cc glukosa 5 %.
Pasien harus di observasi dengan seksama.
Bila ada, pemantauan dilakukan dengan CTG. Pemantauan ini sangat penting karena adanya gawat janin atau kontraksi uterus yang terlalu kuat dapat segera diketahui. Jika his menjadi terlalu kuat dan intervalnya terlalu pendek, misalnya kontraksi labih dari 50 detik dengan interval  kurang lebih 2 menit maka infus dihentikan. Begitu pula jika bunyi menjadi buruk yang ditandai oleh adanya takikardia ( BJA>= 170/menit); deselerasi lambat atau deselerasi yang frekuen.
            Jika terapi oksitosin berhasil, pengeruhnya pada his nyata dalam waktu singkat. Apabila pemberian 1 botol belum ada hasilnya, setelah istirahat 2 jam bila masih dianggap perlu dapat dicoba sekali lagi. Bila setelah istirahat his menjadi baik dan persalinan maju, tidak perlu dilanjutkan dengan botol ke dua. Jika setelah pemberian kedua kalinya pembukaan masih belum lengkap, dilakukan secio sesarea. Namun, bila pemberian oksitosin drip botol ke dua menampakan kemajuan yang nyata, dapat dipertimbangkan pemberian botol ke-3. Pada keadaan tertentu misalnya pada letak sungsang atau kehamilan serotin, maksimum pemberian adalah 1 botol. Oksitosin drip tidak boleh diberikan bila ada luka parut pada rahim seperti bekas sectio sesarea atau miomektomi.
c.       Inersia uteri hipertonis
Pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali his yang nrmal. Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang-kadang dicoba juga oksitosin, tetapi dalam larutan yang lemah. Namun, jika his tidak menjadi baik dalam waktu tertentu, lebih baik dilakukan seksio sesarea.
Penanganan umum
·         Pada setiap persalinan bersiaplah untuk menghadapi distosia bahu khusunya pada persalinan dengan bayi besar
·         Siap beberapa orang untuk membantu
·         Distosia bahu tidak dapt di prediksi
Diagnosis
·         kepala janin dapat di lahirkan tetapi tetap berada dekat vulva
·         dagu tertarik dan menekan perineum
·         tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang simpisis pubis
penanganan
·         buatlah episiotomy yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan  lunak dan member ruangan yang cukup untuk tindakan
·         dalam posisis ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin kea rah dadanya. Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada.
·         Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi ,
1.      lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus kea rah bawah pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan di bawah simpisis pubis. hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis 
2.      mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Jangan lakukan tekanan fundus, hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan rupture uteri
·         jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
1.      pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukan tangan kedalam vagina.
2.      Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu
3.      Jika diperlukan lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
·         Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan di atas :
1.      Masukan tangan kedalam vagina
2.      Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakan lengan kea rah dada. Tindakan ini akan memberikan ruangan untuk bahu depan agar dapat bergerak di bawah simfisis pubis
·         Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu pilihan lain adalah :
1.      Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan
2.      Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang

2.2     Presentasi Muka
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah.
2.2.1        Diagnosa
Disebabkan oleh hiperekstensi kepala janin sehingga tidak teraba oksiput maupun sinsiput pada pemereiksaan vagina. Pada pemeriksaan abdomen, teraba lekukan antara oksiput dan punggung (sudut fabre) pada pemeriksaan vagina, teraba muka mulut dan rahang. Jari tangan mudah masuk ke mulut janin.

dalam kehamilan : letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika :
1.      tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing ( sudut fabre); tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan fihak bagian-bagian kecil.
2.      Bunyi jantung anak terdengar pada bagian-bagian kecil.
Atas penentu tersebut di atas dibuat foto rongsen.
Dalam persalinan : dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang culup besar teraba : orbita, hidung, tulang, pipi, mulut dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan dari bokong. Sebab turutama yaitu karena panggul sempit dan anak yang besar. Secara lengkap sebab-sebab dapat dibagi dalam 2 golongan :
a.       Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki seperti :
-          Struma congenitalis
-          Kelainan tulang leher
-          Lilitan tali pusat yang banyak
-          Meningocele
-          anencepal
b.      Letak muka sekunder : dapat diperbaiki, anak normal
-          Panggul picak
-          Anak besar
-          Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan
-          Bagian-bagian yang menumbung
-          Hydramnion
Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karena tonus otot-otot ekstensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.
Banyak bayi dengan presentasi muka memulai persalinan dengan presentasi dahi dan berganti menjadi presentasi  muka selama penurunan. Diagnosis presentasi muka didasarkan hal-hal berikut :
1.      Palpasi abdomen (Leopold ketiga  dan empat)
Dengan hiperekstensi kepala, oksiput menjadi penonjolan sefalik yang lebih mudah dipalpasi dan berada disisi yang sama dengan abdomen ibu karena punggung melengkung atau pada saat  hiperekstensi  “berlubang” , kepala dapat teraba lebih besar bila dibandingkan dengan kepala yang fleksi sempurna
2.      Pemeriksaan pelvis
Tidak dapat diidentifikasi kedua fontanel dengan jelas atau hanya dapat meraba fontanel anterior bayi jika berada dalam persentasi hiperekstensi. Pada persentasi dahi, akan teraba dahi dan kemungkinan fontanel anterior tetapi tidak ada penanda identifikasi umum lainya. Pada presentasi wajah , meraba mata, hidung, mulut dan dagu bayi , persentasi dapat teraba lunak dan tidak halus mirip dengan persentasi bokong.
Untuk menangani secara tepat pelahiran bayi dengan presentasi muka, kita perlu mengetahui mekanisme persalinan pada malpresentasi ini, mekanisme prsalinan untuk persentasi muka adalah sebagai berikut :
1.      Ekstensi
Daerah yang dipilih secara acak pada janin untuk menentukan  posisi persentasi wajah adalah dagu (mentum) yang dapat dipalpasi kerena kepala ekstensi bukan fleksi. Alasan terjadinya beberapa bentuk gangguan dalam kira-kira 0,5 % dari semua pelahiran sehingga menyebabkan kepala defleksi tidak diketahui .
2.      Engagement
Terjadi ketika diameter trakelobregmatik (sub mentobregmantik) 9,5cm telah melewati pintu atas panggul. Sumbu wajah (tengah dagu sampai tengah dahi, membelah dua hidung) digunakan sebagai diameter janin dalam hubungannya dengan pelvis ibu untuk menentukan tempat terjadinya Engagement pada diameter oblik pelvis.
3.      Penurunan terjadi seluruhnya
Ekstensi yang lebih jauh terjadi ketika menemui tahanan dan dahi serta oksiput ditekan ke belakang sementara dagu menjadi bagian terbawah dari bagian persentasi dan memimpin arah penurunan melalui pelvis ibu.
4.      Rotasi internal
Biasanya terjadi terakhir dalam persalinan pada saat penurunan memungkinkan seluruh bagian wajah janin berada pada dasar pelvis dengan baik.
Rotasi dagu terjadi secara anterior atau posterior seperti berikut :
1.      Rotasi dagu secara anterior
45o untuk RMA dan LMA ke MA
90o untuk RMT dan LMT ke MA
135o untuk RMP dan LMT ke MA
2.      Rotasi dagu secara posterior
45o untuk RMP dan LMT ke MA
Jika dagu berorientasi secara posterior ke posisi mentum posterior, mekanisme persalinan berhenti pada saat ini karena bayi tidak dapat dilahirkan melalui vagina. Hal ini karena panjang leher janin hanya setengah panjang sacrum. Bidan harus mengenali kondisi ini dengan segera sebelum impaksi kepala terjadi dengan prognosis yang sangat buruk untuk janin. Pelahiran dapat dengan seksio sesaria yang dilakukan oleh dokter.
5.      Pelahiran kepala
Pada saat dagu berotasi kearah  mentum anterior, kepalan bayi dilahirkan dengan mekanisme ganda, yaitu ekstensi yang dilanjutkan dengan fleksi. Ekstensi dipertahankan sampai dagu lahir dengan cara keluar dibawah simfisis pubis area dibaawah submental dibawah dagu bersentuhan dengan bagian bawah simfisis pubis dan menjadi titik tolak untuk melahirkan bagian kepala yang lain dengan fleksi.
6.      Restitusi
Terjadi 45o kearah asal kepala berotasi pada saat rotasi internal. Sebagai contoh, jika rotasi internal dari RMT ke MA, restitusi menjadi 45o ke posisi RMA
7.      Ratasi eksternal
Terjadi 45o kearah asal kepala berotasi sama seperti restitusi,sebagai contoh ke posisi RMT
8.      Pelahiran bahu dan badan
Hal ini terjadi dengan fleksi laternal melalui sumbu Carus.

2.1.2   Penatalaksanaan presentasi muka adalah sebagai berikut :
1.      Kenali bahwa posisinya adalah persentasi muka dan memberitahu dokter yang bertanggung jawab mengenai malpresentasi ini.
2.      Evaluasi kembali keadekuatan pelvis dan konsultasikan dengan dokter jika terdapat keraguan mengenai kemungkinan disproposi sefalopelvik untuk menyingkirkan kondisi ini.
3.      Pantau dengan cermat mekanisme persalinan rotasi internal. Bidan harus segera memberitahu dokter jika rotasi kearah posisi mentum posterior langsung.
4.      Untuk pelahiran kepala:
1.      Mungkin perlu memberikan tekanan pada dahi janin guna mempertahankan ekstensi sampai bahu dilahirkan. Hali ini dilakukan dengan memberikan tekanan pada ujung posterior badan perineum karena orifisium vulvovaginal mengalami distensi.
2.      Kendalikan kepala, dengan demikian memungkinkan fleksi bertahap dan pelahiran bagian kepala lain. Sebagian besar presentasi muka lahir secara spontan dengan sedikit prasat tangan yang ekstensif.
5.      Persalinan bahu dan badan sama seperti pada presentasi sefalik lainnya.
6.      Meminta agar perawat praktisi anak/ neonatus hadir pada saat persalian. Jika terdapat edema leher (trakea), hidung, mulut yang luas, fungsi pernapasan dapat dalam kondisi bahaya.
7.      Yakinkan orang tua, keluarga dan orang terdekat pasien bahwa posisi kepala dan leher bayi (leher ekstensi, kepala jatuh ke belakang), molase kepala yang panjang dan pembengkakan yang besar serta distorsi gembaran wajah secara normal akan lebih terlihat membaik dalam satu atau dua hari dan benar-benar hilang dalam beberapa hari.

2.3 Letak Sungsang
Adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya kurang lebih 3 % dari kehamilan. Letak sungsang dibagi menjadi :
  1. Letak bokong murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa inggris “ Frank breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan, sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
  2. Letak bokong kaki : presentasi bokong kaki disamping bokong teraba kaki, dalam bahasa Inggris “ complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
  3. Letak lutut: presentasi lutut
  4. Letak kaki : presentasi kaki, dalam bahasa inggris kedua letak yang terakhir ini disebut “ Incomplete breech presentation”.
Bergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut dapat dibagi menjadi letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
     Dari letak-letak ini, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida dari pada primigravida.
2.3.1 Diagnosis
                 Terjadi jika bokong dengan atau kaki merupakan bagian terendah janin. Ada tiga macam presentasi bokong : bokong sempurna, bokng murni , dan bokong kaki. Pada pemeriksaan abdomen kepala teraba di bagian atas, bokong pad adaerah pelvis. Auskultasi menunjukan bahwa DJJ lokasinya lebih tinggi dari pada yang di harapkan dengan presentasi vertex. Pada pemeriksaan vagina teraba bokong atau kaki. Presentasi bokong sempurna terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan lutut. Presentasi bokong murni terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi pada panggul dan ekstensi pada lutut. Presentasi kaki terjadi jika sebuah kaki mengalami ekstensi pada panggul dan lutut.
     Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Pada palpasi, akan teraba bagian keras, bundar, dan melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
     Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Jika pembukaan sudah besar, pada pemeriksaan dalam teraba 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus di tengah-tengah tulang tersebut. Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema tidak terlalu besar.
Bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput succedanum besar, muka dapat disangka karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera assis ischii, dagu menyerupai ujung os sacrum yang menyerupai deretan prossesus spinosus yang disebut Krista sakralis media.
Perbedaan kaki dan tangan :
  1. Pada kaki ada kalkaneus, jadi tiga tonjolan tulang ialah mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan, hanya ada mata di pergelangan tangan.
  2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
  3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.
2.3.2    Penyebab
1.      Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala relative besar.
2.      Hidramanion karena anak mudah bergerak.
3.      Plasenta previa karena menghalani turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4.      Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornis.
5.      Panggul sempit; walaupun panggul sempit sebagai penyebab letak sungsang masih disangsikan oleh berbagai penulis.
6.      Kelainan bentuk kepala, yaitu : hidrosefalus dan ansefalus karena kepala sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
2.3.3    Mekanisme persalinan :
Garis paha masuk serong ke dalam pintu atas panggul. Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dati otot-otot dasar panggul. Dengan demikian, dapat terjadi latero fleksi badan untuk menyesuaikan diri dengan panggul. Pantat depan tampak lebih dahulu pada vulva dan dengan trokanter depan sebagai hipomoklion dan laterofleksi dari badan lahirlah pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran pantat depan.
            Setelah bokong lahir, terjadi putaran paksi luar agar punggung berputar sedikit ke depan sehingga bahu dapat masuk pintu atas panggul dalam ukuran serong dari pintu atas panggul. Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukuran bisakromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul. Oleh karena itu, punggung berputar lagi ke samping.
            Pada saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan fleksi masuk pintu atas panggul dalam ukuran melintang pintu atas panggul. Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa sehingga kuduk terdapat di bawah simfisis dan dagu sebelah belakang. Berturut-turut lahir dari perineum, seperti : dagu, mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala.
Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan prognosis pada letak kepala; mungkin rupture perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak sungsang, lebih buruk terutama jika anaknya besar daripada kematian anak letak kepala. Kematian anak kurang lebih 14 %. Jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian anak letak kepala.
Penyebab kematian anak pada letak sungsang :
1.      Setelah pusat lahir, kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
2.      Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
3.      Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4.      Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat membumbung karena bagian depan anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur dari humerus atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau tarikan pada pleksus brakhialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara Mauriceau.
2.3.4    Terapi
Yang paling penting ialah usaha untuk memperbaiki letak anak dalam kehamilan sebelum persalinan terjadi dengan melakukan versi luar. Hendaknya versi luar sudah dicoba pada bulan ke-7. Versi luar masih dapat diusahakan pada penderita in partu dengan syarat sebagai berikut :
1.      Pembukaan kurang daro 3-4 cm
2.      Ketuban masih utuh
3.       Bokong anak masih bisa dibebaskan.
Versi luar tidak boleh dipaksakan karena mungkin ada factor-faktor seperti kelainan bentuk rahim  atau tali pusat pendek. Jika dipaksakan, dapat terjadi kerusakan pada anak atau solution plasenta. Versi luar seringkali gagal bila plasenta terletak di depan.
Persiapan teknik versi luar :
1.      Kandung kencing harus kosong
2.      Pasien ditidurkan terlentang
3.      Bunyi jantung anak diperiksa dahulu ( jika BJA buruk versi dibatalkan)
4.      Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor. Dengan cara :
-          Mobilisasi : bokong dibebaskan dulu
-          Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dab didekatkan satu sama lain hingga badan anak membulat sehingga lebih mudah diputar.
-          Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah; arah pemutaran hendaknya kea rah yang mudah yang paling sedikit tahannannya. Jika ada pilihan, diputar kea rah perut anak supaya tidak terjadi defleksi dan anak tidak menunggangi tali pusat.
Setelah versi berhasil, bunyi jantung anak diperiksa lagi dan jika bunyi jantung anak buruk, anak diputar lagi ke letak semula. Kesukaran pada versi luar tidak selalu berhasil dan sekali-kali tidak boleh dipaksakan, misalnya dengan member narcosis supaya dinding perut kendor.
Kesukaran pada versi luar dapat disebabkan oleh :
1.      Dinding perut tegang, seperti pada primigravida
2.      Perasaan takut atau nyeri
3.      Anak dalam letak bokong murni
4.      Tali pusat pendek
5.      Kelainan rahim, seperti uterus bikornis, subseptus atau karena mioma, dn lain-lain.
6.      Implantasi plasenta di depan.
Bahaya versi luar ialah solution plasenta, rupture uteri, dan letak defleksi. Oleh Karen a itu, versi luar tidak boleh dipaksakan.
Kontra indikasi versi luar yaitu :
a.       Tekanan darah yang tinggi karena mudah terjadi solution plasenta
b.      Jika ada luka parut pada dinding rahim, seperti bekas secio sessaria atau lukavenekluasi mioma.
c.       Pada panggul sempit absolute
d.      Pada kehamilan ganda
e.       Pada hidramnion karena sukar dilakukan dan mudah berputar kembali
f.       Pada hidrosefalus
g.      Pada perdarahan antepartum karena mungkin menimbulkan perdarahan baru.
h.      Bunyi jantung anak yang buruk
Pimpinan persalinan :
Letak sungsang biasanya lahir spontan, karena itu jangan terlalu lekas bertindak. Penolong bersifat konservatif sampai pusat lahir tali pusat dilonggarkan dan anak harus lahir 8 menit setelah pusat lahir.
            Indikasi waktu setelah pembukaan lengkap, biasanya lebih pendek dibandingkan dengan letak kepala. Pada prinsipnya, persalinan letak sungsang harus lancar. Bila persalinan kurang lancar dan turunnya bagian terendah sudah memungkinkan, dilakukan manual aid untuk mempercepat anak lahir. Bila belum memungkinkan, dilakukan seksio sesarea.
Pertolongan persalinan dengan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut:
1.      Pertolongan pada kelahiran spontan
2.      Ekstraksi parsial (sebagian) atau manual aid
3.      Ekstraksi total
4.      Seksio sesarea
Persalinan spontan
Persalinan letak sungsang mengandung resiko kematian janin yang lebih besar daripada letak kepala. Persalinan pervaginam harus lancar jalannya. Dalam upaya untuk menghindarkan kematian perinatal di RSHS, persalinan spontan pervaginam  hanya dilakukan bila taksiran berat badan anak pada primipara kurang dari 3500 gram dan pada multipara kurang dari 4000 gram serta tidak ada penyulit lain. Bila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, langsung dilakukan secio sesarea. Biasanya ditolong secara brancht. Pada primigravida selalu didahului dengan episiotomi.
            Pada pertolongan secara brancht setelah bokong anak lahir, bokong diangkat ke atas searah dengan punggung anak supaya badan anak searah dengan paksi jalan lahir dan tidak dilakukan tarikan. Teksik pertolongan secara brancht pertolongan dimulai setelah bokong anak lahir. Bokong dipegang dengan dua tanga sedemikian rupa hingga kedua ibu jari pada permukaan belakang pangkat paha dan 4 jari-jari lainnya pada permukaan bokong.
            Jika kaki sudah lahir seperti pada letak bokong kaki, letak lutut, dan letak kaki; bokong dipegang sedemikian rupa hingga kedua ibu jari terletak pada lipat paha dan jari lainnya menggenggam bokong.
            Bokong ini dibawa ke atas, ke arah perut ibu dan sedikit ke kiri atau ke kanan sesuai dengan letak punggung anak: sama sekali tidak boleh dilakukan tarikan karena dengan tarikan lengan dapat menjungkit. Bokong ini terus dibawa ke atas ke arah perut ibu sampai kepala lahir. Keuntungan dari pertolongan secara Bracht ialah bahwa tangan sama sekali masuk ke dalam jalan lahir, yang memperkecil kemungkinan infeksi.
Ekstraksi parsial  (manual aid)
            Biasanya letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir karena rintangan baru timbul pada kelahiran bahu. Jika pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan, misalnya karena his lemah atau karena rintangan bahu, kita tidak boleh menunggu terlalu lama karena pada saat ini kepala mulai masuk kedalam rongga panggul dan tali pusat akan tertekan di antara kepala dan dinding panggul hingga anak harus dilahirkan dalam kurun waktu kurang lebih 8 menit setelah pusat lahir. Dalam hal ini, untuk melahirkan anak kita pergunakan ekstraksi parsial atau manual aid. Ekstraksi disebut parsial karena sebagian tubuh anak sudah lahir.
            Teknik ekstraksi parsial ; paggul dipegang sedemikian rupa hingga ibu jari berdampingan pada os sakrum, kedua jari telunjuk pada krista iliaka, dan jari lainnya menggenggam bokong pada pangkal paha. Kemudian dilakukan tarikan ke bawah ke arah kaki penolong sampai ada rintangan.
Pada saat ini, kita dapat melahirkan bahu dengan 2 cara, yaitu ;
1.      Cara klasik (cara Deventer)
2.      Cara Muller
Bila pada saat terjadi kesulitan bahu masih tinggi yang diketahui dari adanya ujung distal skapula di bawah simfisis, lengandilahirkan dengan cara klasik. Dalam hal ini kita lahirkan belakang dulu. Untuk itu, kita akan masukkan tangan yang sesuai dengan tangan anak yang akan dilahirkan ( misalnya, tangan kiri anak dilahirkan dengan tangan kiri penolong) untuk memperluas daerah yang akan dimasuki dan tangan penolong yang lainnya memegang kedua kaki anak dengan jari telunjuk di antara kedua neonatus internus kaki anak serta jari-jari lainnya menggenggam kedua kaki tersebut.
            Kaki ini dibawa ke atas ke arah yang berlawanan dengan bahu yang akan dilahirkan ( misalnya , lengan ada di kanan belakang maka kaki dibawa ke kiri depan). Jari telunjuk dan jari tengah tangan penolong menyusuri punggung anak dan skapula anak hingga ke lengan atas akan dilahirkan sampai lipatan siku, kemudian kedua jari penolong tadi diletakkan sejajar dengan lengan dan bekerja sebagai spalk. Setelah itu, lipat siku ditekan sedemikian rupa dan lengan anak digerakan dengan bantuan kedua jari yang bekerja sebagai spalek tadi sedemikian rupa hingga seolah-olah anak itu menghapus mukanya, menyusuri dadanya, dan akhirny a lengan dan bahu lahir.
            Untuk melahirkan bahu depan, kaki anak dipindahkan ke tangan yang lain dan dibawa ke kanan belakang ke arah yang berlawanan dengan tempat dimana bahu depan ( bahu kanan anak terletak di kiri deppan) dan kemudian lengan depan dilahirkan sebagaimana kita melahirkan lengan belakang. Setelah kedua bahu lahir, kepala anak dilahirkan secara Mauriceau.
            Tangan yang masuk ialah tangan yang berhadapan dengan perut anak. Mula-mula tangan luar menggenggam kaki dengan jari telunjuk di antara kedua kaki dan mengangkat kaki tinggi ke atas.
            Sekarang tangan dalam masuk dan jari telunjuk dimasukkan ke dalam mulut atau jari tengah dan jari telunjuk ditempatkan pada fosa kanina. Maksud jari ini ialah untuk mempertahankan fleksi dan untuk memutar dagu anak ke belakang apabila dilakukan tarikan pada anak, bukan untuk menarik. Badan anak sekarang diturunkan hingga menunggang lengan dalam tadi.
            Tangan luar menggenggam leher anak sedemikian rupa hingga leher anak terdapat antara jari telunjuk, jari tengah, dan jari-jari lainnya yang terletak pada pundak.
            Tangan luar melakukan tarikan ke arah bawah dan tangan dalam memutar dagu ke belakang sampai suboksiput terdapat di bawah simfisis. Kemudian badan anak dibawa ke atas ke arah perut ibu sehingga berturut-turut lahirlah dagu, mulut, hidung dahi, dan akhirnya belakang kepala pada komisura posterior.
            Jika kepala anak sulit dilahirkan, dianjurkan perasat De Lee, yaitu dipasang spekulum pada dinding vagina belakang yang ditekan ke bawah supaya hidung dan mulut anak bebas dan anak dapat bernafas walaupun kepala belum lahir.
            Pada cara Muller, lengan depan dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Cara ini dilakukan bila terjadi kesulitan melahirkan bahu pada saat bahu depan sudah berada di bawah simfisis.
            Keuntungan cara Muller ialah bahwa jari tidak jauh masuk ke dalam jalan lahir hingga kemungkinan infeksi kurang, tetapi metode klasik lebih berhasil pada bahu yang sulit lahir karena rongga sakrum lebih luas. Oleh karena itu cara Muller dipergunakan jika bahu terhenti di pintu bawah panggul, sedangkan cara klasik dipergunakan jika bahu masih tinggi.
            Jika kepala sukar lahir dengan cara Mauriceau, untuk menghindarkan kerusakan tulang leher anak dan trauma pada pleksus brhakialis, lebih baik kita pergunakan forseps Piper.
Ekstrasi total                                                                
            Dahulu dikenal ekstraksi pada bokong dan ekstraksi pada kaki, namun karena angka kesakitan dan angka kematian anak tinggi maka cara ini sudah dihilangkan
Insisi duhrsen
            Tindakan ini dilakukan dalam keadaan darurat, yakni bila kepala anak tersangkut akibat pembukann yang belum lengkap. Pada keadaan ini, bokong dan badan sebagai bagian lunak sudah lahir dan dapat melewati pembukaan yang belum lengkap, namun kepala sebagai bagian yang keras tidak dapat. Dibuat insisi pada serviks pada jam 10.00, jam 02.00, dan jam 06.00. kemudian setelah kepala anak lahir, dijahit kembali.
            Penyulit yang mungkin timbul adalah ruptura uteri, akibat meluasnya sayatan pada serviks ke  atas.
            Untuk menghindari penyulit persalinan di atas, upayakan untuk tidak memecahkan ketuban pada letak sungsang bila pembukaan belum lengkap.
Seksio sesarea
Persalinan pada letak sungsang harus lancar. Indikasi untuk seksio sesarea, antara lain : panggul sempit, besarnya anak ( lebih dari sama dengan 3500 gram pada primi dan lebih dari sama dengan 4000 gram pada multi) atau tali pusat yang membubung.
Embriotomi
Dilakukan dengan perforasi melalui foramen magnum bila terjadi kematian janin akibat arrest of the after coming head karena panggul sempit. Dengan keluarnya jaringan otak, volume kepala menjadi lebih kecil sehingga kepala dapat lahir dengan mudah.
Pelahiran bayi dengan presentasi bokong
Bidan harus tahu cara menangani pelahiran bayi dengan presentasi bokong karena ada kemungkinan bahwa suatu saat akan timbul situasi yang tidak diharapkan atau darurat, bahkan di pusat pelayanan medis, ketika wanita dengan presentasi bokong mungkin menjadi objek kompetisi di antara residen obstetric untuk tujuan pengajaran dan pembelajaran.
            Pelahiran bokong darurat sebaiknya tidak disebabkan tidak ada diagnosis oleh bidan yang merawat wanita selama periode antepartal atau selama persalinan.  Pelahiraan presentasi bokong yang diperkirakan dan direncanakan oleh bidan harus selalu melibatkan kolaborasi yang dekat dengan dokter dan harus dapat dengan cepat menghubungi dokter. Hal ini penting karena ada masalah potensial dalam pelahiran bokong : kesulitan persalinan setelah melahirkan kepala dan perlunya tindakan resisutasi yang lebih ekstensif pada bayi baru lahir.
            Bidan memfasilitasi mekanisme persalinan presentasi bokong, mengintip prinsip noninvestasi selama kemajuan dapat terlihat, dan melakukan manipulasi ekstrasi manual bila diindikasikan. Karena terdapat hubungan langsung antara mekanisme persalinan dan prasat tangan untuk pelahiran bokong.
            Daerah pemilihan secara acak pada janin untuk menentukan posisi dalam presentasi bokong adalah sacrum. Diameter janin yang digunakan untuk menentukan hubungan bayi dengan diameter pelvis ibu adalah diameter bitrokanterik di ujung atas femur yang diukur pada ketinggian sendi panggul(asetabulum). Akan membantu memvisualisasi mekanisme persalinan jika anda ingat bahwa pelahiran bokong, pelahiran bahu, dan pelahiran kepala terjadi berturut-turut, dalam ukuran tersebut. Sebelum pelahiran yang sebenarnya dimulai, hal-hal berikut harus terjadi :
1.      pemeriksaan abnomen yang hati-hati, atau jika perlu, sonografi atau sinar-X untuk menyingkirkan hipertensi kepala, hidrosefalus, atau bokong kaki atau bokong lutut.
2.      dilatasi serviks lengkap
3.      eliminasi setiap pertanyaan mengenai keadekuatan pelvis
4.      pengosongan kandung kemih
5.      pemotongan episiotomy jika anda memutuskan bahwa hal itu perlu dilakukan. Apakah wanita memerlukan episiotomy tergantung pada perkiraan berat janin dan relaksasi perineum. Jika episiotomy dilakukan, berikan anestesi local dan pilih tipe insisi yang akan memberikan anda ruang paling besar untuk manipulasi. Anda dapat melakukan episiotomy kapanpun selama pelahiran, bahkan setelah bokong dilahirkan, jika anda memerlukan ruang tambahanuntuk menyelesaikan kelahiran.
6.      tentukan efektifitas upaya mendorong ibu.
7.      persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir dalam skala lengkap.
8.      wanita harus diatur posisi yang memungkinkan banyak ruang untuk fleksi lateral dan penarikan ke bawah, yaitu wanita sebaiknya berada pada posisi litotomi dengan penyangga kaki atau tepi tempat tidur.
9.      dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaliknya juga hadir atau segera datang jika dibutuhkan.  
Jika ini merupakan situasi darurat di rumah sakit dan anda membantu persalinan wanita yang belum pernah anda temuai sebelum itu tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan, tindakan pertama anda sebaiknya menginformasikan kepada staf keperawatan yang bertugas mengenai situasi yang terjadi dan meminta selain panggilan segera untuk menghubungi dokter, sebaiknya dokter anestesi, atau perawat anestesi dan perawat kliis pediatric atau neonatus juga di hubungi untuk bersiap sewaktu-waktu diperlukan.

2.4 Letak Lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang di sebut presentasi bahu atau disebut presentasi akromion. Jika punggung terdapat di sebelah depan di sebut dorso anterior dan jika di belakang dissebut dorso posterior.

Penyebab yang terpenting ialah :
1.      Dinding perut yang kendur, seperti pada multi paritas
2.      Kesempitan panggul
3.      Plasenta previa
4.      Prematuritas
5.      Kelainan bentuk rahim, seperti uterus arkuatus
6.      Mioma uteri
7.      Kehamilan ganda

2.4.1    Diagnosis

Letak lintang terjadi jika sumbu panjang janin terletak melintang. Bahu merupakan bagian yang menjadi presentasi. Pada pemeriksaan abdomen sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian besar (kepala / bokong) pada simfisis pubis. Kepala biasanya teraba di daerah pinggang. Pada pemeriksaan vagina, dapat teraba bahu, tetapi tidak selalu. Lengan dapat mengalami prolaps dan siku, lengan atau tangan dapt teraba di vagina

Pada inspeksi tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan \, fundus uteri lebih rendah dari biasa hanya beberapa jari diatas pusat. Pada palpasi ternyata bahwa fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagian-bagian besar (kepala dan bokong) teraba di samping kiri dan kanan diatas fosa iliaka.
Jika tahanan terbesar teraba di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan. Sebaliknya jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil sehingga punggung terdapat di sebelah belakang. Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar, akan teraba scapula dan pada pihak yang bertentangan dengan scapula, akan teraba klavikula.

2.4.2    Mekanisme Persalinan
Ada kalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea. Versio spontanea hanya mungkin jika ketuban masih utuh. Anak yang menetap dalam letak lintang pada umumnya tidak dapat lahir spontan, kecuali anak yang kecil atau anak yang mati dan sudah mengalami maserasi dapat lahir secara spontan.
     Dalam kala satu dan dua anak ditekan dan badan anak melipat sedemikian rupa sehingga kepala anak mendekati permukaan ventral tubuh anak, akibatnya ukuran melintang berkurang sehingga bahu dapat masuk kedlam rongga panggul. Setelah ketuban pecah, bahu didorong kedalam rongga panggul dan lengan yang bersangkutan biasanya menumbung. Akan tetapi, tidak lama kemudian kemajuan bagian depan ini terhenti.
Rahim menambah kekuatan kontraksi untuk mengatasi rintangan dan berangsur terjadilah lingkaran retraksi yang patologis. Jika keadaan ini dibiarkan, terjadilah rupture uteri atau his menjadi lemah karena otot rahim kacapaian dan timbulah infeksi intra uterin sampai terjadinya tympania uteri. Dalam hal ini, kepala tertekan kedalam perut anak dan seterusnya anak lahir dalam keadaan terlipat atau conduplicatio corpora.
Yang paling dulu tampak dalam vulva adalah daerah dada dibawah bahu, kepala dan torak melalui rongga panggul bersamaan. Cara lain yang memungkinkan kelahiran spontan dalam letak lintang adalah evolution spontanea, walaupun jarang sekali terjadi.
Evolution spontanea ada 2 variasi, yaitu :
1.      Mekanisme dari douglas.
2.      Mekanisme dari denman.

Karena his ynag kuat, bahu turun dan kepala tertahan pada ramus superior osis pubis hingga leher teregang. Akhirnya bahu sampai dibawah arkus pubis. Pada saat ini terjadi laterofleksi dari tulang belakang. Pada modus douglas, laterofleksi terjadi kebawah dan pad atulang pinggang bagian atas maka setelah bahu lahir, lahirlah sisi toraks, perut, bokong, dan akhirnya kepala. Pada modus denman, laterofleksi terjadi keatas dan pada tulang pinggang bagian bawah maka setelah bahu lahir, lahirlah bokong baru, kemudian dada dan kepala.

Prognosis
Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya untuk ibu maupun anak. Biarpun bisa lahir spontan anakny akan lahir mati. Penyebab kematian bayi ialah prolapsus funikuli dan asfksia karena kontraksi rahim terlau kuat. Juga tekukan leher yang kuat dapat menyebabkan kematian. Prognosis bayi sangat bergantung pada saat pecahnya ketuban. Selama ketuban masih utuh, bahaya bagi anak dan ibu relative kecil. Oleh karena itu, kita harus berusaha supaya ketuban selama mungkin utuh misalnya :
1.      Melarang pasien mengejan.
2.      Pasien dengan anak yang melintang tidak dibenarkan berjalan-jalan.
3.      Tidak diberi obat augmentasi his.
4.      Jangan dilakukan pemeriksaan dlam keculai di rumah sakit

Setelah ketuban pecah, bahayanya bertambah karena :
1.      Dapat terjadi letak lintang kasip jika pembukaan sudah lengkap.
2.      Anak dapat mengalami asfiksia karena gangguan sirkulasi utero plasenta.
3.      Tali pusat dapat menumbung.
4.      Bahaya infeksi bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar