Laman

Cari Materi

Rabu, 29 Agustus 2018

Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Sistem Hormon Dalam Tubuh.

Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan para perempuan untuk mengatur kesuburannya. Alat kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk obat minum, obat suntik, dan implan yang dimasukkan ke bawah kulit dengan tindakan operasi kecil.
Kontrasepsi hormon adalah pemakaian agonis dan antagonis. Agonis GRH terikat pada reseptornya dalam hipofisis anterior dan setelah mula-mula menstimulir sekresi FSH serta LH, menimbulkan status hipogonadotropik. Ovulasi dihambat selama pemakaian intranasal kronis agonis GRH, buserelin, yang terbukti bermanfaat khususnya sebagai kontrasepsi dalam masa menyusui karena hanya jumlah kecil yang masuk ke dalam air susu. Bila aktivitas ovarium total ditekan, efek merusak status hipoestrogenik berkepanjangan pada tulang dan sistem kardiovaskular mungkin memerlukan terapi. Sebaliknya penekanan tidak sempurna dengan aktivitas ovarium sisa mungkin meningkatkan risiko hiperplasia endometrium dan kanker akibat efek- efek estrogen yang tidak ditentang.
Antagonis progesteron menawarkan potensi besar untuk pengaturan fertilitas. Progesteron esensial untuk sejumlah fungsi reproduksi termasuk pembentukan dan pemeliharaan kehamilan. Antagonis, progesteron seperti mifepriston memblokir kerja progesteron pada endometrium sehingga menimbulkan lingkungan yang menghambat kehamilan. Dalam kombinasi dengan prostaglandin sangat efektif dan aman untuk mengakhiri kehamilan masih dini. Bila diberikan dalam fase awal luteal dari siklus dapat mencegah pengembangan endometrium fase sekresi dan mungkin efektif pada pemberian sekali sebulan. Kemampuan mifepriston untuk memblokir ovulasi bila diberikan dalam fase folikular siklus dan mencegah pengembangan endometrium fase sekresi menjelaskan alasan penggunaannya sebagai kontrasepsi pasca senggama.

2.2       Pengaruh KB Hormonal terhadap Siklus Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan lapisan endometrium dalam bentuk serpihan dan perdarahan. Lamanya siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari.

b. Fase Menstruasi
1) Stadium menstruasi
Lepasnya lapisan endometrium dalam bentuk serpihan dan perdarahan yang berlangsung sekitar 3-5 hari. Jumlah perdarahan sekitar 50 cc, tanpa terjadi bekuan, bila terdapat gumpalan darah menunjukkan perdarahan menstruasi cukup banyak
2) Stadium regenerasi
Luka bekas deskuamasi endometrium ditutup kembali oleh epitel selaput lendir endometrium. Kelenjar endometrium mulai tumbuh kembali. Stadium ini dimulai pada hari keempat menstruasi
3) Stadium Proliferasi
Pertumbuhan kelenjar endometriumnya semakin cepat dan terus menebal. Stadium proliferasi berlangsung sejak hari ke 5-14
4) Stadium Pramenstruasi (sekresi)
Dalam stadium sekresi, tebal endometrium tetap, hanya kelenjarnya lebih berkelok-kelok dan mengeluarkan sekret. Disamping itu sel endometrium mengandung banyak glikogen, protein, air, dan mineral sehingga siap untuk menerima implantasi dan memberikan nutrisi pada zigot.

c. Proses terjadinya menstruasi
Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu,berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormone gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinizing hormone).
Produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar, seperti cahaya,bau-bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik.
Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi liquor folikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh atau proliferasi. Waktu ketika proses berproliferasi terjadi disebut masa proliferasi. Dibawah pengaruh LH, folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadangkadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz). Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus luteum (wamanya menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (fase sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis.

d. Pola Menstruasi
1) Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung selama 21-35 hari, lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan kira-kira 20-80 ml per hari
2) Pola menstruasi yang tidak normal atau disebut juga gangguan menstruasi yaitu apabila menstruasi yang siklus, lama, dan jumlah darahnya kurang atau lebih dari yang diuraikan diatas.

e. Faktor yang berpengaruh terhadap pola menstruasi
1) Penyakit ginekologi               
Penyakit ginekologi juga sangat mempengaruhi pola menstruasi misalnya endometriosis dan mioma.
2) Usia
Usia juga sangat mempengaruhi menstruasi terutama umur antara menarche yaitu < 20 tahun dan masa menopause yaitu pada usia sekitar 45 tahun keatas.
3) Hormon
Hormon pada kondisi tubuh remaja yang belum stabil menyebabkan menstruasi kadang datang kadang tidak. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan proses hipotalamus-hipofisis, ovarium, dan rangsangan estrogen- progesteron sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pola menstruasi. Faktor hormon juga dikarenakan adanya penambahan zat seperti pada penyuntikan KB Hormonal.
4) Kelainan organ reproduksi
Dalam masa pembentukan alat - alat kelamin dapat mengalami beberapa gangguan. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan organ genitalia dapat menimbulkan berbagai kelainan kongenital diantaranya tidak terbentuk bibir kemaluan (labia mayora dan labia minora menyatu), hymen imperforate (selaput dara tidak beriubang), tidak terbentuk vagina, septum vagina, dan kelainan - kelainan lainnya. Sehingga seorang gadis terdiagnosa amenore primer.
5) Gangguan psikologi
Keadaan psikologi ada hubungannya dengan sistem metabolisme tubuh. Masing – masing wanita mengalami reaksi yang berbeda - beda, ada yang jumlah darah menstruasinya banyak ketika mengalami tekanan (stres), tetapi ada juga yang sebaliknya atau sampai mengalami amenore.

6) Status gizi
Wanita yang mengalami gangguan gizi, terutama mengalami gangguan makan bisa menyebabkan kegagalan hipotesis dalam melepaskan gonadotropin releasing hormone dalam jumlah yang memadai untuk merangsang pelepasan gonadotropin oleh kelenjar hipofisis, sehingga mengakibatkan jumlah estrogen yang diekskresi ovarium sedikit. Bila wanita mengalami gizi baik, maka sebaliknya bisa mempengaruhi menstruasi datang lebih awal.
7) Kondisi fisik
Aktifitas fisik yang berlebihan bisa menyebabkan siklus menstruasi terganggu. Karena kelelahan fisik juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab hormon gagal mematangkan sel telur.
8) Pembuangan Uterus
Pembuangan uterus secara bedah maupun radiasi dapat menyebabkan seseorang tidak dapat menstruasi.

f. Hubungan KB hormon dengan pola menstruasi
a. siklus haid
Pemberian KB hormon Cyclofem dapat terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini tidak dapat dianggap sebagai darah haid dalam arti yang sebenarnya, yaitu yang terjadi dari suatu endometrium yang normal (fase sekretorik). Pada pemberian KB hormon Cyclofem terjadi perdarahan, tetapi perdarahan yang terjadi bukan berasal dari suatu endometrium yang normal karena gestagen sudah ada sejak awal proliferasi. Seperti diketahui, bahwa haid yang normal terjadi akibat kadar progesteron yang turun, sedangkan pada penggunaan KB hormone, haid yang terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan progesteron atau akibat turunnya kadar hormon sintetik. Haid yang terjadi setelah penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi lebih tepat dikatakan sebagai pseudo haid.

b. jumlah darah haid
Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan KB hormon  akan berkurang hingga 50-70% terutama pada penggunaan awal. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan sampai terjadi amenorea. Penyebab pasti spotting atau perdarahan bercak selama ini belum jelas, namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesteron. Penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal atau tidak terjadinya haid disebabkan oleh kurang adekuatnya pengaruh estrogen terhadap endometrium sehingga proliferasi endometrium kurang sempuma. Akibatnya gestagen yang terdapat dalam KB hormon tersebut tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melepas jaringan endometrium.

c. lamanya perdarahan
Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah. Perubahan terhadap lamanya perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan kontrasepsi hormonal tersebut.

d. terjadinya perdarahan sela
Dari beberapa pengamatan terdahulu membuktikan bahwa komponen gestagen berperan terhadap terjadinya perdarahan sela. Bukti bahwa gestagen sangat berperan terjadinya perdarahan dapat dilihat pada proses haid yang normal. Pada suatu siklus haid yang normal, estrogen menyebabkan degenerasi pembuluh darah kapiler endometrium, dinding kapiler menipis, dan pembentukan endotel tidak merata. Dengan adanya pengaruh gestagen akan terbentuk kembali pembuluh darah kapiler yang normal dengan sel-sel endotel intak serta sel-sel yang mengandung kadar glikoprotein yang cukup, sehingga sel-sel endotel terlindung dari kerusakan.

2.3       Mekanisme kerja hormon kontrasepsi
Pemakaian estrogen dan progestin dapat mengganggu fertilitas dengan berbagai cara dan jelas bahwa campuran keduanya mengharnbat ovulasi. Berbagai efek hormon-hormon ovarium terhadap fungsi gonadotropik dan hipofisis yang menonjol antara lain an estrogen adalah inhibisi sekresi FSH dan dari progesteron inhibisi pelepasan LH.
Pengukuran FSH dan LH dalam sirkulasi menunjukkan bahwa kombinasi estrogen-progesteron menekan kedua hormon. Jelas bahwa ovulasi dapat dicegah baik dengan inhibisi stimulus ovarium maupun pencegahan pertumbuhan folikel. Meskipun ovulasi tidak dicegah, kontrasepsi oral dapat bekerja langsung pada saluran kelamin. Endometrium harus berada dalam status perkembangan yang tepat di bawah pengaruh estrogen dan progesteron untuk terjadinya nidasi dan hampir tidak mungkin terjadi implantasi pada endometrium yang berubah akibat pengaruh sebagian besar penekan.
Demikian pula sekret serviks yang banyak mengandung air pada saat ovulasi dianggap esensial bagi sperma dan lendir kental yang dihasilkan karena pengaruh progesteron merupakan lingkungan yang tidak mendukung bagi sperma.  Kekhawatiran akan efek tidak diharapkan dan estrogen  mendorong penggunaan progestin semata dalam berbagai cara. Pemakaian terus menerus progestin dalam dosis yang cukup  menghentikan siklus selama pemberian dan menyebabkan atropi  ovarium serta endometrium. Dosis sangat kecil dapat mengubah struktur endometrium dan konsistensi lendir serviks tanpa memutus siklus atau menghambat ovulasi.
Dewasa ini kontrasepsi progestin tunggal menekan bervariasi FSH, LH dan ovulasi yang menjelaskan tingkat etikasinya yang lebih rendah dan pada kombinasi. Dengan pemakaian harian kontinu, menstruasi terjadi tetapi panjang siklus dan durasi  perdarahan sangat bervariasi sehingga mempengaruhi popularitasnya. Dosis besar estrogen yang digunakan sebagai kontrasepsi  pasca senggama bekerja dengan menghambat fertilisasi dan nidasi dengan berbagai cara. Motilitas saluran telur mungkin berubah seperti halnya endometrium dan penghentian dosis besar estrogen menginduksi perdarahan.










HIPOTALAMUS

HIPOFISE
                                                                                          
FSH                                       LH (LUTEINIZING HORMON)
(FOLLICLE STIMULATING HORMON)



       OVARIUM

                 ESTROGEN                                                      PROGESTERON



ENDOMETRIUM

Di bawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan menurut urutan tertentu Follicle Stimulating Hormon (FSH), Luteinizing Hormon (LH). Hormon – hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Kedua hormone terakhir ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu menyebabkan ovulasi, dan ahirnya penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometrium dan haid. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi estrogen dan progesterone sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinya ovulasi. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam kontrasepsi dapat menekan sekresi FSH sehingga menghalangi maturasi folikel dan ovarium, karena pengaruh ovarium dari estrogen tidak ada, maka  tidak terdapat LH. Di tengah – tengah daur haid kurang terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH menyebabkan ovulasi terganggu. Selain itu pengaruh progestogen juga memperkuat khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi. Sehingga dalam 95% - 98% tidak terjadi ovulasi.(3)


2.4       Hormon Estrogen
Estrogen atau hormon seks wanita bertanggung jawab atas  pertumbuhan dan perkembangan tuba Falopi, ovarium, uterus dan alat kelamin eksternal serta karakteristik seksual sekunder wanita. Hormon tersebut terutama berkaitan dengan perubahan -perubahan siklus normal yang terjadi pada endometrium dan rahim selama siklus. Estradiol merupakan estrogen alam utama yang diproduksi oleh ovarium di samping beberapa estrogen yang diproduksi secara metabolik dalam hati. Berbagai sediaan estrogen alam atau sintetik dikembangkan untuk pemakaian oral, parenteral maupun topikal. Absorpsi oleh membran mukosa saluran kelamin dan pencernaan biasanya baik dan absorpsi melalui kulit juga bisa menimbulkan efek sistemik. Estrogen digunakan untuk terapi pada beberapa kondisi wanita termasuk kontrol konsepsi, endometriosis, hipogonadisme, meno-pause dan perdarahan abnormal, sedangkan pada pria untuk pe- natalaksanaan paliatif kanker prostat yang tidak bisa dioperasi.

2.5       Hormon Progesteron
Merupakan hormon yang secara alami terutama diproduksi oleh corpus luteum dan plasenta yang berperan dalam reproduksi dengan mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur dan membantu perkembangan serta berfungsinya kelenjar mammae. Di samping efek progestationalnya, progestin sintetik tertentu memiliki efek anabolik, androgenik atau estrogenik (biasanya lemah). Progesteron merupakan progestin alam yang paling banyak yang selain efeknya sebagai hormon juga ber- fungsi sebagai prazat untuk produksi berbagai androgen, kor- tikosteroid dan estrogen secara endogen.

2.6       Efek-efek hormon kontrasepsi
Di samping mencegah kehamilan berbagai efek baik yang tidak diharapkan maupun yang bermanfaat terhadap kesehatan mungkin timbul akibat pemakaian kontrasepsi, misalnya metoda barrier membantu melindungi terhadap penyakit akibat hubungan seksual termasuk HIV dan kanker serviks, KOK mengurangi kista payudara ganas, kista ovarium kambuhan, anemia kekurangan besi tetapi sekaligus juga peningkatan risiko terutama penyakit kardiovaskular. Dari efek yang tidak diharapkan yang paling diperhatikan adalah efek samping kardiovaskular dan induksi atau promosi tumor. Kebanyakan data efek samping KO diperoleh secararetrospektif dan tanpa kontrol yang memadai. Lagi pula umumnya sediaan yang digunakan mengandung jumlah estrogen dan progestin yang lebih besar dari pada yang banyak digunakan masa kini, sehingga banyak pandangan mengenai efek samping KO sekarang merupakan ekstrapolasi dan data terdahulu. Oleh karena itu penilaian rasio risiko-manfaat sangat penting agar diperoleh metoda kontrasepsi yang efektifdengan risiko sekecil mungkin.

Kanker endometrium dan ovarium
KOK memiliki efek protektif terhadap kanker baik endometrium maupun ovarium dan dosis lebih kecil dan estrogen dan  progestin memberikan proteksi yang sama bila mekanisme kerjanya melibatkan pemeliharaan perdarahan reguler akibat penghentian kontrasepsi. Bila dosis kecil memungkinkan untuk pemakaian di atas usia 35 tahun risiko kanker endometrium lebih jauh dikurangi.

Kanker hati
Di daerah tertentu ada hubungan yang erat antara infeksi  virus hepatitis B dan kanker hati dan dalam hal ini penggunaan jangka pendek KOK tidak meningkatkan risiko kanker hati, sebaliknya di daerah kanker hati jarang ditemukan ada hubungan antara kanker hati dan pemakaian KOK.

Kanker serviks
Hubungannya dengan hormon kontrasepsi tidak sejelas seperti halnya dengan aktivitas seksual. Dengan rnengabaikan aktivitas seksual dan metoda kontrasepsi barrier yang memiliki efek protektif, tampaknya tidak ada hubungan kenaikan risiko kanker serviks dengan pemakaian KOK.

Kanker payudara
Meskipun estrogen menstimulasi perturnbuhan jaringan payudara dan pemakaiannya dalam jangka panjang sewajarnya bila berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara seperti  halnya terbukti pada wanita paska rnenopause, dalarn studi tidak terlihat adanya peningkatan risiko dan tidak ada hubungan antara dosis dan lama pemakaian dengan risiko tersebut, sebaliknya sediaan dengan kadar progestin tinggi seperti pada pil mini dapat menurunkan risiko.

Penyakit kardiovaskular dan metabolisme lemak
Ada kenaikan risiko kematian 4­7 kali akibat penyakit kardiovaskular pada wanita pemakai KO yang mengandung 50 µg estrogen danjelas bahwa penurunan dosis estrogen menurunkan risiko. Risiko ini sering dikaitkan dengan perubahan kadar lipoprotein serum dan diketahui bahwa KOK tidak mengubah kadar  kolesterol serum total tetapi meningkatkan kadar trigliserida dan  ada juga progestin yang lebih baru yang rneningkatkan kolesterol  HDL serum. Risiko ini biasanya berupa thromboemboli vena,  infark miokardium dan stroke yang terutama terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 30 tahun dan merokok atau memiliki  faktor risiko kardiovaskular lain. Perubahan metabolisme lipida akibat penggunaan KOK rumit dan hubungan perubahan ambang lipoprotein serum dengan    penyakit kardiovaskular tidak langsung. KOK meningkatkan  produksi faktor X, II dan plasminogen, menurunkan produksi  antitrombin dan meningkatkan agregasi platelet dengan menurunkan produksi prostaglandin. Perubahan-perubahan ini mungkin hanya penting pada wanita perokok karena merokok juga meningkatkan risiko thrombogenesis, sehi ngga disimpulkan bahwa KOK aman untuk wanita yang tidak menderita gangguan sistem sirkulasi sebelumnya dan lebih-lebih bila tidak merokok.

Toleransi glukosa
Tidak seperti estrogen, progestin mengganggu toleransi glukosa dan derajatnya bergantung pada baik tipe maupun dosis progestin yang bersangkutan. Gangguan paling menonjol pada turunan nandrolon dan paling kecil pada medroksiprogesteron asetat. Progestogen generasi ke-3 bila ada hanya kecil saja efeknya pada metabolism karbohidrat. Lagi pula pada umumnya wanita yang metabolisme karbohidratnya terganggu setelah pemakaian OK akan kembali memiliki toleransi glukosa normal selama 6 bulan pemakaian. Meskipun demikian KOK dapat meningkatkan kebutuhan insulin pada diabetes melitus dan nilai peningkatan insulin yang dibutuhkan tidak berarti bila dibandingkan dengan jaminan kontrasepsi pada wanita dengan kehamilan merupakan suatu kontraindikasi.

Hipertensi
KOK menyebabkan hipertensi pada ± 4­5% wanita normotensi dan meningkatkan tekanan darah pada ± 9­16% pada wanita dengan hipertensi sebelumnya. Efek ini mungkin karena baik estrogen maupun progestin memiliki kemampuan untuk mempermudah retensi ion natrium dan sekresi air akibat kenaikan aktivitas renin plasma dan pembentukan angiotensin yang menyertainya. Efek hormon maupun risiko ini berhubungan dengan  ras, sejarah keluarga, kegemukan, makanan, rokok dan lama pemakaian KOK. Beberapa progestogen generasi ke-3 memiliki efek antimineralokortikoid sehingga menurunkan risiko hipertensi. Pemantauan tekanan darah selama 3 bulan awal pemakaian memungkinkan pendeteksian wanita yang rentan dan efek ini hampir selalu bersifat reversibel.

Gangguan Haid
·         Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
·         Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan.
·         metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
Penanggulangannya :
a)      Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama
b)      Pengobatan
Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB hari I sampai ke II masing masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1 tablet ). (4)

Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa mengganggu ( jarang terjadi)
Penanggulangannya :
a)      Konseling :
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang terjadi keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di berikan pengobatan.
b)      Pengobatan :
Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana cairan berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona 10 mg dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.

Perubahan berat badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntikan. Pemakaian kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik bulanan maupun tribulanan mempunyai efek samping utama yaitu perubahan berat badan. Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak.
Penanggulangannya :
a)      Konseling :
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah salah satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat badan.
b)      Pengobatan
Pengobatan diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.

Pusing dan sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
a)      Konseling
Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.
b)      Pengobatan
Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal 500mg, 3 x 1 tablet/hari

Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit.
Penanggulangannya :
a)      Konseling
Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek samping
b)      Pengobatan
Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.

Efek lainnya
Efek samping ringan yang sering seperti mual, muntah, pusing, dan kenaikan bobot badan merupakan manifestasi kehamilan dini dan gejala umum pada pemakaian KO serta biasanya hanya untuk jangka pendek atau pada 1­2 siklus awal seperti halnya perdarahan yang tidak teratur. Pemakaian KO terus selama kehamilan mungkin menyebabkan deformasi dan maskulinisasi  janin dan pemakaian segera setelah persalinan mengurangi laktasi dan menyebabkan ekskresi steroid dalam air susu. KO dapat mengurangi risiko penyakit radang pelvik yang  sering kali menyebabkan kemandulan dengan dua mekanisme yang mungkin, yaitu perubahan lendir serviks sehingga patogen  tidak bisa naik ke saluran kelamin bagian atas atau penurunan  darah menstruasi sehingga mengurangi jumlah medium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan patogen. KO juga dapat berinteraksi dengan obat lain melalui kerjanya yang bertentangan (antagonis farmakologis) seperti halnya dengan antihipertensi dan antikoagulan oral maupun melalui peningkatan metabolisme hati seperti halnya dengan rifampin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar