Definisi
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi
hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan
progesterone. Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang
dapat diandalkan para perempuan untuk mengatur kesuburannya. Alat kontrasepsi
ini tersedia dalam bentuk obat minum, obat suntik, dan implan yang dimasukkan
ke bawah kulit dengan tindakan operasi kecil.
Kontrasepsi hormon adalah pemakaian agonis dan
antagonis. Agonis GRH terikat pada reseptornya dalam hipofisis anterior dan
setelah mula-mula menstimulir sekresi FSH serta LH, menimbulkan status
hipogonadotropik. Ovulasi dihambat selama pemakaian intranasal kronis agonis
GRH, buserelin, yang terbukti bermanfaat khususnya
sebagai kontrasepsi dalam masa menyusui karena hanya jumlah kecil yang masuk ke
dalam air susu. Bila aktivitas ovarium total ditekan, efek merusak status
hipoestrogenik berkepanjangan pada tulang dan sistem kardiovaskular mungkin
memerlukan terapi. Sebaliknya penekanan tidak sempurna dengan aktivitas ovarium
sisa mungkin meningkatkan risiko hiperplasia endometrium dan kanker akibat
efek- efek estrogen yang tidak ditentang.
Antagonis progesteron menawarkan potensi besar
untuk pengaturan fertilitas. Progesteron esensial untuk sejumlah fungsi
reproduksi termasuk pembentukan dan pemeliharaan kehamilan. Antagonis,
progesteron seperti mifepriston memblokir kerja progesteron pada endometrium
sehingga menimbulkan lingkungan yang menghambat kehamilan. Dalam kombinasi
dengan prostaglandin sangat efektif dan aman untuk mengakhiri kehamilan masih
dini. Bila diberikan dalam fase awal
luteal dari siklus dapat mencegah pengembangan endometrium fase sekresi
dan mungkin efektif pada pemberian sekali sebulan. Kemampuan
mifepriston untuk memblokir ovulasi bila diberikan dalam fase folikular siklus
dan mencegah pengembangan endometrium fase sekresi menjelaskan alasan
penggunaannya sebagai kontrasepsi pasca senggama.
2.2 Pengaruh KB Hormonal terhadap Siklus
Menstruasi
a.
Pengertian Menstruasi
Menstruasi
adalah pelepasan lapisan endometrium dalam bentuk serpihan dan perdarahan. Lamanya siklus
menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus haid klasik
adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2-3 hari.
b.
Fase Menstruasi
1)
Stadium menstruasi
Lepasnya
lapisan endometrium dalam bentuk serpihan
dan perdarahan yang berlangsung sekitar 3-5 hari. Jumlah perdarahan
sekitar 50 cc, tanpa terjadi bekuan, bila terdapat gumpalan darah menunjukkan perdarahan menstruasi cukup banyak
2)
Stadium regenerasi
Luka
bekas deskuamasi endometrium ditutup kembali oleh epitel selaput lendir
endometrium. Kelenjar endometrium
mulai tumbuh kembali. Stadium ini dimulai pada hari keempat
menstruasi
3)
Stadium Proliferasi
Pertumbuhan
kelenjar endometriumnya semakin cepat
dan terus menebal. Stadium proliferasi berlangsung sejak hari ke 5-14
4)
Stadium Pramenstruasi (sekresi)
Dalam
stadium sekresi, tebal endometrium tetap, hanya kelenjarnya lebih berkelok-kelok
dan mengeluarkan sekret.
Disamping itu sel endometrium mengandung banyak glikogen, protein, air, dan mineral sehingga
siap untuk menerima
implantasi dan memberikan nutrisi pada zigot.
c.
Proses terjadinya menstruasi
Pada
tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan
oleh lobus anterior hipofisis
yang menimbulkan
beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel,
kadang-kadang juga lebih dari
satu,berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, sehingga lobus anterior
hipofisis dapat mengeluarkan hormone gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinizing
hormone).
Produksi
kedua hormon
gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormones (RH)
yang disalurkan
dari hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar, seperti
cahaya,bau-bauan
melalui bulbus olfaktorius, dan
hal-hal psikologik.
Bila
penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi
lama makin menjadi matang
dan makin banyak
berisi liquor folikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh
terhadap endometrium menyebabkan
endometrium tumbuh atau proliferasi.
Waktu ketika
proses berproliferasi terjadi disebut masa proliferasi. Dibawah pengaruh LH,
folikel de Graff menjadi lebih matang,
mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas
oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadangkadang terdapat perdarahan
sedikit yang akan merangsang peritoneum
di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz).
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah
korpus luteum (wamanya menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon
LH dan
LTH (luteotrophic hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus
luteum menghasilkan hormon
progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah
berproliferasi dan menyebabkan
kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (fase
sekresi). Bila tidak ada
pembuahan, korpus luteum berdegenerasi
dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun.
Menurunnya kadar estrogen dan progesteron
menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak
dilatasi dan statis dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia.
Sesudah itu terjadi degenerasi
serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini
disebut haid atau
mensis.
d.
Pola Menstruasi
1)
Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung selama 21-35 hari, lamanya
adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan kira-kira 20-80 ml per hari
2)
Pola menstruasi yang tidak normal atau disebut juga gangguan menstruasi
yaitu apabila menstruasi yang siklus, lama, dan jumlah darahnya kurang atau
lebih dari yang diuraikan
diatas.
e. Faktor yang berpengaruh terhadap pola menstruasi
1) Penyakit ginekologi
Penyakit
ginekologi juga sangat mempengaruhi pola menstruasi misalnya endometriosis
dan mioma.
2)
Usia
Usia
juga sangat mempengaruhi menstruasi terutama umur antara menarche yaitu
< 20 tahun dan masa menopause
yaitu pada usia sekitar 45 tahun keatas.
3)
Hormon
Hormon
pada kondisi tubuh remaja yang belum stabil menyebabkan menstruasi kadang
datang kadang tidak. Pada
kelainan hormonal terjadi gangguan proses hipotalamus-hipofisis,
ovarium, dan
rangsangan estrogen- progesteron
sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pola menstruasi. Faktor
hormon juga dikarenakan adanya penambahan
zat seperti pada penyuntikan KB Hormonal.
4)
Kelainan organ reproduksi
Dalam
masa pembentukan alat - alat kelamin dapat mengalami beberapa gangguan.
Kegagalan dalam pertumbuhan
dan perkembangan organ genitalia dapat menimbulkan berbagai kelainan kongenital
diantaranya tidak terbentuk
bibir kemaluan (labia mayora dan labia minora menyatu), hymen
imperforate (selaput dara tidak beriubang), tidak terbentuk vagina,
septum vagina, dan kelainan - kelainan
lainnya. Sehingga seorang gadis terdiagnosa amenore primer.
5)
Gangguan psikologi
Keadaan
psikologi ada hubungannya dengan sistem
metabolisme tubuh. Masing – masing wanita mengalami reaksi yang
berbeda - beda, ada yang jumlah darah
menstruasinya banyak ketika mengalami
tekanan (stres),
tetapi ada juga yang sebaliknya atau sampai mengalami amenore.
6)
Status gizi
Wanita
yang mengalami gangguan gizi, terutama mengalami gangguan makan bisa
menyebabkan kegagalan hipotesis
dalam melepaskan gonadotropin releasing hormone dalam
jumlah yang memadai untuk merangsang pelepasan gonadotropin oleh kelenjar
hipofisis, sehingga mengakibatkan jumlah
estrogen yang diekskresi ovarium sedikit.
Bila wanita mengalami gizi baik, maka sebaliknya bisa mempengaruhi
menstruasi datang lebih awal.
7)
Kondisi fisik
Aktifitas
fisik yang berlebihan bisa menyebabkan siklus menstruasi terganggu. Karena
kelelahan fisik juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab hormon gagal mematangkan sel telur.
8)
Pembuangan Uterus
Pembuangan
uterus secara bedah maupun radiasi dapat menyebabkan seseorang tidak dapat
menstruasi.
f. Hubungan
KB hormon dengan pola menstruasi
a. siklus
haid
Pemberian
KB hormon Cyclofem dapat terjadi perdarahan.
Perdarahan yang terjadi ini tidak dapat dianggap sebagai darah haid
dalam arti yang sebenarnya, yaitu yang terjadi dari suatu endometrium
yang normal (fase sekretorik). Pada pemberian KB hormon Cyclofem terjadi
perdarahan, tetapi perdarahan
yang terjadi bukan berasal dari suatu endometrium yang normal karena
gestagen sudah ada sejak awal proliferasi. Seperti diketahui,
bahwa haid yang normal terjadi akibat kadar progesteron yang turun,
sedangkan pada penggunaan KB hormone, haid
yang terjadi akibat turunnya kadar estrogen dan progesteron atau akibat
turunnya kadar hormon sintetik. Haid yang terjadi setelah penggunaan
kontrasepsi hormonal kombinasi lebih
tepat dikatakan sebagai pseudo haid.
b. jumlah darah haid
Jumlah
darah haid yang keluar selama penggunaan KB hormon akan
berkurang hingga 50-70% terutama pada penggunaan awal. Setelah penggunaan
jangka lama, jumlah darah
yang keluar juga makin sedikit dan bahkan sampai terjadi amenorea. Penyebab pasti spotting
atau perdarahan
bercak selama ini belum jelas, namun diduga penyebabnya adalah
dengan adanya penambahan progesteron. Penambahan progesteron menyebabkan
terjadinya pelebaran pembuluh
darah vena di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh, sehingga terjadi perdarahan
lokal atau tidak terjadinya haid disebabkan oleh kurang adekuatnya pengaruh estrogen
terhadap endometrium sehingga proliferasi endometrium kurang
sempuma. Akibatnya
gestagen yang terdapat
dalam KB hormon tersebut tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melepas
jaringan endometrium.
c. lamanya perdarahan
Dengan
berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya
perdarahan juga akan berubah. Perubahan terhadap lamanya
perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan
kontrasepsi hormonal tersebut.
d. terjadinya perdarahan sela
Dari
beberapa pengamatan terdahulu membuktikan bahwa komponen gestagen
berperan terhadap terjadinya perdarahan
sela. Bukti bahwa gestagen sangat berperan terjadinya perdarahan dapat
dilihat pada proses haid yang normal. Pada suatu siklus haid
yang normal, estrogen menyebabkan degenerasi
pembuluh darah kapiler endometrium, dinding kapiler menipis, dan pembentukan
endotel tidak merata. Dengan
adanya pengaruh gestagen akan terbentuk kembali pembuluh darah kapiler
yang normal dengan sel-sel endotel intak serta sel-sel yang mengandung kadar
glikoprotein yang cukup, sehingga
sel-sel endotel terlindung dari kerusakan.
2.3 Mekanisme
kerja hormon kontrasepsi
Pemakaian estrogen dan progestin dapat mengganggu fertilitas
dengan berbagai cara dan jelas bahwa campuran keduanya mengharnbat ovulasi.
Berbagai efek hormon-hormon ovarium terhadap fungsi gonadotropik dan hipofisis
yang menonjol antara lain an estrogen adalah inhibisi sekresi FSH dan dari progesteron
inhibisi pelepasan LH.
Pengukuran FSH dan LH dalam sirkulasi menunjukkan bahwa
kombinasi estrogen-progesteron menekan kedua hormon. Jelas bahwa ovulasi dapat
dicegah baik dengan inhibisi stimulus ovarium maupun pencegahan pertumbuhan
folikel. Meskipun ovulasi tidak dicegah, kontrasepsi oral dapat bekerja
langsung pada saluran kelamin. Endometrium harus berada dalam status
perkembangan yang tepat di bawah pengaruh estrogen dan progesteron untuk
terjadinya nidasi dan hampir tidak mungkin terjadi implantasi pada endometrium
yang berubah akibat pengaruh sebagian besar penekan.
Demikian pula sekret serviks yang banyak mengandung air pada
saat ovulasi dianggap esensial bagi sperma dan lendir kental yang dihasilkan
karena pengaruh progesteron merupakan lingkungan yang tidak mendukung bagi
sperma. Kekhawatiran
akan efek tidak diharapkan dan estrogen mendorong
penggunaan progestin semata dalam berbagai cara. Pemakaian terus menerus
progestin dalam dosis yang cukup menghentikan
siklus selama pemberian dan menyebabkan atropi ovarium
serta endometrium. Dosis sangat kecil dapat mengubah struktur endometrium dan
konsistensi lendir serviks tanpa memutus siklus atau menghambat ovulasi.
Dewasa ini kontrasepsi progestin tunggal menekan bervariasi
FSH, LH dan ovulasi yang menjelaskan tingkat etikasinya yang lebih rendah dan
pada kombinasi. Dengan pemakaian harian kontinu, menstruasi terjadi tetapi
panjang siklus dan durasi perdarahan sangat bervariasi sehingga
mempengaruhi popularitasnya. Dosis besar estrogen yang digunakan sebagai
kontrasepsi pasca senggama bekerja
dengan menghambat fertilisasi dan nidasi dengan berbagai cara. Motilitas
saluran telur mungkin berubah seperti halnya endometrium dan penghentian dosis
besar estrogen menginduksi perdarahan.
HIPOTALAMUS
HIPOFISE
FSH LH (LUTEINIZING
HORMON)
(FOLLICLE
STIMULATING HORMON)
OVARIUM
ESTROGEN PROGESTERON
ENDOMETRIUM
Di bawah
pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan menurut urutan tertentu Follicle
Stimulating Hormon (FSH), Luteinizing Hormon (LH). Hormon – hormon ini dapat
merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan progesteron. Kedua hormone
terakhir ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan
yang tertentu menyebabkan ovulasi, dan ahirnya penurunan kadarnya mengakibatkan
disintegrasi endometrium dan haid. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk
menggunakan kombinasi estrogen dan progesterone sebagai cara kontrasepsi dengan
jalan mencegah terjadinya ovulasi. Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen
estrogen dalam kontrasepsi dapat menekan sekresi FSH sehingga menghalangi
maturasi folikel dan ovarium, karena pengaruh ovarium dari estrogen tidak ada,
maka tidak terdapat LH. Di tengah –
tengah daur haid kurang terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH
menyebabkan ovulasi terganggu. Selain itu pengaruh progestogen juga memperkuat
khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi. Sehingga dalam 95% - 98% tidak terjadi
ovulasi.(3)
2.4 Hormon Estrogen
Estrogen atau hormon seks wanita bertanggung jawab atas pertumbuhan
dan perkembangan tuba Falopi, ovarium, uterus dan alat kelamin eksternal serta
karakteristik seksual sekunder wanita. Hormon tersebut terutama berkaitan
dengan perubahan -perubahan siklus normal yang terjadi pada endometrium dan
rahim selama siklus. Estradiol merupakan estrogen alam utama yang diproduksi
oleh ovarium di samping beberapa estrogen yang diproduksi secara metabolik
dalam hati. Berbagai sediaan estrogen alam atau sintetik dikembangkan untuk
pemakaian oral, parenteral maupun topikal. Absorpsi oleh membran mukosa saluran
kelamin dan pencernaan biasanya baik dan absorpsi melalui kulit juga bisa
menimbulkan efek sistemik. Estrogen digunakan untuk terapi pada beberapa
kondisi wanita termasuk kontrol konsepsi, endometriosis, hipogonadisme,
meno-pause dan perdarahan abnormal, sedangkan pada pria untuk pe- natalaksanaan
paliatif kanker prostat yang tidak bisa dioperasi.
2.5
Hormon Progesteron
Merupakan hormon yang secara alami terutama diproduksi oleh
corpus luteum dan plasenta yang berperan dalam reproduksi dengan mempersiapkan
endometrium untuk implantasi telur dan membantu perkembangan serta berfungsinya
kelenjar mammae. Di
samping efek progestationalnya, progestin sintetik tertentu
memiliki efek anabolik, androgenik atau estrogenik (biasanya lemah).
Progesteron merupakan progestin alam yang paling banyak yang selain efeknya
sebagai hormon juga ber- fungsi sebagai prazat untuk produksi berbagai
androgen, kor- tikosteroid dan estrogen secara endogen.
2.6 Efek-efek hormon kontrasepsi
Di samping mencegah kehamilan
berbagai efek baik yang tidak diharapkan maupun yang bermanfaat terhadap
kesehatan mungkin timbul akibat pemakaian kontrasepsi, misalnya metoda barrier
membantu melindungi terhadap penyakit akibat hubungan seksual termasuk HIV dan
kanker serviks, KOK mengurangi kista payudara ganas, kista ovarium kambuhan,
anemia kekurangan besi tetapi sekaligus juga peningkatan risiko terutama
penyakit kardiovaskular. Dari efek yang tidak diharapkan yang paling
diperhatikan adalah efek samping kardiovaskular dan induksi atau promosi tumor.
Kebanyakan data efek samping KO diperoleh secararetrospektif dan tanpa kontrol
yang memadai. Lagi pula umumnya sediaan yang digunakan mengandung jumlah
estrogen dan progestin yang lebih besar dari pada yang banyak digunakan masa
kini, sehingga banyak pandangan mengenai efek samping KO sekarang merupakan
ekstrapolasi dan data terdahulu. Oleh karena itu penilaian rasio risiko-manfaat
sangat penting agar diperoleh metoda kontrasepsi yang efektifdengan risiko
sekecil mungkin.
Kanker endometrium dan ovarium
KOK memiliki efek protektif terhadap kanker baik
endometrium maupun ovarium dan dosis lebih kecil dan estrogen dan progestin
memberikan proteksi yang sama bila mekanisme kerjanya melibatkan pemeliharaan
perdarahan reguler akibat penghentian kontrasepsi. Bila dosis kecil
memungkinkan untuk pemakaian di atas usia 35 tahun risiko kanker endometrium
lebih jauh dikurangi.
Kanker hati
Di daerah tertentu ada hubungan yang erat antara
infeksi virus
hepatitis B dan kanker hati dan dalam hal ini penggunaan jangka pendek KOK
tidak meningkatkan risiko kanker hati, sebaliknya di daerah kanker hati jarang
ditemukan ada hubungan antara kanker hati dan pemakaian KOK.
Kanker serviks
Hubungannya dengan hormon
kontrasepsi tidak sejelas seperti halnya dengan aktivitas seksual. Dengan
rnengabaikan aktivitas seksual dan metoda kontrasepsi barrier yang memiliki
efek protektif, tampaknya tidak ada hubungan kenaikan risiko kanker serviks
dengan pemakaian KOK.
Kanker payudara
Meskipun estrogen menstimulasi
perturnbuhan jaringan payudara dan pemakaiannya dalam jangka panjang sewajarnya
bila berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara seperti halnya
terbukti pada wanita paska rnenopause, dalarn studi tidak terlihat adanya
peningkatan risiko dan tidak ada hubungan antara dosis dan lama pemakaian
dengan risiko tersebut, sebaliknya sediaan dengan kadar progestin tinggi
seperti pada pil mini dapat menurunkan risiko.
Penyakit kardiovaskular dan
metabolisme lemak
Ada kenaikan risiko kematian 47
kali akibat penyakit kardiovaskular pada wanita pemakai KO yang mengandung 50
µg estrogen danjelas bahwa penurunan dosis estrogen menurunkan risiko. Risiko
ini sering dikaitkan dengan perubahan kadar lipoprotein serum dan diketahui
bahwa KOK tidak mengubah kadar kolesterol serum total tetapi meningkatkan kadar
trigliserida dan ada juga progestin yang lebih baru yang
rneningkatkan kolesterol HDL serum. Risiko ini biasanya berupa thromboemboli
vena, infark
miokardium dan stroke yang terutama terjadi pada wanita dengan usia lebih dari
30 tahun dan merokok atau memiliki faktor
risiko kardiovaskular lain. Perubahan metabolisme lipida akibat penggunaan KOK
rumit dan hubungan perubahan ambang lipoprotein serum dengan penyakit
kardiovaskular tidak langsung. KOK meningkatkan produksi
faktor X, II dan plasminogen, menurunkan produksi antitrombin
dan meningkatkan agregasi platelet dengan menurunkan produksi prostaglandin.
Perubahan-perubahan ini mungkin hanya penting pada wanita perokok karena
merokok juga meningkatkan risiko thrombogenesis, sehi ngga disimpulkan bahwa
KOK aman untuk wanita yang tidak menderita gangguan sistem sirkulasi sebelumnya
dan lebih-lebih bila tidak merokok.
Toleransi glukosa
Tidak seperti estrogen, progestin
mengganggu toleransi glukosa dan derajatnya bergantung pada baik tipe maupun
dosis progestin yang bersangkutan. Gangguan paling menonjol pada turunan
nandrolon dan paling kecil pada medroksiprogesteron asetat. Progestogen generasi
ke-3 bila ada hanya kecil saja efeknya pada metabolism karbohidrat. Lagi pula
pada umumnya wanita yang metabolisme karbohidratnya terganggu setelah pemakaian
OK akan kembali memiliki toleransi glukosa normal selama 6 bulan pemakaian.
Meskipun demikian KOK dapat meningkatkan kebutuhan insulin pada diabetes
melitus dan nilai peningkatan insulin yang dibutuhkan tidak berarti bila
dibandingkan dengan jaminan kontrasepsi pada wanita dengan kehamilan merupakan
suatu kontraindikasi.
Hipertensi
KOK menyebabkan hipertensi pada ± 45% wanita
normotensi dan meningkatkan tekanan darah pada ± 916% pada wanita dengan
hipertensi sebelumnya. Efek ini mungkin karena baik estrogen maupun progestin
memiliki kemampuan untuk mempermudah retensi ion natrium dan sekresi air akibat
kenaikan aktivitas renin plasma dan pembentukan angiotensin yang menyertainya.
Efek hormon maupun risiko ini berhubungan dengan ras,
sejarah keluarga, kegemukan, makanan, rokok dan lama pemakaian KOK. Beberapa
progestogen generasi ke-3 memiliki efek antimineralokortikoid sehingga
menurunkan risiko hipertensi. Pemantauan tekanan darah selama 3 bulan awal
pemakaian memungkinkan pendeteksian wanita yang rentan dan efek ini hampir
selalu bersifat reversibel.
Gangguan Haid
·
Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama
menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
·
Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang
terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan.
·
metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
Penanggulangannya :
a) Konseling
Memberikan
penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian kontrasepsi suntikan
dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormonal
suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama
b) Pengobatan
Apabila pasien
ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB hari I sampai ke II
masing masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1 selama 3 – 5
hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya
: Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti,
dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1 tablet ). (4)
Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari
jalan lahir dan terasa mengganggu ( jarang terjadi)
Penanggulangannya :
a) Konseling :
Menjelaskan
kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang terjadi keputihan. Bila hal
ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di berikan pengobatan.
b) Pengobatan :
Pengobatan
medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana cairan berlebihan dapat
diberikan preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona 10 mg dosis 2 x 1
tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna dan bau
biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.
Perubahan berat
badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa
bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntikan. Pemakaian
kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik bulanan maupun tribulanan mempunyai
efek samping utama yaitu perubahan berat badan. Faktor yang mempengaruhi
perubahan berat badan akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron yang
kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan
adanya nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat
gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan
disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan
lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak.
Penanggulangannya :
a) Konseling :
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan
adalah salah satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat
juga disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat
pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat badan.
b) Pengobatan
Pengobatan diet
merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta
olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet tinggi kalori,
bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.
Pusing dan
sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu
sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
a) Konseling
Menjelaskan
kepada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi
dan biasanya bersifat sementara.
b) Pengobatan
Pemberian anti
prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal 500mg, 3 x 1 tablet/hari
Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit.
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit.
Penanggulangannya :
a) Konseling
Menjelaskan
kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek samping
b) Pengobatan
Kompres dingin
pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi kompres
hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.
Efek
lainnya
Efek samping ringan yang sering seperti mual,
muntah, pusing, dan kenaikan bobot badan merupakan manifestasi kehamilan dini
dan gejala umum pada pemakaian KO serta biasanya hanya untuk jangka pendek atau
pada 12 siklus awal seperti halnya perdarahan yang tidak teratur. Pemakaian KO
terus selama kehamilan mungkin menyebabkan deformasi dan maskulinisasi janin dan
pemakaian segera setelah persalinan mengurangi laktasi dan menyebabkan ekskresi
steroid dalam air susu. KO dapat mengurangi risiko penyakit radang pelvik yang sering
kali menyebabkan kemandulan dengan dua mekanisme yang mungkin, yaitu perubahan
lendir serviks sehingga patogen tidak
bisa naik ke saluran kelamin bagian atas atau penurunan darah
menstruasi sehingga mengurangi jumlah medium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
patogen. KO juga dapat berinteraksi dengan obat lain melalui kerjanya yang
bertentangan (antagonis farmakologis) seperti halnya dengan antihipertensi dan
antikoagulan oral maupun melalui peningkatan metabolisme hati seperti halnya
dengan rifampin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar