Definisi Letak
Sungsang
Letak sungsang adalah
letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong).
Angka kejadiannya kurang lebih 3 % dari kehamilan. Letak sungsang dibagi
menjadi :
- Letak
bokong murni : presentasi bokong murni, dalam bahasa inggris “ Frank
breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan, sedangkan kedua tungkai
lurus ke atas.
- Letak
bokong kaki : presentasi bokong kaki disamping bokong teraba kaki, dalam
bahasa Inggris “ complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna jika
disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
- Letak
lutut: presentasi lutut
- Letak
kaki : presentasi kaki, dalam bahasa inggris kedua letak yang terakhir ini
disebut “ Incomplete breech presentation”.
Bergantung pada terabanya kedua kaki
atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
dapat dibagi menjadi letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut
tidak sempurna.
Dari letak-letak ini, letak bokong murni
paling sering dijumpai. Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak
sungsang lebih tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm
dan lebih banyak pada multigravida dari pada primigravida.
2.2 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus
bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan
terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
2.3 Diagnosis
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di
bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras (kepala)
mendesak tulang iga. Pada palpasi, akan teraba bagian keras, bundar, dan
melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut
dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, teraba
bagian yang kurang bundar dan lunak.
Bunyi jantung terdengar pada punggung
anak setinggi pusat. Jika pembukaan sudah besar, pada pemeriksaan dalam teraba
3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum,
sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan
prosesus spinosus di tengah-tengah tulang tersebut. Antara tiga tonjolan tulang
tadi dapat diraba anus dan genitalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya
dapat ditentukan jika edema tidak terlalu besar.
Bokong harus dibedakan dari muka karena
pada letak muka jika caput succedanum besar, muka dapat disangka karena kedua
tulang pipi dapat menyerupai tubera assis ischii, dagu menyerupai ujung os
sacrum yang menyerupai deretan prossesus spinosus yang disebut Krista sakralis
media.
Perbedaan
kaki dan tangan :
- Pada
kaki ada kalkaneus, jadi tiga tonjolan tulang ialah mata kaki dan
kalkaneus. Pada tangan, hanya ada mata di pergelangan tangan.
- Kaki
tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
- Jari
kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.
2.4 Penyebab
1. Prematuritas
karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan
kepala relative besar.
2. Hidramanion
karena anak mudah bergerak.
3. Plasenta
previa karena menghalani turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Bentuk
rahim yang abnormal seperti uterus bikornis.
5. Panggul
sempit; walaupun panggul sempit sebagai penyebab letak sungsang masih
disangsikan oleh berbagai penulis.
6. Kelainan
bentuk kepala, yaitu : hidrosefalus dan ansefalus karena kepala sesuai dengan
bentuk pintu atas panggul.
2.5 Mekanisme
persalinan :
Garis paha masuk serong ke dalam pintu
atas panggul. Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dati
otot-otot dasar panggul. Dengan demikian, dapat terjadi latero fleksi badan
untuk menyesuaikan diri dengan panggul. Pantat depan tampak lebih dahulu pada
vulva dan dengan trokanter depan sebagai hipomoklion dan laterofleksi dari
badan lahirlah pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan
kelahiran pantat depan.
Setelah
bokong lahir, terjadi putaran paksi luar agar punggung berputar sedikit ke
depan sehingga bahu dapat masuk pintu atas panggul dalam ukuran serong dari
pintu atas panggul. Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu
sampai ukuran bisakromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul.
Oleh karena itu, punggung berputar lagi ke samping.
Pada
saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan fleksi masuk pintu atas panggul
dalam ukuran melintang pintu atas panggul. Kepala ini mengadakan putaran paksi
sedemikian rupa sehingga kuduk terdapat di bawah simfisis dan dagu sebelah
belakang. Berturut-turut lahir dari perineum, seperti : dagu, mulut, hidung, dahi,
dan belakang kepala.
Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tak banyak
berbeda dengan prognosis pada letak kepala; mungkin rupture perineum lebih
sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak sungsang, lebih
buruk terutama jika anaknya besar daripada kematian anak letak kepala. Kematian
anak kurang lebih 14 %. Jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian
anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian anak
letak kepala.
Penyebab
kematian anak pada letak sungsang :
1. Setelah
pusat lahir, kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus
lahir dalam 8 menit, sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan
selamat.
2. Pada
letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan
cepat.
3. Dapat
terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada
letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat membumbung karena bagian depan
anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain
itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur dari
humerus atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena
tekanan atau tarikan pada pleksus brakhialis pada waktu melahirkan kepala
dengan cara Mauriceau.
2.6 Terapi
Yang paling penting ialah usaha untuk
memperbaiki letak anak dalam kehamilan sebelum persalinan terjadi dengan
melakukan versi luar. Versi atau pemutaran, merupakan tindakan untuk mengubah
presentasi janin secara artifisial, baik melalui penggantian kutub yang satu
dengan lainnya pada letak longitudinal, atau konversi letak oblik atau letak
lintang menjadi letak longitudinal.
Tergantung pada bagian presentasi janin
(kepala atau bokong), dapat dilakukan versi sefalik atau podalik. Jenis versi
ini juga diberi nama menurut metode yang dipakai. Jadi, versi luar merupakan
tindakan manipulasi yang dilakukan lewat dinding abdomen, sementara pada versi
dalam, seluruh tangan operator dimasukkan ke dalam kavum uteri. Hendaknya versi
luar sudah dicoba pada bulan ke-7. Versi luar masih dapat diusahakan pada
penderita in partu dengan syarat sebagai berikut :
1. Pembukaan
kurang dari
3-4 cm
2. Ketuban
masih utuh
3. Bokong anak masih bisa dibebaskan
Indikasi
Versi Luar
Jika
presentasi bokong atau bahu (letak lintang) didiagnosis pada minggu-minggu
terakhir kehamilan, pengubahannya menjadi presentasi kepala dapat dicoba lewat
manuver luar asalkan tidak terdapat disproporsi nyata antara besar janin dan
ukuran panggul. Versi luar dianggap oleh sebagian dokter kebidanan sebagai teknik yang sering
berhasil baik dengan morbiditas yang kecil, sehingga harus dicoba untuk
menghindari peningkatan angka mortalitas yang menyertai persalinan sungsang.
Jika letak janin melintang, perubahan presentasi tersebut merupakan
satu-satunya alternatif bagi tindakan seksio sesarea, kecuali bila janin itu
berukuran sangat kecil dan biasanya belum viabel.
Menurut
Fortunato dkk. (1998), versi sefalik luar lebih besar kemungkinannya untuk
berhasil jika :
(1) bagian presentasi belum turun ke dalam panggul
(2) cairan ketuban masih terdapat dalam jumlah yang normal
(3) posisi punggung bayi tidak menghadap ke belakang
(4) pasien tidak gemuk.
Denyut jantung janin harus dimonitor terus-menerus, sehingga dokter
bisa mendengar suara denyut jantung tersebut selama melakukan tindakan. Kalau
ada, alat sonografi akan bermanfaat. Jangan menggunakan anestesi, karena akan
mengakibatkan pemakaian tenaga yang tidak semestinya.
Dalam stadium awal persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama. Indikasi tersebut kemudian bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya masih bisa berubah secara spontan menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan berlangsung. Akan tetapi versi luar jarang berhasil kalau serviks sudah mengadakan dilatasi penuh atau kalau ketuban sudah pecah.
Dalam stadium awal persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama. Indikasi tersebut kemudian bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya masih bisa berubah secara spontan menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan berlangsung. Akan tetapi versi luar jarang berhasil kalau serviks sudah mengadakan dilatasi penuh atau kalau ketuban sudah pecah.
Versi luar tidak boleh dipaksakan karena
mungkin ada faktor-faktor
seperti kelainan bentuk rahim atau tali
pusat pendek. Jika dipaksakan, dapat terjadi kerusakan pada anak atau solution
plasenta. Versi luar seringkali gagal bila plasenta terletak di depan.
Kontraindikasi
lain untuk melakukan versi luar ialah:
1)
panggul sempit
2)
perdarahan antepartum
3)
hipertensi
4)
hamil kembar
5)
plasenta previa.
Pada panggul sempit tidak ada gunanya
melakukan versi luar, karena meskipun berhasil menjadi presentasi kepala,
akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Tetapi bila kesempitan panggul hanya
ringan, versi luar harus diusahakan karena kalau berhasil akan memungkinkan
dilakukan partus percobaan. Versi luar pada perdarahan antepartum tidak boleh
dilakukan, karena dapat menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta. Pada
penderita hipertensi, usaha versi luar dapat menyebabkan solusio plasenta;
sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat menghalangi usaha
versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila janin berada dalam satu
kantong amnion kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling melilit.
Persiapan
teknik versi luar :
1. Kandung
kencing harus kosong
2. Pasien
ditidurkan terlentang
3. Bunyi
jantung anak diperiksa dahulu ( jika BJA buruk versi dibatalkan)
4. Kaki
dibengkokan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor. Dengan
cara :
a. Mobilisasi
: bokong dibebaskan dulu
b. Sentralisasi
: kepala dan bokong anak dipegang didekatkan
satu sama lain hingga badan anak membulat sehingga lebih mudah diputar.
c. Versi
: anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah; arah pemutaran hendaknya
kea rah yang mudah yang paling sedikit tahannannya. Jika ada pilihan, diputar
ke arah
perut anak supaya tidak terjadi defleksi dan anak tidak menunggangi tali pusat.
Setelah
versi berhasil, bunyi jantung anak diperiksa lagi dan jika bunyi jantung anak
buruk, anak diputar lagi ke letak semula. Kesukaran pada versi luar tidak
selalu berhasil dan sekali-kali tidak boleh dipaksakan, misalnya dengan member
narcosis supaya dinding perut kendor.
Kesukaran
pada versi luar dapat disebabkan oleh :
1. Dinding
perut tegang, seperti pada primigravida
2. Perasaan
takut atau nyeri
3. Anak
dalam letak bokong murni
4. Tali
pusat pendek
5. Kelainan
rahim, seperti uterus bikornis, subseptus atau karena mioma, dan lain-lain
6. Implantasi
plasenta di depan
Bahaya versi luar ialah solution
plasenta, rupture uteri, dan letak defleksi. Oleh Karena itu, versi luar tidak
boleh dipaksakan.
Kontra
indikasi versi luar yaitu :
a. Tekanan
darah yang tinggi karena mudah terjadi solution plasenta
b. Jika
ada luka parut pada dinding rahim, seperti bekas secio sessaria atau
lukavenekluasi mioma.
c. Pada
panggul sempit absolute
d. Pada
kehamilan ganda
e. Pada
hidramnion karena sukar dilakukan dan mudah berputar kembali
f. Pada
hidrosefalus
g. Pada
perdarahan antepartum karena mungkin menimbulkan perdarahan baru.
h. Bunyi
jantung anak yang buruk
Versi Dalam
Perasat
ini terdiri dari pemutaran janin oleh dokter kebidanan yang memasukkan
tangannya ke dalam rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki janin,
dan menariknya keluar lewat serviks, sementara bagian atas badan janin didorong
ke arah yang berlawanan secara trans abdomen. Tindakan ini kemudian
diikuti oleh ekstraksi bokong.
Indikasi Versi Dalam
Kecuali
pada persalinan bayi kedua dalam kehamilan kembar, hanya ada beberapa indikasi
untuk dilakukannya versi dalam. Terkadang prosedur ini bisa dibenarkan kalau
serviks sudah berdilatasi penuh, ketuban masih utuh dan janin yang berada dalam
letak lintang berukuran kecil dan atau sudah mati. Kemungkinan trauma yang
serius pada janin dan ibu pada waktu dilakukan versi podalik dalam dari suatu
presentasi kepala.
Pimpinan persalinan :
Letak sungsang biasanya lahir spontan, karena
itu jangan terlalu lekas bertindak. Penolong bersifat konservatif sampai pusat
lahir tali pusat dilonggarkan dan anak harus lahir 8 menit setelah pusat lahir.
Indikasi
waktu setelah pembukaan lengkap, biasanya lebih pendek dibandingkan dengan
letak kepala. Pada prinsipnya, persalinan letak sungsang harus lancar. Bila
persalinan kurang lancar dan turunnya bagian terendah sudah memungkinkan,
dilakukan manual aid untuk mempercepat anak lahir. Bila belum memungkinkan,
dilakukan seksio sesarea.
Pertolongan
persalinan dengan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :
1. Pertolongan
pada kelahiran spontan
2. Ekstraksi
parsial (sebagian) atau manual aid
3. Ekstraksi
total
4. Seksio
sesarea
Persalinan spontan
Persalinan letak sungsang mengandung
resiko kematian janin yang lebih besar daripada letak kepala. Persalinan
pervaginam harus lancar jalannya. Dalam upaya untuk menghindarkan kematian
perinatal di RSHS, persalinan spontan pervaginam hanya dilakukan bila taksiran berat badan
anak pada primipara kurang dari 3500 gram dan pada multipara kurang dari 4000
gram serta tidak ada penyulit lain. Bila syarat-syarat ini tidak terpenuhi,
langsung dilakukan secio sesarea. Biasanya ditolong secara brancht. Pada
primigravida selalu didahului dengan episiotomi.
Tahapan persalinan
spontan
1.
Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong
sampai pusat (skapula depan ).disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk
melahirkan bokong, yaitu bagian yang tidak begitu berbahaya.
2.
Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar
sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh
karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera
dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3.
Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk
menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya ruptur tentorium
serebelli).
Teknik persalinan
spontan
1.
Sebelum melakukan persalinan, penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2.
Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di
depan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua
pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5
unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini adalah untuk merangsang
kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3.
Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera
setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4.
Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat
lahir dan tampak sangat tegang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.
5. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu
punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini
tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya
berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini,
seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan
sumbu panggul. Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:
·
Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat
segera diselesaikan.
·
Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
·
Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus
dengan kepala janin sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6.
Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut
lahir tali pusat, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh
kepala.
7.
Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang
asisten segera menghisap lendir dan bersamaan dengan itu penolong memotong tali
pusat.
8. Keuntungan
·
Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi.
·
Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan
fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
9. Kerugian
·
5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga
tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.
·
Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada
primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Komplikasi pada persalinan pervaginam
Persalinan sungsang dengan tarikan sampai pada lahirnya umbilikus
dan talipusat menyentuh pelvis, akan menekan tali pusat. Oleh karena itu,
sekali letak sungsang melewati introitus vagina, abdomen, thoraks, lengan dan
kepala harus lahir secara tepat. Ini melibatkan persalinan yang sedikit cepat
dapat menekan bagian-bagian janin. Pada kehamilan aterm, beberapa pergerakan
kepala mungkin sukses melewati jalan lahir. Pada keadaan yang tidak
menguntungkan ini, pilihan persalinan pervaginam keduanya tidak memuaskan:
1.
Persalinan mungkin tertunda beberapa menit ketika melahirkan kepala
yang menyusul melewati pelvis ibu, tetapi hipoksia dan asidemia bertambah
berat; atau
2.
Persalinan mungkin dipaksakan, menyebabkan trauma dari penekanan,
tarikan atau keduanya
Pada fetus preterm, perbedaan antara ukuran kepala dan bokong
biasanya lebih besar daripada fetus yang lebih tua. Saat itu, bokong dan
ekstremitas bawah fetus preterm akan melewati serviks dan dilahirkan, dan
serviks belum berdilatasi cukup untuk melahirkan kepala tanpa trauma. Pada
keadaan ini, insisi Duhrssen pada serviks mugkin dapat dilakukan. Walaupun
demikian, trauma pada fetus dan ibu mungkin dapat dinilai, dan fetal hipoksia
mungkin berbahaya. Robertson dan kawan-kawan ( 1995,1996) mengamati tidak ada
perbedaan yang bermakna pada kejadian kepala terperangkap pada persalinan
sungsang umur kehamilan 28-36 mingggu atau 24-27 minggu. Mereka juga menemukan
tidak ada hubungan kelahiran neonatus yang tidak diinginkan setelah kepala
terperangkap. Masalah lain pada mekanisme letak sungsang adalah terperangkapnya
lengan di belakang leher. Komplikasi lengan menunjuk ( nuchal arm) sampai 6
persen dari persalinan sungsang pervaginam dan dihubungkan dengan peningkatan
mortalitas neonatal ( Cheng and Hanah, 1993 ).
Frekuensi prolaps tali pusat meningkat apabila fetus berukuran kecil
atau bila sungsang tidak dalam posisi bokong murni. Dalam laporan Collea dan
kawan-kawan ( 1978 ), insiden pada posisi frank breech sekitar 0.5 perse, yang
sesuai dengan 0,4 persen pada presentasi kepala ( Barrett, 1991 ). Sedangkan,
insiden prolaps tali pusat pada presentasi kaki adalah 15 persen, dan 5 persen
pada letak bokong murni.
Soernes dan Bakke ( 1986) pada pengamatan awal menyatakan bahwa
panjang tali pusat umbilikus lebih pendek pada letak sungsang dari
keterlibaletak kepala secara signifikan. Lebih lanjut, keterlibatan tali pusat
yang melingkar-lingkar pada fetus lebih umum pada letak sungsang ( Spellacy and
associates, 1996). Abnormalitas tali pusat ini sepertinya memainkan peran dalam
perkembangan janin letak sungsang seperti insiden yang relatif tinggi pola
denyut jantung janin yang mencemaskan pada persalinan. Sebagai contoh, Flannagan
dan kawan-kawan (1987) menyeleksi 244 wanita dengan letak sungsung yang
bervariasi (72 persen adalah frank brech) untuk percobaan persalinan,
didapatkan 4 persen kejadian prolaps tali pusat. Fetal distres bukan karena
prolaps tali pusat didiagnosa pada 5 persen wanita lainnya yang dipilih untuk
persalinan pervaginam. Keseluruhan, 10 persen dari wanita yang dikenali untuk
persalinan pervaginam mengalami persalinan sesarean karena berisiko dalam
persalinan.
Apgar skor, khususnya pada 1 menit, pada persalinan pervaginam letak
sungsang secara umum lebih rendah dari bila dilakukan persalinan sesarean
secara elektif (Flanagan dan kawan-kawan,1987). Dengan cara yang sama, nilai
asam basa darah tali pusat secara signifikan berbeda untuk persalinan
pervaginam. Christian dan Brady (1991) melaporkan bahwa pH darah arteri
umbilikus rendah, Pco2 tinggi, dan HCO3 lebih rendah dibandingkan persalinan
letak kepala. Socol dan kawan-kawan (1988) menyimpulkan, bagaimanapun,
persalinan sesarean meningkatkan Apgar skor tetapi tidak status asm basa.
Flanagan dan kawan-kawan (1987) menekankan bahwa kelahiran bayi pada persalinan
sungsang tidak diperburuk oleh perbedaan yang signifikan dari Apgar skor atau
status asam basa pada kelahiran. Albrechtsen dan kawan-kawan (1997) mengevaluasi
percobaan untuk memilih persalinan pervaginam atau sesarean pada letak
sungsang. Pada 1212 letak sungsang.
Ekstraksi parsial (manual aid)
Biasanya
letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir karena rintangan baru
timbul pada kelahiran bahu. Jika pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan,
misalnya karena his lemah atau karena rintangan bahu, kita tidak boleh menunggu
terlalu lama karena pada saat ini kepala mulai masuk kedalam rongga panggul dan
tali pusat akan tertekan di antara kepala dan dinding panggul hingga anak harus
dilahirkan dalam kurun waktu kurang lebih 8 menit setelah pusat lahir. Dalam
hal ini, untuk melahirkan anak kita pergunakan ekstraksi parsial atau manual
aid. Ekstraksi disebut parsial karena sebagian tubuh anak sudah lahir.
Indikasi
1.
Persalinan
secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya bila terjadi kemacetan baik pada
waktu melahirkan bahu atau kepala.
2.
Dari semula memang
hendak melakukan pertolongan secara manual aid. Di Negara Amerika sebagian
besar ahli kebidanan cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual
aid, karena mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase yang sangat
berbahaya bagi janin, karena pada saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas
panggul, dan kemungkinan besar tali pusat terjepit diantara kepala janin dan
pintu atas panggul.
Teknik ekstraksi parsial ; paggul
dipegang sedemikian rupa hingga ibu jari berdampingan pada os sakrum, kedua
jari telunjuk pada krista iliaka, dan jari lainnya menggenggam bokong pada
pangkal paha. Kemudian dilakukan tarikan ke bawah ke arah kaki penolong sampai
ada rintangan.
Pada
saat ini, kita dapat melahirkan bahu dengan 2 cara, yaitu ;
1. Cara
klasik (cara Deventer)
2. Cara
Muller
Bila pada saat terjadi kesulitan bahu
masih tinggi yang diketahui dari adanya ujung distal skapula di bawah simfisis,
lengandilahirkan dengan cara klasik. Dalam hal ini kita lahirkan belakang dulu.
Untuk itu, kita akan masukkan tangan yang sesuai dengan tangan anak yang akan
dilahirkan ( misalnya, tangan kiri anak dilahirkan dengan tangan kiri penolong)
untuk memperluas daerah yang akan dimasuki dan tangan penolong yang lainnya
memegang kedua kaki anak dengan jari telunjuk di antara kedua neonatus internus
kaki anak serta jari-jari lainnya menggenggam kedua kaki tersebut.
Kaki ini dibawa ke atas ke arah
yang berlawanan dengan bahu yang akan dilahirkan ( misalnya , lengan ada di
kanan belakang maka kaki dibawa ke kiri depan). Jari telunjuk dan jari tengah
tangan penolong menyusuri punggung anak dan skapula anak hingga ke lengan atas
akan dilahirkan sampai lipatan siku, kemudian kedua jari penolong tadi
diletakkan sejajar dengan lengan dan bekerja sebagai spalk. Setelah itu, lipat
siku ditekan sedemikian rupa dan lengan anak digerakan dengan bantuan kedua
jari yang bekerja sebagai spalk tadi sedemikian rupa hingga seolah-olah anak
itu menghapus mukanya, menyusuri dadanya, dan akhirnya lengan dan bahu lahir.
Untuk
melahirkan bahu depan, kaki anak dipindahkan ke tangan yang lain dan dibawa ke
kanan belakang ke arah yang berlawanan dengan tempat dimana bahu depan ( bahu kanan
anak terletak di kiri depan) dan kemudian lengan depan dilahirkan sebagaimana
kita melahirkan lengan belakang. Setelah kedua bahu lahir, kepala anak
dilahirkan secara Mauriceau.
Tangan
yang masuk ialah tangan yang berhadapan dengan perut anak. Mula-mula tangan
luar menggenggam kaki dengan jari telunjuk di antara kedua kaki dan mengangkat
kaki tinggi ke atas.
Sekarang
tangan dalam masuk dan jari telunjuk dimasukkan ke dalam mulut atau jari tengah
dan jari telunjuk ditempatkan pada fosa kanina. Maksud jari ini ialah untuk
mempertahankan fleksi dan untuk memutar dagu anak ke belakang apabila dilakukan
tarikan pada anak, bukan untuk menarik. Badan anak sekarang diturunkan hingga
menunggang lengan dalam tadi.
Tangan
luar menggenggam leher anak sedemikian rupa hingga leher anak terdapat antara
jari telunjuk, jari tengah, dan jari-jari lainnya yang terletak pada pundak.
Tangan
luar melakukan tarikan ke arah bawah dan tangan dalam memutar dagu ke belakang
sampai suboksiput terdapat di bawah simfisis. Kemudian badan anak dibawa ke
atas ke arah perut ibu sehingga berturut-turut lahirlah dagu, mulut, hidung
dahi, dan akhirnya belakang kepala pada komisura posterior.
Jika
kepala anak sulit dilahirkan, dianjurkan perasat De Lee, yaitu dipasang
spekulum pada dinding vagina belakang yang ditekan ke bawah supaya hidung dan
mulut anak bebas dan anak dapat bernafas walaupun kepala belum lahir.
Pada
cara Muller, lengan depan dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Cara
ini dilakukan bila terjadi kesulitan melahirkan bahu pada saat bahu depan sudah
berada di bawah simfisis.
Keuntungan
cara Muller ialah bahwa jari tidak jauh masuk ke dalam jalan lahir hingga
kemungkinan infeksi kurang, tetapi metode klasik lebih berhasil pada bahu yang
sulit lahir karena rongga sakrum lebih luas. Oleh karena itu cara Muller
dipergunakan jika bahu terhenti di pintu bawah panggul, sedangkan cara klasik
dipergunakan jika bahu masih tinggi.
Jika
kepala sukar lahir dengan cara Mauriceau, untuk menghindarkan kerusakan tulang
leher anak dan trauma pada pleksus brhakialis, lebih baik kita pergunakan
forseps Piper.
Untuk melahirkan kepala terdapat beberapa cara yaitu :
·
Mauriceau
Dilakukan bila bayi
dilahirkan secara manual aid atau bila dengan Bracht kepala
belum lahir.
Tahap
} Letakkan
badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda
(untuk penolong kidal meletakkan badan bayi diatas tangan kanan)
a. Satu
jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila
b. Tangan
kanan memegang bahu tengkuk bayi
c. Minta
seorang asisten menekan fundus uteri
d. Bersamaan
dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong melakukan tarikan
kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk
menekan dagu/ mulut.
·
Cunam Piper
Digunakan kalau pengeluaran kepala
bayi dgn Bracht/ Mauriceau gagal
Caranya: tangan dan badan bayi dibungkus
kain steril, diangkat ke atas, cunam piper dipasang melintang terhadap panggul
dan kepala kemudian ditarik.
Ekstrasi
total
Dahulu
dikenal ekstraksi pada bokong dan ekstraksi pada kaki, namun karena angka
kesakitan dan angka kematian anak tinggi maka cara ini sudah dihilangkan
Insisi duhrsen
Tindakan
ini dilakukan dalam keadaan darurat, yakni bila kepala anak tersangkut akibat
pembukann yang belum lengkap. Pada keadaan ini, bokong dan badan sebagai bagian
lunak sudah lahir dan dapat melewati pembukaan yang belum lengkap, namun kepala
sebagai bagian yang keras tidak dapat. Dibuat insisi pada serviks pada jam
10.00, jam 02.00, dan jam 06.00. kemudian setelah kepala anak lahir, dijahit
kembali.
Penyulit
yang mungkin timbul adalah ruptura uteri, akibat meluasnya sayatan pada serviks
ke atas.
Untuk
menghindari penyulit persalinan di atas, upayakan untuk tidak memecahkan
ketuban pada letak sungsang bila pembukaan belum lengkap.
Seksio sesarea
Persalinan pada letak sungsang harus
lancar. Indikasi untuk seksio sesarea, antara lain : panggul sempit, besarnya
anak ( lebih dari sama dengan 3500 gram pada primi dan lebih dari sama dengan
4000 gram pada multi) atau tali pusat yang membubung.
Persalinan
letak sungsang dengan seksio sesarea sudah tentu merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang
pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang
gejala-gejalanya akan tampak baik pada waktu persalinan maupun baru di kemudian
hari.
Namun
hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan per
abdominal. Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang dapat melahirkan per
vaginam atau harus per abdominam kadang-kadang sukar.
Beberapa
kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan per
abdominal, misalnya:
a. Primigravida tua.
b. Nilai sosial janin tinggi (high
social value baby).
c. Riwayat persalinan yang buruk
(bad obstetric history).
d. Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4
kg.
e. Dicurigai adanya kesempitan
panggul.
f. Prematuritas.
Zatuchni dan Andros telah membuat
suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dapat
dilahirkan per vaginam atau per abdominam.
Embriotomi
Dilakukan dengan perforasi melalui
foramen magnum bila terjadi kematian janin akibat arrest of the after coming
head karena panggul sempit. Dengan keluarnya jaringan otak, volume kepala
menjadi lebih kecil sehingga kepala dapat lahir dengan mudah.
Pelahiran bayi dengan
presentasi bokong
Bidan harus tahu cara menangani
pelahiran bayi dengan presentasi bokong karena ada kemungkinan bahwa suatu saat
akan timbul situasi yang tidak diharapkan atau darurat, bahkan di pusat pelayanan
medis, ketika wanita dengan presentasi bokong mungkin menjadi objek kompetisi
di antara residen obstetric untuk tujuan pengajaran dan pembelajaran.
Pelahiran
bokong darurat sebaiknya tidak disebabkan tidak ada diagnosis oleh bidan yang
merawat wanita selama periode antepartal atau selama persalinan. Pelahiraan presentasi bokong yang
diperkirakan dan direncanakan oleh bidan harus selalu melibatkan kolaborasi
yang dekat dengan dokter dan harus dapat dengan cepat menghubungi dokter. Hal
ini penting karena ada masalah potensial dalam pelahiran bokong : kesulitan
persalinan setelah melahirkan kepala dan perlunya tindakan resisutasi yang
lebih ekstensif pada bayi baru lahir.
Bidan
memfasilitasi mekanisme persalinan presentasi bokong, mengintip prinsip noninvestasi
selama kemajuan dapat terlihat, dan melakukan manipulasi ekstrasi manual bila
diindikasikan. Karena terdapat hubungan langsung antara mekanisme persalinan
dan prasat tangan untuk pelahiran bokong.
Daerah
pemilihan secara acak pada janin untuk menentukan posisi dalam presentasi
bokong adalah sacrum. Diameter janin yang digunakan untuk menentukan hubungan
bayi dengan diameter pelvis ibu adalah diameter bitrokanterik di ujung atas
femur yang diukur pada ketinggian sendi panggul(asetabulum). Akan membantu
memvisualisasi mekanisme persalinan jika anda ingat bahwa pelahiran bokong,
pelahiran bahu, dan pelahiran kepala terjadi berturut-turut, dalam ukuran
tersebut. Sebelum pelahiran yang sebenarnya dimulai, hal-hal berikut harus
terjadi :
1. pemeriksaan
abnomen yang hati-hati, atau jika perlu, sonografi atau sinar-X untuk
menyingkirkan hipertensi kepala, hidrosefalus, atau bokong kaki atau bokong
lutut.
2. dilatasi
serviks lengkap
3. eliminasi
setiap pertanyaan mengenai keadekuatan pelvis
4. pengosongan
kandung kemih
5. pemotongan
episiotomy jika anda memutuskan bahwa hal itu perlu dilakukan. Apakah wanita
memerlukan episiotomy tergantung pada perkiraan berat janin dan relaksasi
perineum. Jika episiotomy dilakukan, berikan anestesi local dan pilih tipe
insisi yang akan memberikan anda ruang paling besar untuk manipulasi. Anda
dapat melakukan episiotomy kapanpun selama pelahiran, bahkan setelah bokong
dilahirkan, jika anda memerlukan ruang tambahanuntuk menyelesaikan kelahiran.
6. tentukan
efektifitas upaya mendorong ibu.
7. persiapan
untuk upaya resusitasi bayi baru lahir dalam skala lengkap.
8. wanita
harus diatur posisi yang memungkinkan banyak ruang untuk fleksi lateral dan
penarikan ke bawah, yaitu wanita sebaiknya berada pada posisi litotomi dengan
penyangga kaki atau tepi tempat tidur.
9. dokter
tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaliknya juga hadir
atau segera datang jika dibutuhkan.
Jika ini merupakan situasi darurat
di rumah sakit dan anda membantu persalinan wanita yang belum pernah anda
temuai sebelum itu tidak ada waktu untuk melakukan pemeriksaan, tindakan
pertama anda sebaiknya menginformasikan kepada staf keperawatan yang bertugas
mengenai situasi yang terjadi dan meminta selain panggilan segera untuk
menghubungi dokter, sebaiknya dokter anestesi, atau perawat anestesi dan
perawat kliis pediatric atau neonatus juga di hubungi untuk bersiap
sewaktu-waktu diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar