Seborrhea
2.1.1 Definisi
Sebhorrea
Definisi Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan
eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya,biasanya didaerah
kepala. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa
peradangan superfisial denganpapuloskuamosa yang kronik dengan tempat
predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerahyang kaya akan kelenjar
sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial,
bibir,telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea.Pada dermatitis
seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuamayang
kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran
disertaiadanya krusta.Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak
umur yakni pada kelompok anak dandewasa.Pada kelompok anak sering didapatkan
pada 3 bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasadalam dekade keempat hingga
ke tujuh.Dematitis seboroik pada anak khususnya pada kelompok bayi, dapat
sembuh spontan dalam usia6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik pada
orang dewasa dapat bersifat kronik danmembutuhkan perawatan seumur hidup.Pada
anak sering dimulai dengan skuama eritema yang non eksematous pada kulit kepala
(cradlecap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama
kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam
yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Di daerah
frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Capini biasanya muncul
dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas
disertaieritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural.
Meskipun dermatitisseboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan
dermatitis seboroik pada orang dewasa tapijarang dengan lesi folikular B.
2.1.2 Etiologi
Penyebab sebhorrea masih belum diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa ahli yangmenyatakan beberapa factor penyabab sebhorrea yaitu
sebagai berikut :a. Faktor hereditas,yaitu disebabkan karena adanya faktor
keturunan dari orang tua.b. Diet makanan yang tidak normalc. Adanya gangguan
emosid. Jamur yaitu Pityrosporum ovale mungkin merupakan faktor kausatif. Jamur
ini termasuk dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung
pada lemak,oleh karena itu seringditemukan di daerah kulit yang kaya sebum
seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala.
2.1.3 Asuhan yang diberikan
1.
Beri penjelasan pada keluarga atau orang tua.
2.
Walaupun secara kasual masih belum diketahui,
tetapi penyembuhannya biasa dilakukandengan obat –obat topical, seperti sampo
yang tidak berbusa (kramasi kepala bayi sebanyak 2 – 3kali/ minggu) dan krim
selenium sulfida / Hg – presipitatus albus 2%3.
3.
Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat
dilakukan berbagai terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut
khusus untuk bayi.
4.
Pembersihan krusta menggunakan larutan asam
salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupunpelarut air, pengkompresan kulit
kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal),pengolesan
kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau
lotiondalam beberapa hari, penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan
perawatan kulit kepalabayi lainnya yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun
pasta lembut.
5.
Bila ada infeksi sekunder khususnya yang
disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikananti biotik oral.
2.2 Bisulan
Bisul adalah sekumpulan nanah (neutrofil mati) yang telah terakumulasi
di rongga di jaringan setelah terinfeksi
sesuatu (umumnya karena bakteri atau parasit) atau barang asing (seperti
luka tembakan/tikaman). Bisul adalah reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari
menyebarnya barang asing di tubuh.
Organisme atau barang asing membunuh sel sekitarnya, mengakibatkan keluarnya
toksin. Toksin tersebut menyebabkan radang, sel darah putih mengalir menuju tempat tersebut dan
kemudian meningkatkan aliran darah di tempat tersebut.
Struktur terakhir bisul adalah dinding bisul yang terbentuk oleh sel
sehat untuk mencegah barang asing tersebut masuk ke dalam tubuh dan mencegah
terkena nya sel lain. Namun, enkapsulasi ini berfungsi untuk mencegah sel imun
untuk menyerang bakteri atau barang asing di bisul.
Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan
jaringan subkutaneus di sekitarnya. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus,
tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lainnya atau jamur.
Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan bokong.
Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada
jari-jari tangan.
Furunkel berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang
mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi
putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau dipecahkan
dan mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang. Kulit di
sekitarnya tampak kemerahan atau meradang. Kadang disertai demam, lelah dan
tidak enak badan. Jika furunkel sering kambuhan maka keadaannya disebut furunkulosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pembiakan contoh
jaringan kulit bisa dilakukan untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah
stafilokokus.
Jika bisul timbul di sekitar hidung biasanya akan diberikan
antibiotik per-oral (melalui mulut) karena infeksi bisa dengan segera menyebar
ke otak
2.2.1 Karbunkel
Karbunkel adalah sekumpulan bisul yang menyebabkan pengelupasan
kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut. Penyebabnya adalah bakteri
stafilokokus.
Pembentukan dan penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat
dibandingkan bisul tunggal dan bisa menyebabkan demam serta lelah karena
merupakan infeksi yang lebih serius.
Lebih sering terjadi pada pria dan paling banyak ditemukan di leher
bagian belakang. Karbunkel juga cenderung mudah diderita oleh penderita
diabetes, gangguan sistem kekebalan dan dermatitis.
Beberapa bisul bersatu membentuk massa yang lebih besar, yang
memiliki beberapa titik pengaliran nanah. Massa ini letaknya bisa lebih dalam
di bawah kulit dibandingkan dengan bisul biasa.\
Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan
bisa ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa orang dalam sebuah rumah
menderita karbunkel pada saat yang sama.
Faktor risiko terjadinya karbunkel adalah: - tingkat kebersihan yang
buruk - keadaan fisik yang menurun - gesekan dengan pakaian - pencukuran.
Pada kulit yang terkena ditemukan beberapa bisul yang bersatu
disertai nyeri yang sifatnya ringan atau sedang. Kulit tampak merah dan
membengkak. Karbunkel yang pecah akan mengeluarkan nanah lalu mengering dan
membentuk keropeng.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan
penyebabnya, bisa dilakukan biopsi atau pembiakan contoh jaringan yang
terinfeksi.
Untuk mengendalikan infeksi diberikan sabun anti-bakteri, antibiotik
topikal (salep atau krim) dan antibiotik per-oral.
Kompres hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan. Jangan pernah
memencet atau mencoba memecahkan karbunkel di rumah, karena bisa memperburuk
dan menyebarkan infeksi. Jika nanahnya sudah mengering, luka yang tertinggal
harus sering dibersihkan dan sesudah menangani karbunkel, tangan harus dicuci
bersih-bersih.
Pencegahan Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang
mengandung zat anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya
infeksi atau mencegah penularan.
Bisul bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja,
namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak. Jadi salah kalau
bisul itu disebabkan kebanyakan makan telur. Bila lingkungan kurang bersih,
infeksi pun akan mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik dengan
dunia bermain, termasuk main yang kotor-kotor semisal main tanah. Belum lagi
habis main si anak langsung pegang ini-itu tanpa cuci tangan lebih dulu.
"Nah, kalau kebersihan anak dan bayi tak dijaga dan diperhatikan oleh
orang tua, ya, susah. Itu akan mempermudah terjadinya bisul,Selain itu,
anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang ditimbulkan akibat
banyak keringat dan biang keringat. Padahal, , garukan tersebut dapat merusak
kulit sehingga memudahkan masuknya kuman dan timbullah infeksi. "Itulah
mengapa anak yang sering berkeringat, apalagi keringat buntet, mudah timbul
bisulan." Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit
menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan
kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering menyebut
bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh anak kurang
sekali."
Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai
istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul
jangan sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang lebih
parah dan banyak lagi. Kulit bisa berongga.
Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan
biasanya bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat dalam bentuk
salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif ketimbang pengobatan
jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit karena
dibuat dengan daya serap yang cukup efektif terhadap kulit. Tapi, jika sudah
membesar, agak dalam dan banyak, anak perlu diberi obat antibiotik yang
diminumkan juga.
Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri
staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap
penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya tak
berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi resisten. Karena itu, anjur itu
lebih baik berikan obat antibiotik yang tahan terhadap enzim yang dikeluarkan
kuman tadi, supaya efektif. Selain itu, penisilin juga merupakan salah satu
obat yang relatif sering menimbulkan reaksi alergi.
Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya
dokter akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga penyembuhannya akan
lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan menimbulkan kerusakan kulit dan akan
berbekas. Begitu pula bila dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan dipencet,
penyembuhannya akan menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang. "Bekas
pada jaringan kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau yang lebih
tinggi lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada anak kulitnya masih
berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali karena jaringannya yang
rusak akan membekas,"
2.2.2 Penatalaksanaan
Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sebaiknya jangan digaruk, karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman masuk. Makanya, kalau sudah muncul benjolan kecil sebaiknya perhatikan kebersihan lebih saksama supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau bisul kecil di daerah permukaan (superficial) bisa sembuh dengan sendirinya jika kebersihannya terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain itu, bisul juga jangan digaruk supaya di situ tidak terjadi peradangan. Bisul-bisul jenis furunkel dan karbunkel yang memang mudah pecah biasanya akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Misalnya bisul yang muncul di lipatan lengan, lipatan paha, kaki dan sebagainya akan mudah pecah tergesek baju maupun anggota badan lainnya.
Bila bisul terus membesar atau timbul radang dan badan mulai terasa tidak nyaman, sebaiknya segeralah bawa anak ke dokter. "Oleh dokteria akan diberikan krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral, tergantung pada kondisi bisulnya," ujar Susi. Antibiotik itu bertujuan untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya akan kempes dan kering. Dokter pun akan memberikan kompres yang berfungsi untuk mendinginkan, meredakan, dan mengurangi kuman didaerah sekitar bisul.
Kebiasaan sebagian masyarakat yang berusaha memecahkan
paksa, sangat tidak disarankan. "Sebaiknya bisul jangan dipencet- pencet karena bisa memperparah keadaan." Obat-obat bisul yang banyak beredar di pasaran pun sebaiknya hanya digunakan untuk bisul-bisul ringan yang muncul di permukaan saja. "Tapi kalau letaknya terlalu dalam tentunya obat-obat tradisional tersebut sudah tidak efektif lagi," timbuhnya.
2.3 Miliariasis
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
2.3.1 Faktor penyebab
a. Udara panas dan lembab dengan
ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan
tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh
bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
2.3.2
Bentuk Miliariasis
Miliaria kristalina
·
Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan
jernih disertai kulit kemerahan
·
Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian
yang tertutup pakaian
·
Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik
halus
·
Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal
·
Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara
panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang
menyerap keringat.
Miliaria
rubra
·
Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah
panas
·
Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat
menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
·
Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
·
Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum
spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di
epidermis
·
Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan
bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria
profunda
·
Timbul setelah miliaria rubra
·
Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·
Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
·
Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik
lebih banyak berupa papula daripada vesikel
·
Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan,
bentuk ini jarang ditemui
·
Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat
yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
·
Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan
regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio
calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alcohol
2.3.3 Penatalaksanaan
·
Perawatan kulit yang benar
·
Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak
salycil atau bedak kocok setelah mandi
·
Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
·
Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat
diberikan antibiotik
·
Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih,
sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)
2.4
Diare
Diare adalah buang air besar dengan
frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya
tampak sehat (A.H. Markum, 1999)
2.4.1 Penyebab
·
Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen
saat dilahirkan
·
Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang
mengalami diare, hygiene dan sanitasi yang buruk
·
Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
·
Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
·
Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
·
Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan
Adenovirus
·
Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
·
Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
·
Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR,
immunosupresi, terapi antibiotik)
2.4.2 Jenis diare
·
Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir
<7 hari, muntah, demam
·
Disentri, terdapat darah dalam feses,
sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan
BB, kerusakan mukosa usus
·
Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat
dimulai dari diare akut ataupun disentri
2.4.3 Tanda dan gejala
·
Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum,
kurang sehat diikuti muntah dan diare
·
Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah
menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
·
Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
·
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek
(elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
·
Pucat anus dan sekitarnya lecet
·
Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
·
Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak
dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
·
Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan
berbusa
·
Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan
kadang-kadang berdarah
2.4.4 Komplikasi
·
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi,
kejang dan demam)
·
Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
·
Penurunan berat badan dan malnutrisi
·
Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
·
Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
·
Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
·
Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau
kehilangan alkali dalam tubuh)
2.4.5 Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
·
Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang
hilang < 50 ml/kgBB
·
Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang
hilang 50-90% ml/kgBB
·
Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10% dengan volume
cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
2.4.6 Penatalaksanaan
·
Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
·
Terapi rehidrasi
·
Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan
kuman penyebabnya
·
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk
mencegah penularan
·
Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi
antibiotik
·
Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan
pengental feses
2.5 Obstipasi
2.5.1 Defenisi Obstipasi
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa
Latin Ob berarti in the way = perjalanan Stipare berarti to compress = menekan.
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan
oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun
tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau
keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi
berhajat. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat
kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari
konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain dari obstruksi
intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar
yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari
tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila
buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
2.5.2 Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
1. Obstipasi
akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam
dinding usus
2. Obstipasi
akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh
massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3.
penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang
mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena
makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4.
Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang
berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
5. Sering
menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar.
2.5.3 Tanda dan Gejala
·
Sering menangis
·
Susah tidur
·
Gelisah
·
Perut kembung
·
Kadang-kadang muntah
·
Abdomen distensi
·
Anoreksia
2.5.4 Jenis – Jenis Obstipasi
Obstipasi ada 2 macam, yaitu :
1.
Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses
atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong,
kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
2.
Obstipasi obstruksi parsial.
Memiliki ciri pasien tidak dapat
buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses
disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi
total.
2.5.5 Menegakan Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1.
Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada
gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah
termasuk obstruksi total atau partialAnamnesis ditujukan untuk menggali lebih
dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya
obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut,
dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan
berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat
obstruksi neoplasma.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti
inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa
abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :
·
Pemeriksaan Hb
·
Pemeriksaan Urine
·
Pemeriksaan penunjang lain yang
dianggap perlu
4.
Pencitraan dengan CT scan, USG, X
rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada
dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan
dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial.
Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab
obstruksi.
Laboratorium seperti pemeriksaan
elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit),
hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal
akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk
melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.
2.5.6 Penatalaksanaan Obstipasi
1.
Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi
cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah
untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin
parahnya sakit
2. Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai
dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan
tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan
tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi
usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.
3. Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak
makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan
obat-obatan
2.6 Infeksi
2.6.1 Definisi
Infeksi prenatal adalah infeksi
pada neonatus yang terjadi pada masa anenatal, intranatal dan postnatal.
2.6.2 Etiologi
Infeksi prenatal dapat disebabakan
oleh berbagai bakteri seperti: Escherchia coli, pseudomonas pyocyaneus,
klebsielia, staphylococcus auerus, coccus gonococcus.
a.
infeksi antenatal
infeksi yang
terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melaui sirkulasi
darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan masuk ke dalam sirkulasi
darah umbilicus.
Misalnya:
1)
virus seperti: rubella,
poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie, cytomegalic inclusion.
2)
Spirochaeta: terponema
polidum (lues).
3)
Bakteri excheria coli
dan listeria monocytoganes.
b. infeksi
intranatal
infeksi terjadi pada masa
persalinan , infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme masuik dari vagina
naik kemudian masuk ke dalam rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban
pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya
placentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban
belum pecah yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi dapat juga terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal
dari vagina misalnya pada blennorhoe.
c. infeksi
postnatal
infeksi pada priode pasca natal
dapat terjadi setelah bayia lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi
langsung dengan alat-alat yang tidak steril , tindakan yang tidak antiseptic
atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang. Misalnya pada fian neonatorum,
omfalitis, dan lain-lain.
2.6.3 Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang
mengalami infeksi prenatal adalah:
·
Bayia malas minum
·
Gelisah mungkin juga
terjadi latergi
·
Frekuensi pernafasan
·
Berat badan menurun
·
Pergerakan kurang
·
Muntah
·
Diare
·
Sklerema, odema
·
Perdarahan, ikterus,
kejang
2.6.4 Penatalaksanaan
·
Mengatur posisi
tidur/semi fowler agar sesak berkurang
·
Apabila suhu tinggi
lakukan kompres dingin
·
Berikan ASI
perlahan-lahan sedikit demi sedikit
·
Apabila bayi muntah,
lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan.
·
Apabila ada diare
perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
·
Rujik segera ke rumah
salit. Jelaskan pada keluarga untuk inform
consent.
2.7
Bayi Meninggal Mendadak
2.7.1 Definisi
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alas an
yang tetap tidak jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling
utama pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini
menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS =sudden infant death syndrome).
Pada kasus yang khas seorang bayi rusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di
tidurkan tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa .
beberapa waktu kmeudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional
gagal menemukan penyebbab kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat
sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan
intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan bukti-bukti
bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.
2.7.2
Patologi
Diantara berbagai temuan yang telah dilaporkan pada
bayi-bayi yang meninggal karena SIDS bahwa pertambahan otot polos arteri
paru-paru merupakan hal terpenting. Keadaan ini tidak saja melibatkan dinding
muscular arteri pulmonalis yang besar, tetapi meluas ke pembuluh-pembuluh kecil
di dekat di dekat alveoli. Temuan ini di anggap sebagai bukti tidak langsung
bahwa bayi-bayi dengan SIDS mengalami hipoksia kronik yang menetap. Walawpun
demikian, tidak di temukan bukti langsung hipoksia ini. Banyak korban SIDS
mengalami retardasi pertumbuhan fisik pasca natal.
Kebingungan mengenai patogenesis SIDS mungkin
mencerminkan besarnya perbedaan kenelitian dalam mencari abnormaliyas spesifik
setelah kelahiran. Lebih lanjut, SIDS tampaknya mempunyai beberapa etiologi,
dan beberapa kondisi langka dapat berwujud seperti SIDS. Misalnya, apnea saat
tidur yang memanjang pada masa bayi yang telah di asosiasikan dengan suatu lesi
desak ruang (astrositoma lobus temporalis kiri), anomaly SSP congenital (tidak
ada korpus kalosum), dan dengan disfungsi neuromuscular yang menyertai
botulismus infantil. Kematian mendadak juga telah di sebabkan cincin vascular,
biasanya didahului oleh tanda-tanda obstruksi saluran nafas atas.
2.7.3
Factor-faktor yang
mungkin menyebabkan bayi mati mendadak
Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama
selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal
karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas
dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS
abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea
obstruktif yang lebih penting daalam terjadinya SIDS
Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti
telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada
susunan saraf pusat.
Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan
pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi
terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS
masih belum di ketahui.
Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya
sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di
duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer
terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya
ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang
meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada
SIDS.
2.7.4 Temuan-temuan pada bayi yang kemudian meninggal dunia
Beberapa bayi yang kemudian meninggal
karena SIDS telah di pelajari sebelum meninggal. Seorang bayi mempunyai suara
tangisan yang bernada tinggi, lebih lemah dari tangisan normal. Yang lain
mengalami takikardia dengan variasi dari denyut ke denyut yang kurang normal.
Bayi yang lain lagi memperlihatkan frekuensi pernafasan serta penurunan insiden
apnea. Dan yang terakhir, seorang bayi labilitas yang lebih tinggi dari
normalserta stabilisasi denyut jantung yang lebih buruk.
2.7.5 Temuan-temuan pada bayi dengan risiko tinggi SIDS
Saudara
sekandung dari bayi dengan SIDS menurut peneliti :
·
Sekelompok bayi yang
merupakan saudara kandung dari bayi-bayi dengan SIDS di jumpai dengan insiden
yang meninggi, serta dengan pernafasan periodic yang lebih lama pada saat tidur
bila di bandingkan kelompok control atau bayi normal.
·
Peningkatan frekuensi
pernafasan dan penurunan insidens jeda pernafasan selama tidur diantara saudara
sekandungbayi-bayi dengan SIDS; sampai jeda yang panjang ( lebih dari sepuluh
detik ), kelompok terakhir ini tidak dapat dibedakan dari bayi-bayi yang
normal.
Bayi-bayi
dengan SIDS abortif atau hampir hilang Pada suatu kelompok bayi dengan
bukti-bukti SIDS abortif atau hamper hilang di temukan dalam keadaan tidak
responsif, sianotik, dan apneik, serta mendapat resusitasi dari mulut ke
mulut,di temukan bahwa dalam 4 bulan pertama kehidupan bayi-bayi ini memiliki
denyut jantung yang lebih cepat. Sedangkan pada kelompok bayi yang hamper
hilanh lainnya, peneliti lain menemukan peningkatan frekuensi pada paparan gas
dengan tegangan oksigen rendah. Dan pada kelompok bayi yang hamper hilang
lainnya, pemeriksaan neurologik yang rinci menemukan abnormalitas tonus otot
yang konsisten
2.7.6 Diagnosis
Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan
resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di
temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut
jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca
natal.
2.7.7 Pencegahan SIDS
1. Selalu
letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun
saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang
sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
2. Jangan
pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya
untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
3. Gunakan
kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan
bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur
yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan
lembut lainnya.
4. Jauhkan
berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang
diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk
mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut.
5. Pastikan
bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi
untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur
mengandung risiko SIDS.
6. Pastikan
wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan
selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda.
7. Pakaikan
pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk
menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda
perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda berada di ujung
ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi,Ujung bawah selimut
yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah kasur atau matras sehingga
terhimpit.
8. Jangan
biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan
kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan
orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok.
9. Jangan
biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap
hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada
suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan
berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
10. Temani
bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu
yang cukup lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar