Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

SEBORRHEA,BISULAN, MILIARIS, DIARE, OBSTIPASI, INFEKSI, DAN PENATALAKSANAAN BAYI MENINGGAL MENDADAK (SIDS)


Seborrhea
2.1.1    Definisi Sebhorrea
Definisi Sebhorrea adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya,biasanya didaerah kepala. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial denganpapuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerahyang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir,telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea.Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuamayang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertaiadanya krusta.Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni pada kelompok anak dandewasa.Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3 bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasadalam dekade keempat hingga ke tujuh.Dematitis seboroik pada anak khususnya pada kelompok bayi, dapat sembuh spontan dalam usia6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik pada orang dewasa dapat bersifat kronik danmembutuhkan perawatan seumur hidup.Pada anak sering dimulai dengan skuama eritema yang non eksematous pada kulit kepala (cradlecap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Capini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertaieritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun dermatitisseboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik pada orang dewasa tapijarang dengan lesi folikular B.
2.1.2    Etiologi
Penyebab sebhorrea masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yangmenyatakan beberapa factor penyabab sebhorrea yaitu sebagai berikut :a. Faktor hereditas,yaitu disebabkan karena adanya faktor keturunan dari orang tua.b. Diet makanan yang tidak normalc. Adanya gangguan emosid. Jamur yaitu Pityrosporum ovale mungkin merupakan faktor kausatif. Jamur ini termasuk dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak,oleh karena itu seringditemukan di daerah kulit yang kaya sebum seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala.
2.1.3    Asuhan yang diberikan
1.      Beri penjelasan pada keluarga atau orang tua.
2.      Walaupun secara kasual masih belum diketahui, tetapi penyembuhannya biasa dilakukandengan obat –obat topical, seperti sampo yang tidak berbusa (kramasi kepala bayi sebanyak 2 – 3kali/ minggu) dan krim selenium sulfida / Hg – presipitatus albus 2%3.
3.      Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi.
4.      Pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupunpelarut air, pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal),pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotiondalam beberapa hari, penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepalabayi lainnya yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut.
5.      Bila ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikananti biotik oral.

2.2       Bisulan
Bisul adalah sekumpulan nanah (neutrofil mati) yang telah terakumulasi di rongga di jaringan setelah terinfeksi sesuatu (umumnya karena bakteri atau parasit) atau barang asing (seperti luka tembakan/tikaman). Bisul adalah reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebarnya barang asing di tubuh.
Organisme atau barang asing membunuh sel sekitarnya, mengakibatkan keluarnya toksin. Toksin tersebut menyebabkan radang, sel darah putih mengalir menuju tempat tersebut dan kemudian meningkatkan aliran darah di tempat tersebut.
Struktur terakhir bisul adalah dinding bisul yang terbentuk oleh sel sehat untuk mencegah barang asing tersebut masuk ke dalam tubuh dan mencegah terkena nya sel lain. Namun, enkapsulasi ini berfungsi untuk mencegah sel imun untuk menyerang bakteri atau barang asing di bisul.
Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lainnya atau jamur.
Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan.
Furunkel berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau dipecahkan dan mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang. Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau meradang. Kadang disertai demam, lelah dan tidak enak badan. Jika furunkel sering kambuhan maka keadaannya  disebut furunkulosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pembiakan contoh jaringan kulit bisa dilakukan untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus.
Jika bisul timbul di sekitar hidung biasanya akan diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) karena infeksi bisa dengan segera menyebar ke otak
2.2.1    Karbunkel
Karbunkel adalah sekumpulan bisul yang menyebabkan pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus.
Pembentukan dan penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat dibandingkan bisul tunggal dan bisa menyebabkan demam serta lelah karena merupakan infeksi yang lebih serius.
Lebih sering terjadi pada pria dan paling banyak ditemukan di leher bagian belakang. Karbunkel juga cenderung mudah diderita oleh penderita diabetes, gangguan sistem kekebalan dan dermatitis.
Beberapa bisul bersatu membentuk massa yang lebih besar, yang memiliki beberapa titik pengaliran nanah. Massa ini letaknya bisa lebih dalam di bawah kulit dibandingkan dengan bisul biasa.\
Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa orang dalam sebuah rumah menderita karbunkel pada saat yang sama.
Faktor risiko terjadinya karbunkel adalah: - tingkat kebersihan yang buruk - keadaan fisik yang menurun - gesekan dengan pakaian - pencukuran.
Pada kulit yang terkena ditemukan beberapa bisul yang bersatu disertai nyeri yang sifatnya ringan atau sedang. Kulit tampak merah dan membengkak. Karbunkel yang pecah akan mengeluarkan nanah lalu mengering dan membentuk keropeng.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan penyebabnya, bisa dilakukan biopsi atau pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi.
Untuk mengendalikan infeksi diberikan sabun anti-bakteri, antibiotik topikal (salep atau krim) dan antibiotik per-oral.
Kompres hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan. Jangan pernah memencet atau mencoba memecahkan karbunkel di rumah, karena bisa memperburuk dan menyebarkan infeksi. Jika nanahnya sudah mengering, luka yang tertinggal harus sering dibersihkan dan sesudah menangani karbunkel, tangan harus dicuci bersih-bersih.
Pencegahan Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.
Bisul bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak. Jadi salah kalau bisul itu disebabkan kebanyakan makan telur. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi pun akan mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik dengan dunia bermain, termasuk main yang kotor-kotor semisal main tanah. Belum lagi habis main si anak langsung pegang ini-itu tanpa cuci tangan lebih dulu. "Nah, kalau kebersihan anak dan bayi tak dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, ya, susah. Itu akan mempermudah terjadinya bisul,Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang ditimbulkan akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal, , garukan tersebut dapat merusak kulit sehingga memudahkan masuknya kuman dan timbullah infeksi. "Itulah mengapa anak yang sering berkeringat, apalagi keringat buntet, mudah timbul bisulan." Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering menyebut bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh anak kurang sekali."
Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul jangan sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang lebih parah dan banyak lagi. Kulit bisa berongga.
Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan biasanya bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat dalam bentuk salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif ketimbang pengobatan jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit karena dibuat dengan daya serap yang cukup efektif terhadap kulit. Tapi, jika sudah membesar, agak dalam dan banyak, anak perlu diberi obat antibiotik yang diminumkan juga.
Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya tak berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi resisten. Karena itu, anjur itu lebih baik berikan obat antibiotik yang tahan terhadap enzim yang dikeluarkan kuman tadi, supaya efektif. Selain itu, penisilin juga merupakan salah satu obat yang relatif sering menimbulkan reaksi alergi.
Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya dokter akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga penyembuhannya akan lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan menimbulkan kerusakan kulit dan akan berbekas. Begitu pula bila dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan dipencet, penyembuhannya akan menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang. "Bekas pada jaringan kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau yang lebih tinggi lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada anak kulitnya masih berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali karena jaringannya yang rusak akan membekas,"

               2.2.2       Penatalaksanaan 
               Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sebaiknya jangan digaruk, karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman masuk. Makanya, kalau sudah muncul benjolan kecil sebaiknya perhatikan kebersihan lebih saksama supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau bisul kecil di daerah permukaan (superficial) bisa sembuh dengan sendirinya jika kebersihannya terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain itu, bisul juga jangan digaruk supaya di situ tidak terjadi peradangan. Bisul-bisul jenis furunkel dan karbunkel yang memang mudah pecah biasanya akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Misalnya bisul yang muncul di lipatan lengan, lipatan paha, kaki dan sebagainya akan mudah pecah tergesek baju maupun anggota badan lainnya.
                Bila bisul terus membesar atau timbul radang dan badan mulai terasa tidak nyaman, sebaiknya segeralah bawa anak ke dokter. "Oleh dokteria akan diberikan krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral, tergantung pada kondisi bisulnya," ujar Susi. Antibiotik itu bertujuan untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya akan kempes dan kering. Dokter pun akan memberikan kompres yang berfungsi untuk mendinginkan, meredakan, dan mengurangi kuman didaerah sekitar bisul.
               Kebiasaan sebagian masyarakat yang berusaha memecahkan  
               paksa, sangat tidak disarankan. "Sebaiknya bisul jangan dipencet- pencet karena bisa memperparah keadaan." Obat-obat bisul yang banyak beredar di pasaran pun sebaiknya hanya digunakan untuk bisul-bisul ringan yang muncul di permukaan saja. "Tapi kalau letaknya terlalu dalam tentunya obat-obat tradisional tersebut sudah tidak efektif lagi," timbuhnya.
 
2.3       Miliariasis
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
2.3.1  Faktor penyebab
a.       Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b.      Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c.       Aktivitas yang berlebihan
d.      Setelah menderita demam atau panas
e.       Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
2.3.2   Bentuk Miliariasis
Miliaria kristalina
·         Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
·         Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
·         Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
·         Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
·         Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
·         Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
·         Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
·         Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
·         Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
·         Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria profunda
·           Timbul setelah miliaria rubra
·           Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·           Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
·           Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
·           Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·           Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
·           Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alcohol
2.3.3  Penatalaksanaan
·           Perawatan kulit yang benar
·           Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi
·           Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan kelenjar
·           Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotik
·           Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)

2.4         Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999)
2.4.1  Penyebab
·      Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
·      Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene dan sanitasi yang buruk
·      Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
·      Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
·      Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
·      Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
·      Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
·      Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
·      Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi antibiotik)
2.4.2  Jenis diare
·      Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
·      Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
·      Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
2.4.3  Tanda dan gejala
·       Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti muntah dan diare
·       Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
·       Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
·       Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
·       Pucat anus dan sekitarnya lecet
·       Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
·       Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk dan terdapat butiran lemak
·       Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
·       Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah
2.4.4  Komplikasi
·       Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
·       Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
·       Penurunan berat badan dan malnutrisi
·       Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
·       Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
·       Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
·       Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam tubuh)
2.4.5  Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997)
·       Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang hilang < 50 ml/kgBB
·       Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang hilang 50-90% ml/kgBB
·       Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang ≥100 ml/kgBB
2.4.6  Penatalaksanaan
·       Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
·       Terapi rehidrasi
·       Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman penyebabnya
·       Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk mencegah penularan
·       Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
·       Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan pengental feses

2.5     Obstipasi
2.5.1       Defenisi Obstipasi
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way = perjalanan Stipare berarti to compress = menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
2.5.2    Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
1. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus
2. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3. penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
5. Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar.
2.5.3    Tanda dan Gejala
·         Sering menangis
·         Susah tidur
·         Gelisah
·         Perut kembung
·         Kadang-kadang muntah
·         Abdomen distensi
·         Anoreksia
2.5.4    Jenis – Jenis Obstipasi
Obstipasi ada 2 macam, yaitu :
1.      Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
2.      Obstipasi obstruksi parsial.
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
2.5.5    Menegakan Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1.      Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partialAnamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
2.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :
·         Pemeriksaan Hb
·         Pemeriksaan Urine
·         Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu
4.      Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.
2.5.6    Penatalaksanaan Obstipasi
1.      Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit
2.    Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.
3.    Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan

2.6     Infeksi
2.6.1      Definisi
Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa anenatal, intranatal dan postnatal.
2.6.2       Etiologi
Infeksi prenatal dapat disebabakan oleh berbagai bakteri seperti: Escherchia coli, pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus auerus, coccus gonococcus.
a.         infeksi antenatal
infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melaui sirkulasi darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan masuk ke dalam sirkulasi darah umbilicus.
Misalnya:
1)      virus seperti: rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie, cytomegalic inclusion.
2)      Spirochaeta: terponema polidum (lues).
3)      Bakteri excheria coli dan listeria monocytoganes.


 b.   infeksi intranatal
infeksi terjadi pada masa persalinan , infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme masuik dari vagina naik kemudian masuk ke dalam rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya placentitis dan amnionitis. Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina. Infeksi dapat juga terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya pada blennorhoe.
c.       infeksi postnatal
infeksi pada priode pasca natal dapat terjadi setelah bayia lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril , tindakan yang tidak antiseptic atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang. Misalnya pada fian neonatorum, omfalitis, dan lain-lain.
2.6.3      Gejala
Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi prenatal adalah:
·         Bayia malas minum
·         Gelisah mungkin juga terjadi latergi
·         Frekuensi pernafasan
·         Berat badan menurun
·         Pergerakan kurang
·         Muntah
·         Diare
·         Sklerema, odema
·         Perdarahan, ikterus, kejang
2.6.4      Penatalaksanaan
·         Mengatur posisi tidur/semi fowler agar sesak berkurang
·         Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin
·         Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
·         Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan.
·         Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
·         Rujik segera ke rumah salit. Jelaskan pada keluarga untuk inform consent.

2.7         Bayi Meninggal Mendadak

2.7.1      Definisi
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alas an yang tetap tidak jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling utama pada tahun pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS =sudden infant death syndrome). Pada kasus yang khas seorang bayi rusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa . beberapa waktu kmeudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebbab kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik menghasilkan bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.
2.7.2             Patologi
Diantara berbagai temuan yang telah dilaporkan pada bayi-bayi yang meninggal karena SIDS bahwa pertambahan otot polos arteri paru-paru merupakan hal terpenting. Keadaan ini tidak saja melibatkan dinding muscular arteri pulmonalis yang besar, tetapi meluas ke pembuluh-pembuluh kecil di dekat di dekat alveoli. Temuan ini di anggap sebagai bukti tidak langsung bahwa bayi-bayi dengan SIDS mengalami hipoksia kronik yang menetap. Walawpun demikian, tidak di temukan bukti langsung hipoksia ini. Banyak korban SIDS mengalami retardasi pertumbuhan fisik pasca natal.
Kebingungan mengenai patogenesis SIDS mungkin mencerminkan besarnya perbedaan kenelitian dalam mencari abnormaliyas spesifik setelah kelahiran. Lebih lanjut, SIDS tampaknya mempunyai beberapa etiologi, dan beberapa kondisi langka dapat berwujud seperti SIDS. Misalnya, apnea saat tidur yang memanjang pada masa bayi yang telah di asosiasikan dengan suatu lesi desak ruang (astrositoma lobus temporalis kiri), anomaly SSP congenital (tidak ada korpus kalosum), dan dengan disfungsi neuromuscular yang menyertai botulismus infantil. Kematian mendadak juga telah di sebabkan cincin vascular, biasanya didahului oleh tanda-tanda obstruksi saluran nafas atas.

2.7.3        Factor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi mati mendadak
Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting daalam terjadinya SIDS
Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf pusat.
Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui.
Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS.
2.7.4      Temuan-temuan pada bayi yang kemudian meninggal dunia
Beberapa bayi yang kemudian meninggal karena SIDS telah di pelajari sebelum meninggal. Seorang bayi mempunyai suara tangisan yang bernada tinggi, lebih lemah dari tangisan normal. Yang lain mengalami takikardia dengan variasi dari denyut ke denyut yang kurang normal. Bayi yang lain lagi memperlihatkan frekuensi pernafasan serta penurunan insiden apnea. Dan yang terakhir, seorang bayi labilitas yang lebih tinggi dari normalserta stabilisasi denyut jantung yang lebih buruk.
2.7.5    Temuan-temuan pada bayi dengan risiko tinggi SIDS
Saudara sekandung dari bayi dengan SIDS menurut peneliti :
·         Sekelompok bayi yang merupakan saudara kandung dari bayi-bayi dengan SIDS di jumpai dengan insiden yang meninggi, serta dengan pernafasan periodic yang lebih lama pada saat tidur bila di bandingkan kelompok control atau bayi normal.
·         Peningkatan frekuensi pernafasan dan penurunan insidens jeda pernafasan selama tidur diantara saudara sekandungbayi-bayi dengan SIDS; sampai jeda yang panjang ( lebih dari sepuluh detik ), kelompok terakhir ini tidak dapat dibedakan dari bayi-bayi yang normal.
                                  Bayi-bayi dengan SIDS abortif atau hampir hilang Pada suatu kelompok bayi dengan bukti-bukti SIDS abortif atau hamper hilang di temukan dalam keadaan tidak responsif, sianotik, dan apneik, serta mendapat resusitasi dari mulut ke mulut,di temukan bahwa dalam 4 bulan pertama kehidupan bayi-bayi ini memiliki denyut jantung yang lebih cepat. Sedangkan pada kelompok bayi yang hamper hilanh lainnya, peneliti lain menemukan peningkatan frekuensi pada paparan gas dengan tegangan oksigen rendah. Dan pada kelompok bayi yang hamper hilang lainnya, pemeriksaan neurologik yang rinci menemukan abnormalitas tonus otot yang konsisten
2.7.6      Diagnosis
Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal.
2.7.7      Pencegahan SIDS
1.      Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
2.      Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
3.      Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
4.      Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut.
5.      Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur mengandung risiko SIDS.
6.      Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda.
7.      Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah kasur atau matras sehingga terhimpit.
8.      Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok.
9.      Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
10.  Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar