Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

Polihidramnion

Pengertian
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Beberapa ahli ada yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter, sedangkan kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan. (Moctar, Rustam. 1998).
polihidramnion biasa disebut juga polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000cc. (Prawirihardjo, Sarwono., et al, 2007).
Penambahan air ketuban ini bisa mendadak dalam beberapa hari disebut hidramnion akut, atau secara perlahan-lahan. Dalam hal ini disebut juga hidramnion kronis.

2.2.    Etiologi
Etiologi polihidramnion sampai sekarang masih belum jelas, tetapi diketahui bahwa polihidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Di duga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion. Di samping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu pengeluaran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi  oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus atau tumor-tumor plasenta. Pada anensefalus polihidramnion disebabkan pula karena transudat cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormon antidiuretik.
Pada kehamilan ganda mungkin salah satu janinnya mempunyai jantung yang lebih berat, karena itu menghasilkan banyak air kencing. Mungkin pula karena luasnya permukaan amnion. Pada polihidramnion sering ditemukan plasenta yang besar. Sekarang disangka bahwa prolaktin mempunyai pengontrolan dalam volume air ketuban. Gejala polihidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya. Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga menyebabkan sesak. Penekanan vena-vena yang besar menyebabkan edem terutama dikedua tungkai, vulva dan abdomen. Polihidramnion akut biasanya terjadi pada trimester ke-2 dan kehamilan sering berakhir pada kehamilan 28 minggu. Polihidramnion kronis terjadi perlahan-lahan dan pada kehamilan yang lebih tua. Keluhanya tidak hebat.
Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polihidramnion, antara lain :
·           Penyakit jantung
·           Nefritis
·           Edema umum (anasarka)
·           Anomali kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esifagus, hidrosefalus, dan trauma blocking oesofagus.
Dalam hal ini terjadi karena :
ü  Tidak ada stimulasi dari otak dan spina
ü  Exressive urinary secretion
ü  Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
ü  Transudasi langsung dari cairan meningeal ke dalam amnion
·           Simpul tali pusat
·           Diabetes melitus
·           Gemeli uniovulair
·           malnutrisi
·           penyakit kelenjar hipofisis
·           pada polihidramnion biasanya plasenta lebih besar dan lebih berat dari biasanya karena itu trasudasi menjadi lebih banyak dan timbulan polihidramnion

2.3.    Tipe polihidramnion
2.1.1.           Polihidramnion kronis
Tipe ini terjadi secara bertahap, biasanya dimulai saat usia kehamilan kira-kira 30 minggu. Tipe ini yang paling sering terjadi.

2.1.2.           Polihidramnion akut
Tipe ini jarang terjadi biasanya terjadi pada 20 minggu kehamilan dan muncul dengan sangat tiba-tiba. Uterus mencapai sifisternum dalam 3 atau 4 hari. Tipe ini biasanya berhubungan dengan kembar monozigot atau abnormalitas janin yang parah.

2.4.       Tanda dan Gejala
Ibu biasanya mengeluh sesak napas dan tidak nyaman. Jika polihidramnoin terjadi secra akut, ia akan mengalami nyeri abdomen yang berat. Kondisi ini dapat memperburuk berbagai gejala yang berhubungan dengan kehamilan seperti indigesti, nyeri ulu hati, dan konstipasi. Edema dan varises vulva serta ekstremitas bawah juga dapat terjadi.
Pemeriksaan abdomen. Pada saat inspeksi dilakukan, uterus berukiran lebih besar daripada usia gestasi seharusnya dan berbentuk globuler. Kulit abdomen tampak teregang dan mengkilat dengan striae gravidarum dan pembuluh darah superfisial yang terlihat jelas.
Pada saat dipalpasi, uterus terasa keras dan sulit merasakan bagian janin, tetapi kemungkinan janin dapat teraba diantara kedua tangan. Getaran cairan dapat dirasakan dengan meletakan satu tangan pada sisi abdomen dan mengetuk sisi lainnya dengan jari. Gelombang cairan akan bergerak dari sisi yang diketuk dan dirasakan pada tangan yang lainnya. Mengukur lingkar abdomen juga dapat bermanfaat, terutama pada kasus polihidramnion akut untuk mengobservasi laju peningkatannya.
Auskultasi DJJ mungkin akan sulit dilakukan jika jumlah cairan yang ada menyebabkan janin berpindah menjauh dari letak stetoskop.
Pemindaian USG digunakan untuk memastikan diagnosis polihidramnion. Selain untuk pengukuran AFV dan AFI dan tingkat keparahan polihidramnion, memindai tersebut juga dapat memperlihatkan jika terjadi kehamilan kembar atau abnormalitas janin.


2.5.       Diagnosis
Diagnosis polihidramnion mudah ditegakan bila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan detak jantung janin sukar ditentukan. polihidramnion harus dibedakan dari ascites, cystoma ovarii dan molahidatidosa. Untuk membantu diagnostik dan untuk mencari etiologi perlu menggunakan pemeriksaan ultrasonografi yang dapat memperlihatkan anencephalus, gemelli dan lain-laian. Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.

2.6.       Prognosis
Prognosis anak kurang baik karena kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain. Sedangkan untk ibu dapat menyebabkan solusio plasenta, inertia uteria dan perdarahan pospartum.

Sebab-sebab prognosis yang kurang baik ialah :
·           Cacat bawaan
·           Prematuritas
·           Prolapsus foeniculi
·           Erythroblastosis, preeklamsi, diabetes

2.7.       Komplikasi
Kompilkasi yang terjadi meliputi :
·           Ubstruksi uretrik maternal
·           Penigkatan mobilitas janin yang mengakibatkan letak tidak stabil dan mal persentasi
·           Presentasi dan prolaps tali pusat
·           Ketuban pecah dini
·           Obstruksio plasenta saat ketuban pecah
·           Kelahiran prematur
·           Peningkatan insiden seksio sesaria
·           Perdarahan pascapartum
·           Peningkatan angka kematian perinatal Solusio plasenta
·           Inertia uteri
·           Perdarahan postpartum


2.8.       Penatalaksanaan
Jika memungkinkan, penyebab kondisi ini harus ditentukan. Ibu yang menderita polihidramnion dapat dirujuk ke unit konsultan kebidanan. Asuhan selanjutnya dapat bergantung dengan kondisi ibu dan janin, penyebab, dan derajat polihidramnion, serta tahap kehamilan. Diabetes melitus akan ditangani secara keseseluruhan, polihidramnion ditangani seperti kebanyakan kasus. Adanya abnormalitas janin harus dipertimbangkan dalam melilih cara dan waktu persalinan. Jika janinn menderita kelainan yang dapat dioperasi seperti atresia esofagus, akan lebih tepat jika bayi dipindahkan ke unit bedah neonatus.
Polihidramnoin ringan yang asimptomatiktidak langsung ditangani. Ibunya yang mengalami polihidramnion ringan  biasanya tidak dibawa ke RS, tetapi dianjurkan segera ke RS jika dicurigai mengalami pecah ketuban. Ibu harus dianjurkan beristirahat dengan cukup. Ibu membutuhkan penjelasan lengkap tentang kondsinya dan dukungan dari profesinal kesehatan yang merawatnya, tetepi penelitian terbaru menunjukan bahwa jika polihidramnion bersipat idiopatik, seperti pada kasus asimptomatis ringan, ibu dapat diberi tahu bahwa janinnya dalam keadaan baik (Panting-Kemp et al 1999).
Pemindaian USG yang teratur akan menunjukan apakan polohidramnion tersebut bersifat progresif atau tidak. Banyak kasus polihidramnion idiopatik yang teratasi dengan sendirinya sejalan dengan perkembangan kehamilan (Hendricks at al 1991).
Bagi ibu yang mengalami polihidramnion yang asimptomatik, posisi tegak akan membantu mengurangi sesak napas dan dapat diberikan antasid untuk mengurangi nyeri ulu hati dan mual. Jika rasa tidak nyaman pada abdomen yang bengkak cukup parah, amniosentesis terapeutik, atau amnioreduksi dapat dipertimbangkan. Namun demikian, kedua terapi ini tentu saja bukan tanpa resiko karena dapat terjadi infeksi atau menyebabkan persalinan. Tidak lebih dari 500 ml cairan amnion yang dapat dikeluarkan setiap saat. Manfaat tindakan ini hanya bersifat sementara karena cairan akan berakumulasi lagi dengan cepat dan tindakan ini mungkin perlu diulang. Polihidramnion akut yang diatasi dengan amnioreduksi memiliki prognosis yang buruk bagi janin. Masalahnya adalah jumlah cairan akan terus meningkat dengan cepat, ketuban pecah secara spontan, dan janin kan lahir, biasanya prematur dalam aliran deras cairan amnion.
Pemberian obat indomentasin akan mengurangi produksi urin janin dan juga mengurangi jumlah cairan amnion, tetapi penggunaan obat ini masih dalam fase penelitian sampai risiko yang ditimbulkannya dapat diketahui dengan pasti.
Jika gejala memburuk, ibu harus mendapatkan induksi persalinan di akhir kehamilan. Letak janin perlu dikoreksi jika tidak loengitudinal, dan membran ketuban dipecahkan dengan hati-hati agar cairan amnion dapat mengalir keluar secara perlahan sehingga tidak terjadi perubahan letak janin dan mencegan prolpas tali pusat. Abrupsio plasenta juga dapat terjadi jika uetrus tiba-tiba mengecil.
Persalinan biasanya normal, tetepi bidan harus sudah siap dengan kemungkinan perdarahan pascapertum. Bayi harus diperiksa dengan cermat untuk adnya abnormalitas dan kepetenan esofagus harus dipastikan dengan memasang selang nasogastrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar