Pengertian
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah
air ketuban lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter.
Beberapa ahli ada yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter, sedangkan kustner
mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan. (Moctar, Rustam. 1998).
polihidramnion biasa disebut juga polihidramnion
adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000cc. (Prawirihardjo,
Sarwono., et al, 2007).
Penambahan air ketuban ini bisa mendadak dalam
beberapa hari disebut hidramnion akut,
atau secara perlahan-lahan. Dalam hal ini disebut juga hidramnion kronis.
2.2. Etiologi
Etiologi polihidramnion
sampai sekarang masih belum jelas, tetapi diketahui bahwa polihidramnion
terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban
terganggu atau kedua-duanya. Di duga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion.
Di samping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus.
Air ketuban yang dibentuk secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang
baru. Salah satu pengeluaran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta
untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu
bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus atau tumor-tumor
plasenta. Pada anensefalus polihidramnion disebabkan pula karena transudat
cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormon
antidiuretik.
Pada kehamilan ganda mungkin salah satu
janinnya mempunyai jantung yang lebih berat, karena itu menghasilkan banyak air
kencing. Mungkin pula karena luasnya permukaan amnion. Pada polihidramnion
sering ditemukan plasenta yang besar. Sekarang disangka bahwa prolaktin
mempunyai pengontrolan dalam volume air ketuban. Gejala polihidramnion terjadi
semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar
kepada organ-organ seputarnya. Uterus yang besar akan menekan diafragma
sehingga menyebabkan sesak. Penekanan vena-vena yang besar menyebabkan edem
terutama dikedua tungkai, vulva dan abdomen. Polihidramnion akut biasanya
terjadi pada trimester ke-2 dan kehamilan sering berakhir pada kehamilan 28
minggu. Polihidramnion kronis terjadi perlahan-lahan dan pada kehamilan yang lebih
tua. Keluhanya tidak hebat.
Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polihidramnion, antara lain :
·
Penyakit jantung
·
Nefritis
·
Edema umum (anasarka)
·
Anomali kongenital (pada anak), seperti
anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esifagus, hidrosefalus, dan
trauma blocking oesofagus.
Dalam hal ini terjadi karena :
ü Tidak
ada stimulasi dari otak dan spina
ü Exressive
urinary secretion
ü Tidak
berfungsinya pusat menelan dan haus
ü Transudasi
langsung dari cairan meningeal ke dalam amnion
·
Simpul tali pusat
·
Diabetes melitus
·
Gemeli uniovulair
·
malnutrisi
·
penyakit kelenjar hipofisis
·
pada polihidramnion biasanya plasenta
lebih besar dan lebih berat dari biasanya karena itu trasudasi menjadi lebih
banyak dan timbulan polihidramnion
2.3. Tipe polihidramnion
2.1.1.
Polihidramnion kronis
Tipe ini terjadi
secara bertahap, biasanya dimulai saat usia kehamilan kira-kira 30 minggu. Tipe
ini yang paling sering terjadi.
2.1.2.
Polihidramnion akut
Tipe ini jarang
terjadi biasanya terjadi pada 20 minggu kehamilan dan muncul dengan sangat
tiba-tiba. Uterus mencapai sifisternum dalam 3 atau 4 hari. Tipe ini biasanya
berhubungan dengan kembar monozigot atau abnormalitas janin yang parah.
2.4. Tanda dan Gejala
Ibu biasanya
mengeluh sesak napas dan tidak nyaman. Jika polihidramnoin terjadi secra akut,
ia akan mengalami nyeri abdomen yang berat. Kondisi ini dapat memperburuk
berbagai gejala yang berhubungan dengan kehamilan seperti indigesti, nyeri ulu
hati, dan konstipasi. Edema dan varises vulva serta ekstremitas bawah juga
dapat terjadi.
Pemeriksaan
abdomen. Pada saat inspeksi dilakukan, uterus berukiran lebih besar daripada
usia gestasi seharusnya dan berbentuk globuler. Kulit abdomen tampak teregang
dan mengkilat dengan striae gravidarum dan pembuluh darah superfisial yang
terlihat jelas.
Pada saat
dipalpasi, uterus terasa keras dan sulit merasakan bagian janin, tetapi
kemungkinan janin dapat teraba diantara kedua tangan. Getaran cairan dapat
dirasakan dengan meletakan satu tangan pada sisi abdomen dan mengetuk sisi
lainnya dengan jari. Gelombang cairan akan bergerak dari sisi yang diketuk dan
dirasakan pada tangan yang lainnya. Mengukur lingkar abdomen juga dapat
bermanfaat, terutama pada kasus polihidramnion akut untuk mengobservasi laju
peningkatannya.
Auskultasi DJJ
mungkin akan sulit dilakukan jika jumlah cairan yang ada menyebabkan janin
berpindah menjauh dari letak stetoskop.
Pemindaian USG
digunakan untuk memastikan diagnosis polihidramnion. Selain untuk pengukuran
AFV dan AFI dan tingkat keparahan polihidramnion, memindai tersebut juga dapat
memperlihatkan jika terjadi kehamilan kembar atau abnormalitas janin.
2.5. Diagnosis
Diagnosis polihidramnion mudah ditegakan
bila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan detak
jantung janin sukar ditentukan. polihidramnion harus dibedakan dari ascites,
cystoma ovarii dan molahidatidosa. Untuk membantu diagnostik dan untuk mencari
etiologi perlu menggunakan pemeriksaan ultrasonografi yang dapat memperlihatkan
anencephalus, gemelli dan lain-laian. Polihidramnion harus dianggap sebagai
kehamilan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.
2.6. Prognosis
Prognosis
anak kurang baik karena kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan
lain-lain. Sedangkan untk ibu dapat menyebabkan solusio plasenta, inertia
uteria dan perdarahan pospartum.
Sebab-sebab
prognosis yang kurang baik ialah :
·
Cacat bawaan
·
Prematuritas
·
Prolapsus foeniculi
·
Erythroblastosis, preeklamsi, diabetes
2.7. Komplikasi
Kompilkasi yang
terjadi meliputi :
·
Ubstruksi uretrik maternal
·
Penigkatan mobilitas janin yang
mengakibatkan letak tidak stabil dan mal persentasi
·
Presentasi dan prolaps tali pusat
·
Ketuban pecah dini
·
Obstruksio plasenta saat ketuban pecah
·
Kelahiran prematur
·
Peningkatan insiden seksio sesaria
·
Perdarahan pascapartum
·
Peningkatan angka kematian perinatal
Solusio plasenta
·
Inertia uteri
·
Perdarahan postpartum
2.8. Penatalaksanaan
Jika
memungkinkan, penyebab kondisi ini harus ditentukan. Ibu yang menderita
polihidramnion dapat dirujuk ke unit konsultan kebidanan. Asuhan selanjutnya
dapat bergantung dengan kondisi ibu dan janin, penyebab, dan derajat
polihidramnion, serta tahap kehamilan. Diabetes melitus akan ditangani secara
keseseluruhan, polihidramnion ditangani seperti kebanyakan kasus. Adanya
abnormalitas janin harus dipertimbangkan dalam melilih cara dan waktu
persalinan. Jika janinn menderita kelainan yang dapat dioperasi seperti atresia
esofagus, akan lebih tepat jika bayi dipindahkan ke unit bedah neonatus.
Polihidramnoin
ringan yang asimptomatiktidak langsung ditangani. Ibunya yang mengalami
polihidramnion ringan biasanya tidak
dibawa ke RS, tetapi dianjurkan segera ke RS jika dicurigai mengalami pecah
ketuban. Ibu harus dianjurkan beristirahat dengan cukup. Ibu membutuhkan
penjelasan lengkap tentang kondsinya dan dukungan dari profesinal kesehatan
yang merawatnya, tetepi penelitian terbaru menunjukan bahwa jika polihidramnion
bersipat idiopatik, seperti pada kasus asimptomatis ringan, ibu dapat diberi
tahu bahwa janinnya dalam keadaan baik (Panting-Kemp et al 1999).
Pemindaian USG
yang teratur akan menunjukan apakan polohidramnion tersebut bersifat progresif
atau tidak. Banyak kasus polihidramnion idiopatik yang teratasi dengan
sendirinya sejalan dengan perkembangan kehamilan (Hendricks at al 1991).
Bagi ibu yang
mengalami polihidramnion yang asimptomatik, posisi tegak akan membantu
mengurangi sesak napas dan dapat diberikan antasid untuk mengurangi nyeri ulu
hati dan mual. Jika rasa tidak nyaman pada abdomen yang bengkak cukup parah,
amniosentesis terapeutik, atau amnioreduksi dapat dipertimbangkan. Namun
demikian, kedua terapi ini tentu saja bukan tanpa resiko karena dapat terjadi
infeksi atau menyebabkan persalinan. Tidak lebih dari 500 ml cairan amnion yang
dapat dikeluarkan setiap saat. Manfaat tindakan ini hanya bersifat sementara
karena cairan akan berakumulasi lagi dengan cepat dan tindakan ini mungkin
perlu diulang. Polihidramnion akut yang diatasi dengan amnioreduksi memiliki
prognosis yang buruk bagi janin. Masalahnya adalah jumlah cairan akan terus
meningkat dengan cepat, ketuban pecah secara spontan, dan janin kan lahir,
biasanya prematur dalam aliran deras cairan amnion.
Pemberian obat
indomentasin akan mengurangi produksi urin janin dan juga mengurangi jumlah
cairan amnion, tetapi penggunaan obat ini masih dalam fase penelitian sampai
risiko yang ditimbulkannya dapat diketahui dengan pasti.
Jika gejala
memburuk, ibu harus mendapatkan induksi persalinan di akhir kehamilan. Letak
janin perlu dikoreksi jika tidak loengitudinal, dan membran ketuban dipecahkan
dengan hati-hati agar cairan amnion dapat mengalir keluar secara perlahan
sehingga tidak terjadi perubahan letak janin dan mencegan prolpas tali pusat.
Abrupsio plasenta juga dapat terjadi jika uetrus tiba-tiba mengecil.
Persalinan biasanya
normal, tetepi bidan harus sudah siap dengan kemungkinan perdarahan
pascapertum. Bayi harus diperiksa dengan cermat untuk adnya abnormalitas dan
kepetenan esofagus harus dipastikan dengan memasang selang nasogastrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar