BAB
II
FUNGSI
PEREDARAN DARAH
Fungsi
peredaran darah manusia berkera sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan
semua bahan-bahan kimia, mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh,
mengangkut sari- sari makanan (nutrien) keseluruh tubuh. Mengangkut sisa-sisa metabolisme, misalnya
karbondioksida, urea, dan asam laktat kealat ekskresi mengedarkan hormon (hasil sekresi) dari
kelenjar hormon ke tempat yang membutuhkan.
Selain itu, berfungsi juga melawan bibit penyakit, mengatur PH tubuh,
serta melakukan mekanisme pembekuan darah.
2.1. Sistem Transport, Distribusi di dalam Tubuh
Ada dua macam peredaran darah dalam
tubuh manusia. Peredaran darah dari ventrikel
kanan jantung menuju paru-paru melewati arteri pulmonalis dan kembali ke atrium
kiri jantung melewati vena pulmonalis yang disebut dengan peredaran darah
kecil.
Peredaran darah besar, darah
meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam
tubuh. Aorta ini bercabang manjadi
arteri lebih kecil yang mengantarkan darah keberbagai bagian dalam tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting
lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola.
Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan
salurannya dan menahan aliran darah.
Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur aliran
darah dalam kapiler.
Dinding kapiler sangat tipis sehingga
dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstisiil. Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan
membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang kemudian bersatu
penjadi vena untuk mengantarkan darah kembali ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi sehingga
terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah
dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena kava superior yang mengumpulkan
darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya
kedalam atrium kanan jantung.
2.2. Klasifikasi
Pembuluh Darah
2.2.1. Pembuluh Arteri
Pada saat jantung berkontraksi atau
sistol, darah akan keluar dari bilik menuju pembuluh arteri. Pembuluh arteri adalah pembuluh yang membawa
darah dari jantung dan umumnya mengandung banyak oksigen.
Pembuluh ini tebal, elastis, dan
memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat diluar jantung. Letak pembuluh arteri biasanya di dalam
tubuh, hanya beberapa yang terletak di dekat permukaan sehingga dapat dirasakan
denyutnya.
Pembuluh arteri tersusun atas tiga
lapisan. Lapisan luar berupa jaringan
ikat yang kuat dan elastis, lapisan tengah berupa otot polos yang berkontraksi
secara tak sadar. Otot polos akan
merenggang pada saat darah melewatinya sehingga lapisan ini tidak melipat. Lapisan dalam berupa jaringan endotelium yang
melindungi jaringan di dalamnya.
Pembuluh
arteri yang dilewati darah adalah sebagai berikut:
·
Pembuluh aorta adalah pembuluh yang
dileawati darah dari ventrikel kiri jantung menuju keseluruh tubuh. Aorta bercabang-cabang, makin lama makin
kecil, dan disebut pembuluh arteri.
Arteri bercabang lagi disebut arteriola.
Arteriola bercang halus diseluruh tubuh dan disebut kapiler.
·
Pembuluh arteri pulmonalis adalah
pembuluh yang dilewati darah dari ventrikel kanan menuju pulmo (paru-paru). Pembuluh ini banyak mengandung karbondioksida
yang akan dilepaskan ke pulmo. Di dalam
pulmo yaitu di alveolus, darah melepas karbon dioksida dan mengikat
oksigen. Dari kapiler di pulmo, darah
akan menuju ke venula kemudian ke vena pulmonalis dan kembali ke jantung.
2.2.2. Pembuluh Vena
Vena mengantarkan darah ke jantung,
dimulainya sebagai pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan
kapiler. Vena kecil-kecil ini bersatu
menjadi vena lebih besar jadi, mungkin juga membentuk batang vena yang makin
mendekati jantung makin besar ukurunnya.
Vena lebih banyak dari pada arteri dan ukurannya pun lebih besar.
Vena juga berdiding 3 lapis seperti
arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah
kempes dan kurang elastis dari pada arteri.
Pembuluh vena yang masuk kejantung
adalah sebagai berikut:
1.
Vena
Kava
Vena kava bercabang-cabang
menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu vena.
Vena bercabang-cabang menjadi kapiler vena yang disebut venula. Venula berada disel-sel tubuh dan berhubungan
dengan kapiler arteri. Ada dua macam
vena kava, yaitu:
Vena ini membawa darah
yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh (kepala, leher dan
anggota badan atas) ke atrium kanan jantung.
b)
Vena
cava inferior
Vena ini membawa darah
yang mengandung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan
bawah tubuh ke atrium kanan jantung.
2.
Vena
Pulmonalis
Vena ini membawa darah
yang mengandung O2 dari pulmo ke atrium kiri jantung.
BAB III
TEKANAN DARAH
Tekanan
darah Arterial ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap
siklus jantung.
3.1
Tekanan Sistolik Dan Diastolik
Selama sistole ventrikuler, pada saat
ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut
tekanan sistolik. Selama diastole
tekanan turun, nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh
otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah
teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena tahanan
pariferi dan arteriole-artiole menghalangi semua darah mengalir ke dalam
jaringan. Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung kepada kekuatan
dan volume darah yang dipompa oleh jantung, dan sebagian lagi kepada kontraksi
otot dalam dinding arteriole. Kontraksi
ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor, dan ini dikendalikan oleh pusat
vasomotorik dalam medula oblongata.
Pusat vasomotorik mengatur tahanan
perifer untuk mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan
bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik, seperti sewaktu
latihan jasmani, waktu adanya perubahan mental karena kecemasan dan emosi,
sewaktu tidur dan sewaktu makan. Karena
itu sebaiknya tekanan darah diukur selalu sewaktu orangnya tenang, istirahat,
dan sebaiknya dalam sikap rebahan.
3.2 Denyut Nadi
Denyut arteri (nadi) adalah suatu
gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di
mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis disebelah
depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau
arteri dorsalis pedis di belokan mata
kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta
melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat
daripada darah itu sendiri.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan
sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan
emosi. Irama dan denyut sesuai dengan
siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali
semenit juga.
BAB IV
CARA PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Mengukur tekanan darah arterial
mengunakan alat yang disebut sfignomanometer. Lengan atas dibalut dengan
selembar kantong karet yang dapat digembungkan, yang terbungkus dalam sebuah
manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa maka tekanan dalam kantong
karet cepat naik sampai 200mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri
brakhial, sehingga tak ada darah yang dapat lewat, dan denyut nadi pergelangan
menghilang. Kemudian tekanan diturunkan
sampai suatu titik di mana denyut dapat dirasakan atau lebih tepat, bila dengan
menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas
dapat didengar.
Pada
titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa dalam manometer dianggap
tekanan sistolik. Kemudian tekanan di atas arteri brakhialis perlahan-lahan
dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas dapat
didengar atau dirasakan. Dan titik di mana bunyi mulai menghilang umumnya
dianggap tekanan diastolik
Perbedaan
tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan-nadi dan normalnya berkisar
antara 30-50 mm Hg. Batas terendah
tekanan sistole pada orang dewasa diperkirakan 105 mm Hg, dan batas teratas
ialah 150. Pada wanita tekanan darahnya ialah 5-10 mm Hg lebih rendah daripada
pria.
Nilai
tekanan darah normal (dalam mm Hg) :
|
Diastolik
|
Sistolik
|
Pada masa bayi
|
50
|
70-90
|
Pada masa anak-anak
|
60
|
80-100
|
Selama masa remaja
|
60
|
90-110
|
Dewasa muda
|
60-70
|
110-125
|
Umur lebih tua
|
80-90
|
130-150
|
HIPERTENSI
Bila seseorang
dikatakan menderita hipertensi (atau “tekanan darah tinggi”), itu berarti bahwa
tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap
normal. Dalam keadaan istirahat bila
tekanan arteri rata-rata lebih tinggi dari 110 mm Hg (normal sekitar 90 mm Hg)
maka hal ini dianggap hipertensi; nilai
ini terjadi bila tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mm Hg dan tekanan
sistolik lebih besar dari pada kiri- kira 135 sampai 140 mm Hg. Pada hipertensi berat, tekanan arteri rata-
rata dapat meningkat sampai 150 hingga 170 mm Hg, dengan tekanan diastolik
setinggi 130 mm Hg dan tekanan arteri sistoliknya kadang sampai setinggi 250 mm
Hg.
Bahkan dengan
sedikit peningkatan pada tekanan arteri saja, sudah menimbulkan pemendekan
harapan hidup. Pada tekanan yang tinggi
tekanan arteri rata- rata 50% atau lebih diatas normal, seseorang dapat
berharap untuk dapat hidup tidak lebih dari beberapa tahun lagi. Efek letal dari hipertensi terutama
disebabkan oleh 3 hal berikut :
1. Kelebihan
beban kerja pada jantung, yang menimbulkan perkembangan awal dari penyakit
jantung kongestif, penyakit jantung
koloner, atau keduanya, yang sering kali menyebabkan kematian akibat serangan
jantung.
2. Tekanan
yang tinggi, yang sering kali menyebabakan rupturnya pembuluh darah utama
diotak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak, keadaan ini
disebut infrak seregral. Secara kelinis keadaan ini dikenal dengan
nama “stroke”. Bergantung pada bagian
otak mana yang terkena, struk dapat menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan,
atau berbagai gangguan otak yang serius.
3. Tekanan
yang tinggi hampir selalu menyebabkan berbagai perdarahan pada ginjal, yang
menimbulkan banyak kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal
ginjal, urenia, dan kematian.
5.1. Hipertensi Pada Kehamilan
Kelainan
hipertensi kronik bila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang terjadi
sebelum kehamilan 20 minggu. Sebaliknya,
bila kenaikan tekanan darah tiba-tiba terjadi setelah kehamilan 20 minggu
disebut pre-eklamsia. ”Pre-eklamsia
terjadi kira-kira 5% dari seluruh kehamilan, 10 % pada kehamilan pertama kali,
dan 20%-25% pada wanita dengan riwayat hipertensi kronik.
Dijelaskan,dalam
riwayatnya pre eklamsia disebut toxemia gravidarum karena diduga
adanya toxin di dalam tubuh wanita hamil. Dengan kondisi tersebut wanita mengalami
kejang-kejang atau bengkak (oedema) dan dapat terjadi kematian pada
permulaan kehamilan tri semester tiga atau sebelum terjadinya persalinan.
Sehubungan
dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit diterangkan sebab-sebabnya
dalam kehamilan, maka toxemia gravidarum disebut prequency induced
hypertension (PIH). Namun demikian istilah PIH masih mengandung aspek
kenaikan tekanan darah, sehingga terminologi diubah menjadi hipertensi
gestasional (gestasional hipertension).
Hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem
vascularasi darah, sehingga mengganggu pertukaran okseigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa mneyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim. Ironisnya pula hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
Hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem
vascularasi darah, sehingga mengganggu pertukaran okseigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa mneyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim. Ironisnya pula hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
Selain
itu, hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum lahir.
Padahal, air seni janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion, sehingga
dapat terjadi oligohydromnion (sedikitnya jumlah air ketuban).
Pada
awal kehamilan gestational hypertension agak berbeda dengan hipertensi kronik.
Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction..
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction..
Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan
gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya
tekanan darah,yaitu perubahan kimia total pada reaksiyangtidakdapat diadaptasi
yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar