Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

SISTEM KARDIOVASKULER


BAB II
FUNGSI PEREDARAN DARAH

Fungsi peredaran darah manusia berkera sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan semua bahan-bahan kimia, mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh, mengangkut sari- sari makanan (nutrien) keseluruh tubuh.  Mengangkut sisa-sisa metabolisme, misalnya karbondioksida, urea, dan asam laktat kealat ekskresi  mengedarkan hormon (hasil sekresi) dari kelenjar hormon ke tempat yang membutuhkan.  Selain itu, berfungsi juga melawan bibit penyakit, mengatur PH tubuh, serta melakukan mekanisme pembekuan darah.

2.1.      Sistem Transport, Distribusi di dalam Tubuh
Ada dua macam peredaran darah dalam tubuh manusia.  Peredaran darah dari ventrikel kanan jantung menuju paru-paru melewati arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri jantung melewati vena pulmonalis yang disebut dengan peredaran darah kecil. 
Peredaran darah besar, darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh.  Aorta ini bercabang manjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah keberbagai bagian dalam tubuh.  Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola.  Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah.  Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur aliran darah dalam kapiler.
Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstisiil.  Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang kemudian bersatu penjadi vena untuk mengantarkan darah kembali ke jantung.  Semua vena bersatu dan bersatu lagi sehingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas.  Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya kedalam atrium kanan jantung.


            2.2.      Klasifikasi Pembuluh Darah
            2.2.1.   Pembuluh Arteri
Pada saat jantung berkontraksi atau sistol, darah akan keluar dari bilik menuju pembuluh arteri.  Pembuluh arteri adalah pembuluh yang membawa darah dari jantung dan umumnya mengandung banyak oksigen.
Pembuluh ini tebal, elastis, dan memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat diluar jantung.  Letak pembuluh arteri biasanya di dalam tubuh, hanya beberapa yang terletak di dekat permukaan sehingga dapat dirasakan denyutnya.
Pembuluh arteri tersusun atas tiga lapisan.  Lapisan luar berupa jaringan ikat yang kuat dan elastis, lapisan tengah berupa otot polos yang berkontraksi secara tak sadar.  Otot polos akan merenggang pada saat darah melewatinya sehingga lapisan ini tidak melipat.  Lapisan dalam berupa jaringan endotelium yang melindungi jaringan di dalamnya.
            Pembuluh arteri yang dilewati darah adalah sebagai berikut:
·           Pembuluh aorta adalah pembuluh yang dileawati darah dari ventrikel kiri jantung menuju keseluruh tubuh.  Aorta bercabang-cabang, makin lama makin kecil, dan disebut pembuluh arteri.  Arteri bercabang lagi disebut arteriola.  Arteriola bercang halus diseluruh tubuh dan disebut kapiler.
·           Pembuluh arteri pulmonalis adalah pembuluh yang dilewati darah dari ventrikel kanan menuju pulmo (paru-paru).  Pembuluh ini banyak mengandung karbondioksida yang akan dilepaskan ke pulmo.  Di dalam pulmo yaitu di alveolus, darah melepas karbon dioksida dan mengikat oksigen.  Dari kapiler di pulmo, darah akan menuju ke venula kemudian ke vena pulmonalis dan kembali ke jantung.

2.2.2.   Pembuluh Vena
Vena mengantarkan darah ke jantung, dimulainya sebagai pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan kapiler.  Vena kecil-kecil ini bersatu menjadi vena lebih besar jadi, mungkin juga membentuk batang vena yang makin mendekati jantung makin besar ukurunnya.  Vena lebih banyak dari pada arteri dan ukurannya pun lebih besar.
Vena juga berdiding 3 lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes dan kurang elastis dari pada arteri.
      Pembuluh vena yang masuk kejantung adalah sebagai berikut:
1.      Vena Kava
Vena kava bercabang-cabang menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu vena.  Vena bercabang-cabang menjadi kapiler vena yang disebut venula.  Venula berada disel-sel tubuh dan berhubungan dengan kapiler arteri.  Ada dua macam vena kava, yaitu:
 a)      Vena cava superior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian atas tubuh (kepala, leher dan anggota badan atas) ke atrium kanan jantung.
b)     Vena cava inferior
Vena ini membawa darah yang mengandung CO2 dari bagian tubuh lainnya dan anggota badan bawah tubuh ke atrium kanan jantung.
2.      Vena Pulmonalis
Vena ini membawa darah yang mengandung O2 dari pulmo ke atrium kiri jantung.
 

BAB III
TEKANAN DARAH

            Tekanan darah Arterial ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang  menampungnya.  Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.
3.1       Tekanan Sistolik Dan Diastolik
Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik.  Selama diastole tekanan turun, nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena tahanan pariferi dan arteriole-artiole menghalangi semua darah mengalir ke dalam jaringan. Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung kepada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung, dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriole.  Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor, dan ini dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam medula oblongata.
Pusat vasomotorik mengatur tahanan perifer untuk mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan.  Tekanan darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik, seperti sewaktu latihan jasmani, waktu adanya perubahan mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan.  Karena itu sebaiknya tekanan darah diukur selalu sewaktu orangnya tenang, istirahat, dan sebaiknya dalam sikap rebahan.

3.2       Denyut Nadi
Denyut arteri (nadi) adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung.  Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan.  Seperti misalnya: arteri radialis disebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama  dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit juga.

BAB IV
CARA PENGUKURAN TEKANAN DARAH

            Mengukur tekanan darah arterial mengunakan alat yang disebut sfignomanometer. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer.  Dengan memompa maka tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 200mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brakhial, sehingga tak ada darah yang dapat lewat, dan denyut nadi pergelangan menghilang.  Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik di mana denyut dapat dirasakan atau lebih tepat, bila dengan menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar.
Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air raksa dalam manometer dianggap tekanan sistolik. Kemudian tekanan di atas arteri brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas dapat didengar atau dirasakan. Dan titik di mana bunyi mulai menghilang umumnya dianggap tekanan diastolik
Perbedaan tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan-nadi dan normalnya berkisar antara 30-50 mm Hg.  Batas terendah tekanan sistole pada orang dewasa diperkirakan 105 mm Hg, dan batas teratas ialah 150. Pada wanita tekanan darahnya ialah 5-10 mm Hg lebih rendah daripada pria.
Nilai tekanan darah normal (dalam mm Hg) :

Diastolik
Sistolik
Pada masa bayi
50
70-90
Pada masa anak-anak
60
80-100
Selama masa remaja
60
90-110
Dewasa muda
60-70
110-125
Umur lebih tua
80-90
130-150

 BAB V
HIPERTENSI

            Bila seseorang dikatakan menderita hipertensi (atau “tekanan darah tinggi”), itu berarti bahwa tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal.  Dalam keadaan istirahat bila tekanan arteri rata-rata lebih tinggi dari 110 mm Hg (normal sekitar 90 mm Hg) maka hal ini dianggap hipertensi;  nilai ini terjadi bila tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mm Hg dan tekanan sistolik lebih besar dari pada kiri- kira 135 sampai 140 mm Hg.  Pada hipertensi berat, tekanan arteri rata- rata dapat meningkat sampai 150 hingga 170 mm Hg, dengan tekanan diastolik setinggi 130 mm Hg dan tekanan arteri sistoliknya kadang sampai setinggi 250 mm Hg.
            Bahkan dengan sedikit peningkatan pada tekanan arteri saja, sudah menimbulkan pemendekan harapan hidup.  Pada tekanan yang tinggi tekanan arteri rata- rata 50% atau lebih diatas normal, seseorang dapat berharap untuk dapat hidup tidak lebih dari beberapa tahun lagi.  Efek letal dari hipertensi terutama disebabkan oleh 3 hal berikut :
1.      Kelebihan beban kerja pada jantung, yang menimbulkan perkembangan awal dari penyakit jantung kongestif, penyakit jantung koloner, atau keduanya, yang sering kali menyebabkan kematian akibat serangan jantung.
2.      Tekanan yang tinggi, yang sering kali menyebabakan rupturnya pembuluh darah utama diotak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak, keadaan ini disebut infrak seregral.  Secara kelinis keadaan ini dikenal dengan nama “stroke”.  Bergantung pada bagian otak mana yang terkena, struk dapat menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan, atau berbagai gangguan otak yang serius.
3.      Tekanan yang tinggi hampir selalu menyebabkan berbagai perdarahan pada ginjal, yang menimbulkan banyak kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal, urenia, dan kematian.

5.1.      Hipertensi Pada Kehamilan
            Kelainan hipertensi kronik bila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang terjadi sebelum kehamilan 20 minggu.  Sebaliknya, bila kenaikan  tekanan darah tiba-tiba terjadi setelah kehamilan 20 minggu disebut pre-eklamsia.  ”Pre-eklamsia terjadi kira-kira 5% dari seluruh kehamilan, 10 % pada kehamilan pertama kali, dan 20%-25% pada wanita dengan riwayat hipertensi kronik.
Dijelaskan,dalam riwayatnya pre eklamsia disebut toxemia gravidarum karena diduga adanya toxin di dalam tubuh wanita hamil.  Dengan kondisi tersebut wanita mengalami kejang-kejang atau bengkak (oedema) dan dapat terjadi kematian pada permulaan kehamilan tri semester tiga atau sebelum terjadinya persalinan.   
Sehubungan dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit diterangkan sebab-sebabnya dalam kehamilan, maka toxemia gravidarum disebut prequency induced hypertension (PIH). Namun demikian istilah PIH masih mengandung aspek kenaikan tekanan darah, sehingga terminologi diubah menjadi hipertensi gestasional (gestasional hipertension).
Hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin.  Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem
vascularasi darah, sehingga mengganggu pertukaran okseigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa mneyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.  Ironisnya pula hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.
Selain itu, hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum lahir. Padahal, air seni janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion, sehingga dapat terjadi oligohydromnion (sedikitnya jumlah air ketuban).
Pada awal kehamilan gestational hypertension agak berbeda dengan hipertensi kronik. Meskipun sebab utama dari hipertensi dalam kehamilan belum jelas,
tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction..
Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah,yaitu perubahan kimia total pada reaksiyangtidakdapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar