2.1.
DEFINISI
Perdarahan pasca persalinan adalah
perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi setelah anak
lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah lahirnya
plasenta.(3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15)
Definisi lain menyebutkan Perdarahan Pasca
Persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi setelah plasenta
lahir.(2)
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian : (4,6,7,8,9,15)
1.
Perdarahan
postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
2.
yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
3.
Perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
4.
yang
terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir.
2.2.
EPIDEMIOLOGI
1.
Insiden(7,8)
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah
persalinan pervaginam yaitu 5-8 %. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling
umum perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada
wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang setelah persalinan.
2.
Peningkatan
angka kematian di Negara berkembang (9)
Di negara kurang berkembang merupakan penyebab
utama dari kematian maternal hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang
memadai, kurangnya layanan transfusi, kurangnya layanan operasi.
2.3. ETIOLOGI
Banyak
faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum, faktor-faktor
yang menyebabkan hemorrhage postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan
lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.(4,5,7)
1.
Tone
Dimished : Atonia uteri
Atonia uteri
adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil
sesudah janin keluar dari
rahim.
Perdarahan
postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi serat-serat myometrium
terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat
perlengketan plasenta. Atonia
uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan
karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga
dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus
dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya
bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan
postpartum.
Disamping
menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar kemungkinan infeksi
puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan yang banyak bisa
menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars
anterior sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut dengan gejala : astenia,
hipotensi, dengan anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia,
penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut
pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenorea dan
kehilangan fungsi laktasi.
2. Tisue
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
c. Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah
janin lahir, hal itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan
karena : plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas
akan tetap belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak
terjadi perarahan, tapi apabila terlepas
sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
·
kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva )
·
Plasenta melekat erat pada dinding
uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidva sampai miometrium – sampai
dibawah peritoneum ( plasenta akreta – perkreta )
Plasenta
yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III.
Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab
20-25 % dari kasus perdarahan postpartum.
Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang
echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan
jika perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada late postpartum
hemorraghe. Apabila didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan
dilatasi dan curettage.
3.
Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan
oleh trauma jalan lahir :
a. Ruptur uterus
b. Inversi uterus
c. Perlukaan jalan lahir
d. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor
resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi,
riwayat operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin.
Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina,
atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara operasi ataupun
persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacuum atau
forcep, walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi
pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan
akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi
selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat
menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau vena yang
besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan,
atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah
menyala ) dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi
ataupun episitomi. Ketika
laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair
adalah solusi terbaik. Pada
inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
·
Fundus
uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
·
Korpus
uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
·
Uterus
dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri
ialah perasat crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan
pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada
penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat
yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai. Pemeriksaan dalam
dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau dalam vagina.
Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi
( 15 – 70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk
keselamatan penderita.
- Thrombin : kelainan pembekuan darah
Gejala-gejala
kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun
didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
·
Hipofibrinogenemia,
·
Trombocitopeni,
·
Idiopathic
thrombocytopenic purpura,
·
HELLP syndrome ( hemolysis,
elevated liver enzymes, and low platelet count ),
·
Disseminated Intravaskuler
Coagulation,
·
Dilutional coagulopathy bisa
terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena darah donor biasanya
tidak frees sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah rusak.
2.4.
Faktor Resiko
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan
sebelumnya merupakan faktor resiko paling besar untuk terjadinya hemorraghe
postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan
penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat
menyebabkan terjadinya hemorraghe postpartum : (8,9,11)
1.
Grande
multipara
2.
Perpanjangan persalinan
3.
Chorioamnionitis
4.
Kehamilan multiple
5.
Injeksi Magnesium sulfat
6.
Perpanjangan pemberian oxytocin
2.5.
Diagnosis
Hemorraghe postpartum digunakan untuk persalinan
dengan umur kehamilan lebih dari 20 minggu, karena apabila umur kehamilan
kurang dari 20 minggu disebut sebagai aborsi spontan.(9)
Beberapa gejala yang bisa menunjukkan hemorraghe
postpartum :
1. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol
2. Penurunan tekanan darah
3. Peningkatan detak jantung
4. Penurunan hitung sel darah merah (
hematocrit )
5. Pembengkakan dan nyeri pada jaringan
daerah vagina dan sekitar perineum
Perdarahan hanyalah gejala, penyebabnya haruslah
diketahui dan ditatalaksana sesuai penyebabnya.(6) Perdarahan postpartum dapat berupa
perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang
merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam syok.(4)
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul
gejala penurunan tekanan
darah, nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok. Pada perdarahan sebelum plasenta lahir
biasanya disebabkan retensio plasenta atau laserasi jalan lahir, bila karena retensio plasenta maka
perdarahan akan
berhenti setelah plasenta lahir. Pada perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebabnya
antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir. Pada pemeriksaan obstretik
kontraksi uterus akan lembek dan membesar jika ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa
plasenta atau laserasi jalan lahir. Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan postpartum (4)
1.
Palpasi
uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2.
Memeriksa
plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3.
Lakukan
ekplorasi kavum uteri untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta succenturiata
4.
Inspekulo
: untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang pecah.
5.
Pemeriksaan laboratorium :
bleeding time, Hb, Clot Observation test dan lain-lain.
2.6.
Pencegahan dan Manajemen
1.
pencegahan perdarahan postpartum
·
perawatan
masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga
pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu
hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam
kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat
perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.(4)
·
persiapan
kehamilan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan
umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan
dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter intravena dengan lobang yang besar
untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat
sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan
resiko perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat
persalinan.
·
Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan
arah gerakan circular atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan
berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus
sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu kontraksi
normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan kehilangan
darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan postpartum.
·
Kala
III dan kala IV
ü Uterotonica dapat diberikan segera sesudah
bahu depan dilahirkan. Study memperlihatkan penurunan insiden perdarahan postpartum
pada pasien yang mendapat oxytocin setelah bahu depan dilahirkan, tidak
didapatkan peningkatan insiden terjadinya retensio plasenta. Hanya saja lebih
baik berhati-hati pada pasien dengan kecurigaan hamil kembar apabila tidak ada USG
untuk memastikan. Pemberian oxytocin selama kala tiga terbukti mengurangi
volume darah yang hilang dan kejadian perdarahan postpartum sebesar 40%.
ü Pada umumnya plasenta akan lepas dengan
sendirinya dalam 5 menit setelah bayi lahir. Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak
ada untungnya justru dapat menyebabkan kerugian. Pelepasan plasenta akan
terjadi ketika uterus mulai mengecil dan mengeras, tampak aliran darah yang
keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat menonjol ke abdomen, dan tali
plasenta terlihat bergerak keluar dari vagina. Selanjutnya plasenta dapat Segera
dikeluarkan dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati. sesudah lahir
plasenta diperiksa apakah lengkap atau tidak. Untuk “ manual plasenta “ ada
perbedaan pendapat waktu dilakukannya manual plasenta. Apabila sekarang didapatkan
perdarahan adalah tidak ada alas an untuk menunggu pelepasan plasenta secara
spontan dan manual plasenta harus dilakukan tanpa ditunda lagi. Jika tidak
didapatkan perdarahan, banyak yang menganjurkan dilakukan manual plasenta 30
menit setelah bayi lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta kesan tidak lengkap,
uterus terus di eksplorasi untuk mencari bagian-bagian kecil dari sisa
plasenta.
ü Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk
mencari adanya perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan perdarahan dengan
penerangan yang cukup. Luka trauma ataupun episiotomi segera dijahit sesudah
didapatkan uterus yang mengeras dan berkontraksi dengan baik.
2.
Manajemen perdarahan postpartum
Tujuan utama pertrolongan pada pasien dengan
perdarahan postpartum adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari
perdarahan secepat mungkin.(11)
Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum
mempunyai 2 bagian pokok : (9)
a. Resusitasi dan manajemen yang baik
terhadap perdarahan
Pasien dengan hemorraghe postpartum memerlukan penggantian
cairan dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ – organ penting. Pantau
terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien. Pastikan dua kateler
intravena ukuran besar (16) untuk memudahkan pemberian cairan dan darah secara
bersamaan apabila diperlukan resusitasi cairan cepat.
·
Pemberian
cairan : berikan normal saline atau ringer lactate
·
Transfusi darah : bisa berupa
whole blood ataupun packed red cell
·
Evaluasi pemberian cairan
dengan memantau produksi urine (dikatakan perfusi cairan ke ginjal adekuat bila
produksi urin dalam 1jam 30 cc atau lebih)
b.
Manajemen penyebab hemorraghe
postpartum
Tentukan penyebab hemorraghe
postpartum :
·
Atonia uteri
Periksa
ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus uteri dan
lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila
terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase
yang lebih keras dan pemberian oxytocin. Pengosongan kandung kemih bisa
mempermudah kontraksi uterus dan memudahkan tindakan selanjutnya. Lakukan kompres bimanual apabila
perdarahan masih berlanjut, letakkan satu tangan di belakang fundus uteri dan tangan
yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan ditekankan pada fornix anterior. Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan
apabila setelah pemberian oxytocin dan kompresi bimanual gagal menghentikan
perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.
·
Sisa plasenta
Apabila
kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual ataupun
massase dihentikan bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi. Beberapa
ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulit dilakukan
tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan
pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual
ulang tanpa menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum
luas setelah tindakan ekslorasi dan manual removal. Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi
uterus tidak baik bisa dipertimbangkan untuk dilakukan laparatomi. Pemasangan
tamponade uterrovaginal juga cukup berguna untuk menghentikan perdarahan selama
persiapa operasi
·
Trauma jalan lahir
Perlukaan
jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus sudah berkontraksi dengan
baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir dengan
penerangan yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah diketahui sumber
perdarahan, pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir dibawah
dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai. Hematom
jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi laserasi pembuluh
darah dibawah mukosa, penetalaksanaannya bisa dilakukan incise dan drainase. Apabila
hematom sangat besar curigai sumber hematom karena pecahnya arteri, cari dan
lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
·
Gangguan pembekuan darah
Jika
manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa plasenta dan
perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik mak kecurigaan
penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah. Lanjutkan dengan pemberian product darah pengganti
( trombosit,fibrinogen).
·
Terapi pembedahan
ü
Laparatomi
Pemilihan
jenis irisan vertical ataupun horizontal (Pfannenstiel) adalah tergantung
operator. Begitu masuk bersihkan
darah bebas untuk memudahkan mengeksplorasiuterus dan jaringan sekitarnya untuk
mencari tempat rupture uteri ataupun hematom. Reparasi tergantung tebal tipisnya rupture.
Pastikan reparasi benarbenar menghentikan perdarahan dan tidak ada perdarahan dalam
karena hanya akan menyebabkan perdarahan keluar lewat vagina. Pemasangan
drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan ditemukan uterus intact dan tidak
ada perlukaan ataupun rupture lakukan kompresi bimanual disertai pemberian
uterotonica.
ü
Ligasi arteri
Ø
Ligasi uteri uterine
Prosedur
sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal dari uterus karena
uteri ini mensuplai 90% darah yang mengalir ke uterus. Tidak ada gangguan aliran menstruasi dan kesuburan.
Ø
Ligasi arteri ovarii
Mudah
dilakukan tapi kurang sebanding dengan hasil yang diberikan
Ø
Ligasi arteri iliaca interna
Efektif
mengurangi perdarahan yany bersumber dari semua traktus genetalia dengan
mengurangi tekanan darah dan circulasi darah sekitar pelvis. Apabila tidak
berhasil menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah histerektomi.
ü
Histerektomi
Merupakan tindakan curative dalam menghentikan
perdarahan yang berasal dari uterus. Total histerektomi dianggap lebih baik
dalam kasus ini walaupun subtotal histerektomi lebih mudah dilakukan, hal ini
disebabkan subtotal histerektomi tidak begitu efektif menghentikan perdarahan
apabila berasal dari segmen bawah rahim, servix,fornix vagina.
Referensi
pemberian uterotonica : (8)
1.
Pitocin
a.
Onset in 3 to 5 minutes
b.
Intramuscular : 10-20 units
c.
Intravenous : 40 units/liter at 250 cc/hour
2.
Ergotamine ( Methergine )
a.
Dosing : 0.2 mg IM or PO every
6-8 hour
b.
Onset in 2 to 5 minutes
c.
Kontraindikasi
Ø Hypertensi
Ø Pregnancy Induced hypertntion
Ø hypersensitivity
3.
Prostaglandin ( Hemabate )
Ø
Dosing
: 0.25 mg Intramuscular or intra – myometrium
Ø
Onset
< 5 minutes
Ø
Administer every 15 minutes to
maximum of 2 mg
4.
Misoprostol 600 mcg PO or PR
2.7.
Adaptasi
Psikologis Ibu Masa Nifas
1.
Fase teking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan
yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan
membuat ibu cukup istrahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga
komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan
untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang meningkat.
2.
Fase taking
hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunakinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu nmernerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat dia dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3.
Fase letting
go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini.
2.8.
Post partum blues
Ada kalanya ibu mengalami
perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby
blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga
sulit menerima kahadiran bayinya.
Perubahan perasaan ini
merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga
karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Disini
hormone memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap
situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari
diding rahim,tubuh ibu mcngalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya
seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu dalam
hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan
ini akan kembali secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri dengan peranan
barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Gejala-gejala Baby blues,
antara lain menangis, mengalami perubahan perasaan, cemas, kesepian, khawatir
mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap
kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi,
ibu disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
1. Mintalah bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istrahat
untuk menghilangkan kelelahan
2. Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya
3.
Buang
rasa cemas dan keckhawatiran akan kemampuan merawat bayi
4.
Carilah
hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri
5.
Ada
kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebe-basan, otonomi, interaksi sosial,
kemandiriannya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca-persalinan
(depresi postpartum).
Berikut ini gejala-gejala depresi pasca-persalinan:
1. Sulit tidur, bahkan
ketika bayi sudah tidur
2. Nafsu makan hilang
3. Perasaan tidak
berdaya atau kehilangan control
4. Terlalu cemas atau
tidak pcrhatian sama sekali pada bayi
5. Tidak menyukai atau
takut menyentuh bayi
6. Pikiran yang
menakutkan mengenai bayi
7. Sedikit atau tidak
ada perhatian terhadap penampilan pribadi
8. Gejala fisik sepcrti
banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
Jika ibu mengalami gejala-gejala tersebut
sebaiknnya ibu meberitahu suami, bidan, atau dokter. Penyakit
ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konsultasi dengan psikiater. Jika
depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan petawatan di rumah Sakit.
2.9.
Kesedihan dan
Duka Cita
1.
kemurungan masa nifas
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam
tubuh seorang wanita selama kehamilan serta perubahan dalam irama/cara
kehidupannya sedah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan
pasca salin, karena ia masili muda mempunyai masalah dalam menyusui bayinya.
Kemurungan pada masa nifas merupakan hal yang umum, dan bahwa perasaan-perasaan
demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
2.
Terciptanya ikatan ibu dan
bayi
Menciptakan terjadinya ikatan bayi dan ibu
dalam jam pertama secelah kelahiran yaitu dengan cara mendorong pasangan orang
tua untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang
bayinya, meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi kapada pasangan
tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya. Redupkan cahaya lampu ruangan agar
bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang tidak begitu pcnting sampai
sesudah pasangan orang tua bayi dapat berinteraksi dcngan bayinya selama bayi
masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh
bayinya ketika mcreka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau
menyentuh anggota badan bayi serta kepalanya dengan ujung jari. Mcngusap tubuh
bayi dengan telapak tangan lalu menggendongnya dilengan dan memposisikannya
sedcmikian rupa sehingga matanya betatapan langsung dengan mata bayi.
3. Tanda-tanda dan gejala serta etiologi
kemurungan masa nifas dan klasulkasi atau istilah-istilah local yang dipakai
untuk menggambarkannya.
Tanda-tanda dan gejalanya: sangat
emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat,
mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar