Laparotomi
Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen dan
dinding dada untuk mencapai isi rongga abdomen
Ruang lingkup
Insisi vertikal (midline, paramedian, supraumbilikal), insisi transversal
dan oblik serta insisi abdominothoracic
Indikasi operasi
Semua kelainan intraabdomen yang memerlukan operasi baik darurat maupun
elektif, seperti hernia diafragmatika, aneurisma aorta torakolis dan aorta
abdominalis, kelainan oesofagus, kelainan liver
Kontraindikasi operasi
- keadaan umum yang buruk, kapasitas vital < 50%
- khusus
Diagnosis
:
- foto polos abdomen
- ct scan abdomen
- usg abdomen
Pemilihan jenis laparotomi:
1.
Kebutuhan luas daerah
pemaparan
2.
Lokasi penyakit
3.
Keadaan dinding abdomen
dan jaringan parut operasi sebelumnya
4.
Tingkat penyembuhan yang
diharapkan
5.
Kenyamanan pasca bedah
6.
Kemudahan dan kecepatan
prosedur tindakan
Jenis laparotomi :
1.
Insisi pada garis tengah
abdomen (mid-line incision)
2.
Insisi pada garis
tranversal abdomen bagian bawah (pfannenstiel incision)
3.
Insisi gridiron
(muscle-splitting incision)
Midline epigastric insision (irisan median atas)
Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung proc.
Xiphoideus hingga 1 cm diatas umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat
extraperitoneal, dan peritoneum dipisahkan satu persatu. Membuka peritoneum
dari bawah.
Midline subumbilical insision (irisan median bawah)
Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas.
Irisan median atas dan bawah dapat disambung dengan melingkari umbilikus.
Peritoneum harus dibuka dengan sangat hati-hati. Cara yang paling aman
adalah membukany adengan menggunakan dua klem artery, yang dijepitkan dengan
sangat hati-hati pada peritoneum. Kemudian peritoneum diangkat dan sedikit
diggoyang-goyang untuk memastikan tidak adanya struktur dibawahnya yang ikut
terjepit. Kemudian peritoneum diinsisi dengan menggunakan gunting. Insisi
diperlebar dengan memasukkan 2 jari kita yang akan dipergunakan untuk
melindungi struktur dibawahnya sewaktu kita membuka seluruh peritoneum.
Bila penderita pernah mengalami laparotomi dengan irisan median, sebaiknya
irisan ditambahkan keatas atau bawah dan membuka peritoneum diatas atau dibawah
irisan lama. Setelah peritoneum terbuka organ abdomen dipisahkan dengan
hati-hati dari peritoneum. Pada kasus emerjensi, lebih baik melakukan irisan
median.
Paramedian insision ”trapp door” (konvensional)
Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah.
Kira-kira 2,5-5 cm dari garis tengah. Insisi dilakukan vertical, diatas sampai
bawah umbilkikus, m.rectus abdominis didorng ke lateral dan peritoneum dibuka
juga 2.5 cm lateral dari garis tengah. Pada irisan dibawah umbilikus
diperhatikan epigastrica inferior yang harus dipisahkan dan diikat.
Lateral paramedian insision
Adalah modifikasi dari paramedian insision yang dikenalkan oleh guillou et
al. Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional secara teoritis,
teknik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan
insisional hernia dan lebih baik dari yang konvensional.
Insisi transversalis
Keuntungan:
1. Jarang terjadi herniasi
pasca bedah
2. Kosmetik lebih baik
3. Kenyamanan pasca bedah
bagi pasien lebih baik
Kerugian:
1. Daerah pemaparan
(lapangan operasi) lebih terbatas
2. Tehnik relatif lebih
sulit
3. Perdarahan akibat
pemisahan fascia dari lemak lebih banyak
Jenis insisi
tranversal :
Insisi pfannenstiel:
1.
Insisi kulit tranversal
semilunar 2 cm suprasimfisis.
2.
Insisi diperdalam sampai
fascia rectus dan fascia rectus dibuka secara tranversal dengan gunting “mayo”
atau “scalpel”.
3.
Tepi atas fascia rectus
dijepit dengan “kocher” dan dipisahkan dari m.rectus abdominalis serta m.pyramidalis secara tumpul dan waspada terhadap trauma pembuluh
darah disekitar garis tengah.
4.
Setelah pemisahan diatas
sudah lengkap – tepi bawah fascia rectus dijepit dengan “kocher” dan dipisahkan
dari m.pyramidalis secara
tumpul sampai mencapai simfsis pubis.
5.
M.rectus kiri dan kanan dipisahkan kearah lateral sehingga fascia
tranversal dan peritoneum terpapar.
6.
Lapisan tersebut dijepit
dengan 2 buah klem dan diangkat.
7.
Hati-hati agar tidak
mencederai vesica urinaria.
8.
Hati-hati agar tidak
mencederai omentum atau usus terutama pada pasca pembedahan intra abdominal –
endometriosis atau infeksi intra abdominal.
9.
Lapisan tersebut dibuka
kearah kranial dengan gunting “metzenbaum”.
10.
Lapisan tersebut dibuka
lebih lanjut ke kaudal secara tajam.
11.
Hati-hati mencederai
vesica urinaria.
12.
Lakukan pemeriksaan
“transilluminasi” untuk menghindari cedera pada kandung kemih
13.
Untuk pemapaparan bidang
operasi m.pyramidalis perlu
dipisahkan digaris tengah.
14.
Bila langkah-langkah ditas
sudah dilakukan, operator dapat masuk ke rongga abdomen.
15.
Bila pemaparan masih
kurang optimal maka lakukan insisi cherney
Insisi maylard
1.
Insisi melintang kulit 2 – 3 cm diatas simfisis pubis dan
diperdalam sampai fascia rectus (seperti pada pfannenstiel)
2.
Identifikasi fascia rectus – dijepit – dibuka secara tajam
bilateral.
3.
Perbedaan dengan pfannenstiel : m.rectus abdominalis tidak perlu
dipisahkan dari fascia rectus.
4.
Identifikasi arteria epigastrica inferior – sisihkan dari jaringan
ikat sepanjang tepi lateral m.rectus :
o Identifikasi dengan
palpasi dan pemisahan secara tumpul
o Setelah identifikasi –
ikat secara ganda dan potong
5.
Transeksi secara “zig-zag” m.rectus
abdominalis kira-kira 3 – 5 cm diatas origo di simfsis pubis.
6.
Bila perlu elevasi masing-masing m.rectus abdominalis dengan “penrose drain” untuk memudahkan
transeksi dan melindungi jaringan dibawah otot.
7.
Setelah transeksi – m.rectus
disisihkan ke kranial dan kaudal dan peritoneum dibuka secara tranversal
(seperti insisi pada kulit) dengan tehnik yang sama.
8.
Saat menutup luka operasi:
m.rectus tidak perlu didekatkan dengan menjahit oleh karena akan sembuh
secara spontan.
Insisi cherney
1.
Perbedaan dengan maylard : m.rectus tidak di transeksi ; tetapi
dipotong pada origo di simfisis pubis
2.
M.rectus abdominalis disisihkan ke kranial
3.
Saat penutupan luka origo m.rectus
abdominalis di simfisis pubis dijahit kembali
4.
Penyembuhan dengan hasil yang kuat dan paparan bidang pembedahan
yang memadai
5.
Persamaan dengan maylard : paparan bagian atas abdomen terbatas
Tehnik :
1.
Insisi kulit sampai fascia musculus rectus dilakukan dengan cara
yang sama dengan insisi pfannestiel atau insisi cherney
2.
Fascia m.rectus dijepit di garis tengah kemudian dilakukan insisi
tranversal
3.
Potongan inferior fascia m.rectus dijepit dengan “kocher clamps” –
di elevasi dan dibebaskan dari m.rectus
abdominalis dan m.pyramidalis
secara tumpul dan tajam ke arah simfisis pubis sehingga apponeurosis m.rectus dan m.pyramidalis dapat di identifikasi
4.
Tendon dipotong dengan gunting “mayo” untuk membebaskan otot dari
origo pada simfisis pubis
5.
M.rectus abdominalis mengalami rektraksi ke
superior
6.
Fascia tranversalis serta peritoneum dibuka dengan cara yang sama
7.
Penutupan luka : tendon m.rectus
abdominalis dan m.pyramidalis
didekatkan denfgan jahitan terputus permanen
8.
Bila pada insisi pfannenstiel bidang pembedahan kurang luas –
dapat dilakukan perubahan ke arah insisi cherney tanpa menggangu intergritas
muskulatur di garis tengah.
Vertical muscle splitting insision (paramedian
transrect)
Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional, hanya otot
rectus pada insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada
1/3 tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6 tengahnya. Insisi
ini berguna untuk membuka scar yang berasal dari insisi paramedian sebelumnya.
Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih besar.
Kocher subcostal insision
Insisi subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan empedu dan
saluran empedu
Insisi dilakukan mulai dari garis tengah, 2,5-5 cm di bawah proc.
Xiphoideus dan diperluas menyusuri batas costa kira-kira 2,5 cm dibawahnya,
dengan memotong muskulus rektus dan otot dinding abdomen lateral.
Irisan mcburney gridiron – irisan oblique
Dilakukan untuk kasus apendisitis akut dan diperkenalkan oleh charles
mcburney pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul.
Irisan rocky davis
Insisi dilakukan pada titik mcburney secara transverse skin crease, irisan
ini lebih kosmetik.
Pfannenstiel insision
Insisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan akses
pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal retropubic
prostatectomy.
Insisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas symphisis pubis skin crease
sepanjang ± 12 cm. Fascia diiris transversal, muskulus rektus dipisahkan ke
lateral dan peritoneum dibuka secara vertikal.
Insisi thoracoabdominal
Insisi thoracoabdominal, baik kanan maupun
kiri, akan membuat cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu. Dimana insisi
ini akan membuat akses operasi yang sangat baik. Insisi thorakoabdominal kanan
biasanya dilakukan untuk melakukan emergensi ataupun elektif reseksi hepar
insisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan reseksi
dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari lambung.
Penderita berada dalam posisi “cork-screw”.
Abdomen diposisikan kira-kira 45° dari garis horizontal, sedangkan thorax
berada dalam posisi yang sepenuhnya lateral. Insisi pada bagian abdomen dapat
merupakan midline insision ataupun upper paramedian insision. Insisi ini
dilanjutkan dengan insisi oke spasi interkostal viii sampai ujung scapula.
Setelah abdomen dibuka, insisi pada dada
diperdalam dengan menembus m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus
externus dan aponeurosisnya. Insisi pada abdomen tadi dilanjutkan hingga
mencapai batas costa
M.intercostal 8 dipisahkan untuk mencapai
cavum pleura. Finochietto chest retractor dimasukkan pada
intercostal 8 dan pelan-pelan di buka. Dan biasanya kita tidak perlu untuk
memotong costa.
Diphragma dipotong melingkar 2 – 3 cm dari
tepi dinding lateral toraks sampai hiatus esofagus untuk menghindari perlukaan
n.phrenicus. Pada akhir operasi dipasang drain toraks lewat irisan lain.
Penutupan dari insisi ini adalah dimulai
dengan menjahit diaphragma secara matras 2 lapis dengan benang non absorbabel,
otot dada dan dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
Komplikasi
·
Stitch abscess
Biasanya
muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum jahitan
insisi tersebut diangkat.. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam. Jika
dalam ia dapat berupa massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika di
raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi dan hilang dengan sendirinya, walaupun
untuk yang superficial dapat kita lakukan insisi pada abses tersebut. Antibiotik
jarang diperlukan untuk kasus ini.
·
Infeksi luka operasi
Biasanya
jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses
inflamasi sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli,
Streptococcus Faecalis, Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami
demam, sakit kepala, anorexia dan malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan
membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan dan penggunaan antibiotika
yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi yang extensiv
hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat dilakukan.
·
Gas Gangrene
Biasanya
berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam setelah
operasi, peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m), shock
yang berat. Keadaan ini ddapat diatasi dengan melakukan debridement luka di
ruang operasi, dan pemberian antibiotika, sebagai pilihan utamanya adalah,
penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8 jam.
·
Hematoma
Kejadian
ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang dengan
sendirinya, ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan aspirasi.
·
Keloid Scars
Penyebab
dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang sebagian orang
mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari orang lain. Jika
keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam
keloid dapat berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum
menunjukkan hasil yang diharapkan. Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka
operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat dilakukan.
·
Abdominal wound Disruption and
Evisceration
Disrupsi
ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3 %.
Dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih
muda. Laki-laki dibanding wanita 4 : 1
Post Laparatomi
Perawatan
post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada
pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Perlunya latihan-latihan
fisik seperti latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki,
menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur.
Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.
Tujuan perawatan post laparatomi;
·
Mengurangi
komplikasi akibat pembedahan.
·
Mempercepat
penyembuhan.
·
Mengembalikan
fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
·
Mempertahankan
konsep diri pasien.
·
Mempersiapkan
pasien pulang.
Komplikasi Post Laparatomi
Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah
operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
Infeksi
Infeksi
luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering
menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme ;gram positif.
Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang pali
penting adalah perawatan luka dengan mempertahankan aseptik dan antiseptik.
Dehisensi Luka atau Eviserasi
Dehisensi
luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya
organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi
adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat
pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
Proses Penyembuhan Luka
a). Fase pertama (Inflamasi)
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang
rusak/rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana
serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
b). Fase kedua (Proliferatif)
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen,
seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru
tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
c). Fase ketiga (Maturasi)
Sekitar
2 sampai 10 minggu kolagen terus menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan
baru dan otot dapat digunakan kembali.
d). Fase keempat (fase terakhir)
Pada fase penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar