Definisi Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi adalah suatu upaya
untuk mencegah terjadinya kehamilan. Implan
adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan
di susukkan dibawah kulit.
Implan adalah
metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang,
dosis rendah, reversible untuk
wanita.
2.2 Profil Kontasepsi Implan
·
Efektif 5
tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, dan Implanon
·
Nyaman
·
Dapat
dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
·
Pemasangan
dan pencabutan perlu pelatihan
·
Kesuburan
segera kembali setelah implan di cabut
·
Efek
samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenhorea
·
Aman
dipakai pada masa laktasi
2.3
Jenis – Jenis Kontrasepsi Implan
Berdasarkan Kandungannya
1.
Norplant
Norplant atau disebut juga alat kontrasepsi bawah
kulit (AKBK) atau implan atau KB susuk. Norplan adalah suatu alat kontrasepsi
yang mengandung levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane)
dan disusukan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang ditusukan di bawah kulit
adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi
36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg di lepaskan ke dalam darah
secara difusi melalui dinding kapsul.
Levonogestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil Kb seperti
mini-pil atau pil kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif.
2.
Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.
Implanon adalah jenis baru pengendalian kelahiran implan, dimasukkan di
bawah kulit di lengan. Implanon kontrasepsi implan telah disetujui FDA pada
bulan Juli 2006. Kontrasepsi implan ini terdiri dari tongkat tipis, 40 mm
panjang dan 2 mm diameter dan terbuat dari plastik fleksibel. Implanon mengandung
progestin (sehingga jenis metode kontrasepsi hormon).
Penyisipan membutuhkan anestesi lokal dan hanya membutuhkan waktu beberapa
menit. Implanon juga dapat dihapus kapan saja sebelum 3 tahun sampai. Implanon
adalah metode yang aman dan sangat efektif. Setelah pengangkatan Implanon, kesuburan
dapat kembali dengan cepat.
3.
Jadena dan Indoplant
Implan
Jadena merupakan salah satu jenis kontrasepsi implan dengan
lama kerja 3 tahun. Implan Jadena terdiri dari 2 batang kapsul silastik, yang
mengandung 75 mg levonorgestrel. Lokasi pemasangan dibagian dalam lengan atas
melalui suatu tindakan operasi kecil. Khasiat kontrasepstif jenis implan ini timbul beberapa jam
setelah insersi, sedangkan tingkat kesuburan atau fertilisasi akan kembali
segera setelah pencabutan implan.
Alat KB yang
ditempatkan dibawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan
secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya homon akan mengalir
kedalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Jika dalam masa efektif pemakai
menginginkan segera punya anak, implan dapat segera diangkat. Tapi jika tidak,
pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya
sekali-kali perlu memeriksakan kesehatan ke Dokter atau Bidan yang memasang
susuk tersebut.
Dibanding dengan
pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit.
Namun demikian, efek samping yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu,
sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya
terlebih dahulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas medis yang
terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini.
2.4 Mekanisme
Kerja Kontrasepsi Implan
Penggunaan
sediaan kombinasi yang dimulai pada hari ke 5 siklus haid akan meniadakan kadar
puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus. Penurunan kadar gonadotropin ini
menyebabkan hambatan ovulasi. Penggunaan preparat yang hanya mengandung derivat
progesteron atau progestin saja, tidak selalu dapat menghambat ovulasi. Senyawa
ini terutama mengubah jumlah dan konsistensi mukus kelenjar serviks sedemikian
rupa sehingga menghambat masuknya sperma dan dengan demikian mengurangi kemungkinan
terjadinya konsepsi. Hormon kelamin estrogen yang digunakan terus menerus juga
dapat mengganggu kontraksi tuba Falopii, sehingga perjalanan telur dapat
terhambat, selain itu terjadi pula gangguan keseimbangan hormonal sehingga nidasi
telur yang telah dibuahi terganggu.
Penggunaan
hormon estrogen terus menerus dapat menyebabkan fungsi ovarium relatif menurun,
pertumbuhan folikel dan korpus luteum terganggu dan sekresi hormon endogen
menurun. Perubahan ini biasanya akan menghilang bila penggunaan obat
dihentikan, tetapi pada penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang,
kembalinya fungsi ovarium ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Penggunaan
kontrasepsi dosis besar atau jangka panjang, dapat menyebabkan perubahan
gambaran histologi endometrium dan miometrium. Umumnya terjadi hipertrofi
miometrium. Pemberian progestin jangka panjang dapat menyebabkan atrofi
endometrium, sedangkan estrogen menyebabkan otot uterus menjadi lunak dan
mengalami hipertrofi. Perubahan tersebut pada umumnya bersifat reversibel.
Perubahan morfologi ini disebabkan oleh adanya perubahan biokimiawi dan
enzimatik yang cukup kompleks, dengan akibat terjadi perubahan metabolisme
endometrium.
Sekresi
mukus serviks yang dalam keadaan normal bersifat cair, jernih dan jumlahnya
banyak, oleh pengaruh progestin akan menjadi lebih kental, keruh dan jumlahnya
berkurang. Keadaan inilah yang menjadi salah satu mekanisme efek kontrasepsi
preparat yang hanya mengandung progestin.
Pemberian
kontrasepsi hormonal sering menyebabkan gangguan siklus haid. Beberapa akseptor
kontrasepsi oral dengan dosis estrogen yang rendah dapat tidak mengalami
perdarahan putus obat atau menjadi amenore, atau hanya spotting. Beberapa
akseptor kontrasepsi suntikan sering mengalami perdarahan sedikit-sedikit (spotting),
yang kadang-kadang berkepanjangan. Pada penghentian penggunaan golongan obat
ini, sebagian akseptor akan mengalami ovulasi kembali segera setelah obat
dihentikan pada sebagian lain ovulasi baru terjadi beberapa bulan sesudahnya,
bahkan ada pula yang terjadi beberapa tahun setelah kontrasepsi dihentikan.
Sebab terjadinya keadaan di atas belum diketahui dengan jelas, diduga hal ini
berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kembali ke keadaan
fungsi yang normal.
a.
ovulasi
Pencegahan
ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi hormon LH oleh kelenjar hypophyse,
sehingga tidak terjadi puncak mid-siklus. (pada keadaan normal terjadi puncak
sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari
folikelnya).
Tetapi,
meskipun terjadi perubahan kadar hormon LH, tampaknya ovulasi kadang-kadang
masih dapat terjadi.
b.
Perubahan
dalam motilitas tuba
Transpor
ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat sehinga mengurangi kemungkian
terjadinya fertilisasi.
c.
Perubahan
dalam motilitas tuba
Mungkin
tidak terjadi perkembangan corpus luteum yang berfungsi bekas folikel setelah
ovulasi, atau corpus luteum berfungsi abnormal dimana sekresi progesterone
sangat sedikit sekali sehingga tidak terjadi konsepsi normal dan/atau
implantasi.
d.
Perubahan
lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa
Progestin
mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir
serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi
spermatozoa, spermatozoanya akan dimobilisir, pergerakannya sangat lambat
sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang mencapai
cavum uteri.
e.
Perubahan
dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin
terjadi
Progestrin
menggangu berkembangnya siklus endometrium sehingga endometrium berada dalam
fase yang salah atau menunjukkan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga
endometrium tidak dapat menerima ovum yang telah dibuahi.
Siklus hormonal dan hubungannya
dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
- Setiap permulaan siklus
menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang
rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
- Hormon FSH dari hipotalamus
perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan
pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu
untuk pertumbuhan lapisan endometrium
- Peningkatan level estrogen
menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH
kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi
pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon
bifasik)
- Pada akhir fase folikular,
hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel
granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon
progesteron
- Setelah perangsangan oleh
hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi
yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari
fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
- Kedar estrogen menurun pada
awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan
kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
- Progesteron meningkat setelah
ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
- Kedua hormon estrogen dan
progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian
menurun
2.5 Efektifitas Kontrasepsi Impalan
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).
2.6 Indikasi Kontrasepsi Implan
a. Usia
reproduksi
b. Telah
memiliki anak
c. Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi
d. Pasca
persalinan tidak menyusui
e. Pasca
keguguran
f. Tidak
menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
g. Riwayat
kehamilan ektopik
h. Tekanan
darah <180/ 110 mmhg, dengan masalah pembekuan darah.
i.
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal
yang mengandung estrogen
j.
Sering lupa menggunakan pil
2.7 Kontraindikasi Kontrasepsi Implan
a. Hamil
atau diduga hamil
b. Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Benjolan
atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Tidak
dapat menerima perbahan pola haid yang terjadi
e. Miom
uterus dan kanker payudara
f. Gangguan
toleransi glukosa.
2.8 Keuntungan Kontrasepsi Implan
Penggunaan
KB implan ini lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah
atau nyeri kepala. KB implan hormonal progestin hampir tidak berefek pada
metabolisme karbohidarat dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi,
dismenorea, dan gejala pramenstruasi. Apabila digunakan oleh wanita menyususi,
hampir 100% efektif sampai 6 bulan, dan efek pada asi sangat kecil. Pada wanita
dengan perokok berat setelah usia 35 tahun dapat menggunakan ini.
·
Keuntungan Kontrasepsi
1. Daya
guna tinggi
2. Perlindungan
jangka panjang (sampai 5 tahun)
3. Pengambilan
tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4. Tidak
memerlukan pemeriksaan dalam
5. Bebas
dari pengaruh estrogen
6. Tidak
menggangu kegiatan senggama
7. Tidak
menggangu ASI
8. Klien
hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat
dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
·
Keuntungan
Nonkontrasepsi
1. Mengurangi
nyeri haid
2. Mengurangi
jumlah darah haid
3. Mengurangi
atau memperbaiki anemia
4. Melindungi
terjadinya kanker endometrium
5. Menurunkan
angka kejadian kelainan jinak payudara
6. Melindungi
diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7. Menurunkan
angka kejadian endometriosis
2.9 Kerugian
Kontrasepsi Implan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea,
atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea ini di sebabkan karena Perdarahan
uterus yang tidak teratur.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:
·
Nyeri kepala
·
Peningkatan atau penurunan berat badan
·
Nyeri payudara
·
Perasaan mual
·
Pening atau pusing kepala
·
Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
·
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan
·
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS
·
Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik
untuk pencabutan
·
Efektifitasnya menurun bila menggunakan
obat-obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan
barbiturat)
·
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih
tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per
tahun)
2.10 Waktu
Mulai Menggunakan Implan
·
Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai
hari ke 7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
·
Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila di insersi setelah hari ke 7 setelah
haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
·
Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan
setiap saat, asal saja di yakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan
seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
·
Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan
pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh
klien tidak perlu memakai metode kontrasespi lain.
·
Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah
terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau atau gunakan metode kontrasepsi
lain untuk 7 hari saja.
·
Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan
ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal
saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi
terdahulu dengan benar.
·
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
suntikan, implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
tersebut. Tidak diperlukan metode kontasepsi lain.
·
Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi
implan dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak
perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya sampai datangnya haid
berikutnya.
·
Bila kontasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien
ingin menggantinya dengan implan, implan dapat di insersikan pada saat haid ke
7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode
kontasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR
segera dicabut.
·
Pasaca keguguran implan dapat segera di
insersikan.
2.11 Konseling
Sebelum Pemasangan Implan
·
Menjelaskan kepada ibu tentang kontrasepsi
hormonal implan
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis
kontrasepsi hormonal implan
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai cara kerja
kontrasepsi hormonal implan
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai efektifitas
kontrasepsi hormonal implan
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai indikasi
kontrasepsi hormonal implan
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai kontraindikasi
kontrasepsi hormonal implan.
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai keuntungan dari
kontrasepsi hormonal implan
·
Menjelaskan kepada ibu mengenai kerugian dari
pemakain kontrasepsi hormonal implan
2.12 Konseling
Setelah Pemasangan Implan Hormonal
Instruksi
Untuk Klien
·
Daerah insersi harus tetap dilakukan kering dan
bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada
luka insisi.
·
Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi rasa
perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu
dikhawatirkan.
·
Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun,
hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada insersi.
·
Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam,
sedangkan plester dipertahankan sampai luka sembuh (biasanya 5 hari).
·
Seteha luka sembuh, daerah tersebut dapat
disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.
·
Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi,
seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari,
segera kembali ke klinik.
·
Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah
insersi dan berlangsung hingga 5 tahun. Bagi Norplant dan 3 tahun bagi susuk Implanon,
dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
·
Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama
pada 6 sampai 12 bulan pertama. Beberapa perempuan mungin akan mengalami berhentinya
haid sama sekali.
·
Obat-obat tubercolosis atau pun obat epilepsi
dapat menurunkan efektifitas implan.
·
Efek samping yang berhubungan dengan implan
dapat berupa sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara. Efek-efek
samping ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.
·
Norplant dicabut seteha 5 tahun pemakaian, susuk
Implanon dicabut setelah 3 tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut labih
awal.
·
Bila Norplant di cabut sebelum 5 tahun dan susuk
Implanon sebelum tiga tahun, kemungkinan hamil akan besar dan meningkatkan
resiko kehamilan ektopik.
·
Berikan kepada klien kartu yang di tulis nama,
tanggal insersi, tempat insersi, dan nama klinik.
·
Implant tidak melindungi klien dari infeksi
menular seksual, termasuk AIDS. Bila pasangannya memiliki resiko, perlu
menggunakan kondom untuk melakukan hubungan seksual.
Jadwal
Kunjungan Ulang
Klien
tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin
mencabut implan. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implan di pasang
bila ditemukan hal-hal sebagai berikut :
·
Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah
·
Perdarahan yang banyak dari kemaluan
·
Rasa nyeri pada lengan
·
Luka pada bekas insisi mengeluarkan darah atau
nanah
·
Ekspulsi dari batang implan
·
Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi
kabur
·
Nyeri dada hebat
·
Dugaan adanya kehamilan
2.13 Pembahasan
Jurnal
Kontrasepsi
implantasi. Kontrasepsi jenis ini diperkenalkan oleh Population Council tahun
1985, dan pada tahun yang sama WHO menyatakan bahwa metoda ini dapat digunakan
dalam program Keluarga Berencana. Di Indonesia cara ini mulai digunakan pada
tahun 1986, yaitu implant yang terdiri dari 6 tube silastik yang berisi 36 mg
levonorgestrel (Norplant), yang ditanam Subkutan di lengan atas kiri, dan
digunakan untuk 5 tahun. Kemudian tersedia juga jenis implant yang terdiri dari
satu tube silastik, berisi 3-keto-desogestrel 68 mg, dengan cara penggunaan
yang sama dengan Norplant, dapat bekerja sebagai kontrasepsi selama 3 tahun.
Tiga-ketodesogestrel merupakan bentuk metabolit aktif dari desogestrel yang
telah lama digunakan sebagai kontrasepsi oral. Kedua jenis implant ini,
rata-rata akan mengeluarkan 30 µg/hari zat aktifnya. Setelah habis masa
kerjanya kedua jenis implant tersebut harus dikeluarkan dari tubuh.
Dalam jurnal yang
berjudul Weight Change and Hormonal
Contraception: Fact and Fiction
membahas tentang pengaruh hormon terhadap penambahan berat badan. Dalam jurnal
tersebut dipaparkan bahawa Secara ringkas, saat ini temuan penelitian menunjukkan
beberapa perbedaan antara Penggunaan KB hormonal kombinasi dan progesteron. Kekhawatiran
tentang kenaikan berat badan dan kontrasepsi hormonal kembali beberapa dekade. Penambahan
berat badan pada penggunaan kontrasepsi ini di sebabkan karena penggunaan yang
terlalu lama dalam penundaan kehamilan. Serta penambahan berat badan ini bisa
dikarenakan karena dosis COCs yang terlalu besar yang terkandung dalam hormon
yang menyebabkan penambahan berat badan dan retensi cairan dalam tubuh. Untuk
menghindari kesalahpahaman kepada klien sebaiknya sebelum pemakaian kontrasepsi
jenis implan progesteron, klien diberi konseling secara tepat sehingga ketika
mengalami penambahan berat badan klien sudah mengetahui resiko penggunaan
implan terlebih dahulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar