Laman

Cari Materi

Rabu, 29 Agustus 2018

Kontrasepsi Implan


Definisi Kontrasepsi Implan
            Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Implan adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan di susukkan dibawah kulit.
Implan adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita.

2.2       Profil Kontasepsi Implan
·           Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, dan Implanon
·           Nyaman
·           Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
·           Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
·           Kesuburan segera kembali setelah implan di cabut
·           Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenhorea
·           Aman dipakai pada masa laktasi

2.3              Jenis – Jenis Kontrasepsi Implan Berdasarkan Kandungannya
1.    Norplant
Norplant atau disebut juga alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implan atau KB susuk. Norplan adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung  levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang ditusukan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg di lepaskan ke dalam darah secara difusi melalui   dinding kapsul. Levonogestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil Kb seperti mini-pil atau pil kombinasi atau pun pada AKDR yang bioaktif.



2.    Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Implanon adalah jenis baru pengendalian kelahiran implan, dimasukkan di bawah kulit di lengan. Implanon kontrasepsi implan telah disetujui FDA pada bulan Juli 2006. Kontrasepsi implan ini terdiri dari tongkat tipis, 40 mm panjang dan 2 mm diameter dan terbuat dari plastik fleksibel. Implanon mengandung progestin (sehingga jenis metode kontrasepsi hormon).
Penyisipan membutuhkan anestesi lokal dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Implanon juga dapat dihapus kapan saja sebelum 3 tahun sampai. Implanon adalah metode yang aman dan sangat efektif. Setelah pengangkatan Implanon, kesuburan dapat kembali dengan cepat.

3.    Jadena dan Indoplant
Implan Jadena merupakan salah satu jenis kontrasepsi implan dengan lama kerja 3 tahun. Implan Jadena terdiri dari 2 batang kapsul silastik, yang mengandung 75 mg levonorgestrel. Lokasi pemasangan dibagian dalam lengan atas melalui suatu tindakan operasi kecil. Khasiat kontrasepstif jenis implan ini timbul beberapa jam setelah insersi, sedangkan tingkat kesuburan atau fertilisasi akan kembali segera setelah pencabutan implan.
Alat KB yang ditempatkan dibawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya homon akan mengalir kedalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Jika dalam masa efektif pemakai menginginkan segera punya anak, implan dapat segera diangkat. Tapi jika tidak, pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya sekali-kali perlu memeriksakan kesehatan ke Dokter atau Bidan yang memasang susuk tersebut.
Dibanding dengan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek samping yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya terlebih dahulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas medis yang terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini.

2.4  Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan
Penggunaan sediaan kombinasi yang dimulai pada hari ke 5 siklus haid akan meniadakan kadar puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus. Penurunan kadar gonadotropin ini menyebabkan hambatan ovulasi. Penggunaan preparat yang hanya mengandung derivat progesteron atau progestin saja, tidak selalu dapat menghambat ovulasi. Senyawa ini terutama mengubah jumlah dan konsistensi mukus kelenjar serviks sedemikian rupa sehingga menghambat masuknya sperma dan dengan demikian mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi. Hormon kelamin estrogen yang digunakan terus menerus juga dapat mengganggu kontraksi tuba Falopii, sehingga perjalanan telur dapat terhambat, selain itu terjadi pula gangguan keseimbangan hormonal sehingga nidasi telur yang telah dibuahi terganggu.
Penggunaan hormon estrogen terus menerus dapat menyebabkan fungsi ovarium relatif menurun, pertumbuhan folikel dan korpus luteum terganggu dan sekresi hormon endogen menurun. Perubahan ini biasanya akan menghilang bila penggunaan obat dihentikan, tetapi pada penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang, kembalinya fungsi ovarium ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Penggunaan kontrasepsi dosis besar atau jangka panjang, dapat menyebabkan perubahan gambaran histologi endometrium dan miometrium. Umumnya terjadi hipertrofi miometrium. Pemberian progestin jangka panjang dapat menyebabkan atrofi endometrium, sedangkan estrogen menyebabkan otot uterus menjadi lunak dan mengalami hipertrofi. Perubahan tersebut pada umumnya bersifat reversibel. Perubahan morfologi ini disebabkan oleh adanya perubahan biokimiawi dan enzimatik yang cukup kompleks, dengan akibat terjadi perubahan metabolisme endometrium.
Sekresi mukus serviks yang dalam keadaan normal bersifat cair, jernih dan jumlahnya banyak, oleh pengaruh progestin akan menjadi lebih kental, keruh dan jumlahnya berkurang. Keadaan inilah yang menjadi salah satu mekanisme efek kontrasepsi preparat yang hanya mengandung progestin.
Pemberian kontrasepsi hormonal sering menyebabkan gangguan siklus haid. Beberapa akseptor kontrasepsi oral dengan dosis estrogen yang rendah dapat tidak mengalami perdarahan putus obat atau menjadi amenore, atau hanya spotting. Beberapa akseptor kontrasepsi suntikan sering mengalami perdarahan sedikit-sedikit (spotting), yang kadang-kadang berkepanjangan. Pada penghentian penggunaan golongan obat ini, sebagian akseptor akan mengalami ovulasi kembali segera setelah obat dihentikan pada sebagian lain ovulasi baru terjadi beberapa bulan sesudahnya, bahkan ada pula yang terjadi beberapa tahun setelah kontrasepsi dihentikan. Sebab terjadinya keadaan di atas belum diketahui dengan jelas, diduga hal ini berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kembali ke keadaan fungsi yang normal.
a.       ovulasi
Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi hormon LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi puncak mid-siklus. (pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya).
Tetapi, meskipun terjadi perubahan kadar hormon LH, tampaknya ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi.
b.      Perubahan dalam motilitas tuba
Transpor ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat sehinga mengurangi kemungkian terjadinya fertilisasi.
c.       Perubahan dalam motilitas tuba
Mungkin tidak terjadi perkembangan corpus luteum yang berfungsi bekas folikel setelah ovulasi, atau corpus luteum berfungsi abnormal dimana sekresi progesterone sangat sedikit sekali sehingga tidak terjadi konsepsi normal dan/atau implantasi.
d.      Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa
Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi spermatozoa, spermatozoanya akan dimobilisir, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada spermatozoa yang mencapai cavum uteri.
e.       Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi
Progestrin menggangu berkembangnya siklus endometrium sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukkan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat menerima ovum yang telah dibuahi.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
  1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
  2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
  3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
  4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
  5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
  6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
  7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
  8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun

2.5       Efektifitas Kontrasepsi Impalan
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).

2.6       Indikasi Kontrasepsi Implan
a.       Usia reproduksi
b.      Telah memiliki anak
c.       Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
d.      Pasca persalinan tidak menyusui
e.       Pasca keguguran
f.       Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
g.      Riwayat kehamilan ektopik
h.      Tekanan darah <180/ 110 mmhg, dengan masalah pembekuan darah.
i.        Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
j.        Sering lupa menggunakan pil

 2.7      Kontraindikasi Kontrasepsi Implan
a.       Hamil atau diduga hamil
b.      Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c.       Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d.      Tidak dapat menerima perbahan pola haid yang terjadi
e.       Miom uterus dan kanker payudara
f.       Gangguan toleransi glukosa.


2.8       Keuntungan Kontrasepsi Implan
                        Penggunaan KB implan ini lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala. KB implan hormonal progestin hampir tidak berefek pada metabolisme karbohidarat dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala pramenstruasi. Apabila digunakan oleh wanita menyususi, hampir 100% efektif sampai 6 bulan, dan efek pada asi sangat kecil. Pada wanita dengan perokok berat setelah usia 35 tahun dapat menggunakan ini.
·         Keuntungan Kontrasepsi
1.      Daya guna tinggi
2.      Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
3.      Pengambilan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4.      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5.      Bebas dari pengaruh estrogen
6.      Tidak menggangu kegiatan senggama
7.      Tidak menggangu ASI
8.      Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9.      Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
·         Keuntungan Nonkontrasepsi
1.      Mengurangi nyeri haid
2.      Mengurangi jumlah darah haid
3.      Mengurangi atau memperbaiki anemia
4.      Melindungi terjadinya kanker endometrium
5.      Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6.      Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7.      Menurunkan angka kejadian endometriosis

2.9       Kerugian Kontrasepsi Implan
            Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea ini di sebabkan karena Perdarahan uterus yang tidak teratur.
            Timbulnya keluhan-keluhan, seperti:
·         Nyeri kepala
·         Peningkatan atau penurunan berat badan
·         Nyeri payudara
·         Perasaan mual
·         Pening atau pusing kepala
·         Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
·         Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
·         Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
·         Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
·         Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
·         Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi  (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)

2.10     Waktu Mulai Menggunakan Implan
·         Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke 7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
·         Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila di insersi setelah hari ke 7 setelah haid, klien jangan melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
·         Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja di yakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
·         Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh klien tidak perlu memakai metode kontrasespi lain.
·         Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
·         Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
·         Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontasepsi lain.
·         Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya sampai datangnya haid berikutnya.
·         Bila kontasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, implan dapat di insersikan pada saat haid ke 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
·         Pasaca keguguran implan dapat segera di insersikan.

2.11     Konseling Sebelum Pemasangan Implan
·      Menjelaskan kepada ibu tentang kontrasepsi hormonal implan
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis kontrasepsi hormonal implan
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai cara kerja kontrasepsi hormonal implan
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai efektifitas kontrasepsi hormonal implan
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai indikasi kontrasepsi hormonal implan
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai kontraindikasi kontrasepsi hormonal implan.
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai keuntungan dari kontrasepsi hormonal implan
·      Menjelaskan kepada ibu mengenai kerugian dari pemakain kontrasepsi hormonal implan

2.12     Konseling Setelah Pemasangan Implan Hormonal
            Instruksi Untuk Klien
·         Daerah insersi harus tetap dilakukan kering dan bersih selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.
·         Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi rasa perih, pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
·         Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada insersi.
·         Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan sampai luka sembuh (biasanya 5 hari).
·         Seteha luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan tekanan yang wajar.
·         Bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi, seperti demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari, segera kembali ke klinik.
·         Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung hingga 5 tahun. Bagi Norplant dan 3 tahun bagi susuk Implanon, dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
·      Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12 bulan pertama. Beberapa perempuan mungin akan mengalami berhentinya haid sama sekali.
·      Obat-obat tubercolosis atau pun obat epilepsi dapat menurunkan efektifitas implan.
·      Efek samping yang berhubungan dengan implan dapat berupa sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya.
·      Norplant dicabut seteha 5 tahun pemakaian, susuk Implanon dicabut setelah 3 tahun, dan bila dikehendaki dapat dicabut labih awal.
·      Bila Norplant di cabut sebelum 5 tahun dan susuk Implanon sebelum tiga tahun, kemungkinan hamil akan besar dan meningkatkan resiko kehamilan ektopik.
·      Berikan kepada klien kartu yang di tulis nama, tanggal insersi, tempat insersi, dan nama klinik.
·      Implant tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila pasangannya memiliki resiko, perlu menggunakan kondom untuk melakukan hubungan seksual.
           
            Jadwal Kunjungan Ulang
   Klien tidak perlu kembali ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implan. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implan di pasang bila ditemukan hal-hal sebagai berikut :
·      Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah
·      Perdarahan yang banyak dari kemaluan
·      Rasa nyeri pada lengan
·      Luka pada bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah
·      Ekspulsi dari batang implan
·      Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur
·      Nyeri dada hebat
·      Dugaan adanya kehamilan

2.13     Pembahasan Jurnal
                        Kontrasepsi implantasi. Kontrasepsi jenis ini diperkenalkan oleh Population Council tahun 1985, dan pada tahun yang sama WHO menyatakan bahwa metoda ini dapat digunakan dalam program Keluarga Berencana. Di Indonesia cara ini mulai digunakan pada tahun 1986, yaitu implant yang terdiri dari 6 tube silastik yang berisi 36 mg levonorgestrel (Norplant), yang ditanam Subkutan di lengan atas kiri, dan digunakan untuk 5 tahun. Kemudian tersedia juga jenis implant yang terdiri dari satu tube silastik, berisi 3-keto-desogestrel 68 mg, dengan cara penggunaan yang sama dengan Norplant, dapat bekerja sebagai kontrasepsi selama 3 tahun. Tiga-ketodesogestrel merupakan bentuk metabolit aktif dari desogestrel yang telah lama digunakan sebagai kontrasepsi oral. Kedua jenis implant ini, rata-rata akan mengeluarkan 30 µg/hari zat aktifnya. Setelah habis masa kerjanya kedua jenis implant tersebut harus dikeluarkan dari tubuh.
Dalam jurnal yang berjudul Weight Change and Hormonal Contraception: Fact and Fiction membahas tentang pengaruh hormon terhadap penambahan berat badan. Dalam jurnal tersebut dipaparkan bahawa Secara ringkas,  saat ini temuan penelitian menunjukkan beberapa perbedaan antara Penggunaan KB hormonal kombinasi dan progesteron. Kekhawatiran tentang kenaikan berat badan dan kontrasepsi hormonal kembali beberapa dekade. Penambahan berat badan pada penggunaan kontrasepsi ini di sebabkan karena penggunaan yang terlalu lama dalam penundaan kehamilan. Serta penambahan berat badan ini bisa dikarenakan karena dosis COCs yang terlalu besar yang terkandung dalam hormon yang menyebabkan penambahan berat badan dan retensi cairan dalam tubuh. Untuk menghindari kesalahpahaman kepada klien sebaiknya sebelum pemakaian kontrasepsi jenis implan progesteron, klien diberi konseling secara tepat sehingga ketika mengalami penambahan berat badan klien sudah mengetahui resiko penggunaan implan terlebih dahulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar