Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM


Kontrasepsi Non Hormonal

Kontrasepsi Non Hormonal yaitu kontrasepsi yang tidak mengandung hormonal seperti periode abstinensia, metode kalender, IUD, kondom yang digunakan untuk mengontrol dan mengendalikan kehamilan ( Mishell,1995;Bupa,2007 ).
Untuk skala dunia, sterilisasi wanita merupakan pilihan KB terbesar yaitu sebanyak 29% yang diikuti dengan IUD ( Intra Uterine Device ) sebanyak 21%. Sedangkan pengguna KB di Indonesia lebih menyukai jenis suntikan yaitu sebesar 35,2% atau sebanyak 9,743,550 wanita, berdasarkan survei BKKBN tahun 2006 lalu ( Sastrawinata, 2000 ).
IUD ( Intra Uterine Device ) atau dapat disebut dengan alat dalam rahim non hormonal yang diinsersikan kedalam uterus ada berbagai macam antara lain lippesloop ( spiral ), Cu T ( Cupper T mengandung tembaga ), Cu 7, dan ML 250 ( multiload 250 ). Keuntungan IUD adalah tidak membutuhkan motivasi untuk minum pil setiap hari, kerjanya lama, bebas estrogen dan reversible artinya bila dilepas akan bisa hamil kembali ( Sastrawinata, 2000 ).
Cara kerja IUD mencegah kehamilan ada beberapa teori sebagai berikut ( Sastrawinata, 2000 ) :
1.      Setelah pemasangan IUD banyak sel lekosit terdapat dalam endometrium dan sekresi cairan uterus, didapatkan sel raksasa benda asing, monosit, sel plasma dan makrofag. Sel-sel ini memfagosit spermatozoa atau telur yang telah dibuahi.
2.      Teori yang lain adalah perubahan-perubahan dalam endometrium, yang kemungkinan disebabkan rangsangan reaksi inflamasi, tertundanya siklus hormonal yang normal sehingga mengakibatkan suasana endometrium yang tidak cocok untuk implantasi.

Sejarah
Alat kontrasepsi intrauterin pertama diusulkan oleh Dr Richard Richter pada tahun 1909 diabaikan, Cincin Perak dari Dr Ernst Gräfenberg (1928) saat ini dicap sebagai prototipe generasi AKDR modern. Cincin Gräfenberg, bagaimanapun, dilarang pada 1930-an, dan, meskipun dasar kutukan lebih politis daripada ilmiah, tiga dekade telah berlalu sebelum kelahiran kembali dan umum penerimaan intrauterin kontrasepsi. Perkembangan IUD plastik, yang diumumkan oleh Dr Lazar Margulies dan Dr Jack Lippes di 1960-61, memecahkan masalah penyisipan IUD logam, tetapi tidak menghilangkan efek samping utama, yaitu, perdarahan dan nyeri. Pada tahun 1969, perangkat AKDR-pertama diperkenalkan oleh Dr Jaime Zipper dan Dr Howard Tatum. Para pembantu kontrasepsi metalik, meskipun memungkinkan pengurangan ukuran platform, tidak memecahkan masalah menoragia. Hal ini dicapai oleh Dr Luukkainen berkat Tapani dengan penemuan dari gestagen-releasing AKDR (Ng Nova-T) pada tahun 1977. Langkah terakhir dalam AKDR rekayasa adalah penemuan dari GyneFix, yang fleksibel tanpa bingkai AKDR-Cu berlabuh secara permanen pada jaringan rahim, yang penemu (Dr Dirk Wildemeersch) panggilan implan kontrasepsi intrauterin atau IUCI.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD mempunyai sejarah perkembangan yang sangat panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektivitas, dan penyulit yang tidak terlalu besear. Sejarah abad masa lalu, walaupun tidak tertata dengan baik, menunjukan bahwa kafilah dagang “bangsa arab” mempraktekkan penggunaan AKDR pada unta-unta meraka. Jika melakukan perjalanan jauh dalam kegiatan perdagangannya, mereka memasukkan batu-batu ke dalam rahim untanya.
            Periode abad berikutnya mencatat keberhasilan Richter pada tahun 1909 di Jerman mengujicobakan penggunaan AKDR pada manusia. AKDR yang digunakanya merupakan cicin catgut ulat sutera yang mempunyai kawat nikel dan tembaga yang mejulur keluar melalui serviks. Tahun 1920-an Grafenberg mengganti cincin catgut dengan cincin berlapis emas atau perak. Tidak lama berselang (1934) ota di jepang menambahkan struktur pendukung cincin AKDR yang berlapiskan eamas atau perak untuk mengurangi angka ekspulsi. Selama berlangsung perang dunia kedua, filosofi politik jepang dan Nazi mengeliminasi penggunaan AKDR. Baru pada tahun 1959 Oppenheimer menggerakan kembali penggunaan denagn berbagai macam bentuk penggunaan IUD.


Perkembangan seterusnya pada tahun 1960mmelahirkan AKDR berbentuk “loop” hasil karya jack Lippes. Kemudian berturt-turut tahun 1968-1969, Zipper menambahkan Cu (tembaga) dan Doye dan Clewe (amerika) menggunakan progestin sebagai bahan anti fertilitas. Penelitian untuk mendapatkan jenis AKDR yang paling efektif, dan aman dipakai masih terus berlangsung hingga sekarang.
Jenis-jenis IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a.       Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).

b.      Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).

c.       Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).

d.      Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).

Mekanisme kerja 
Untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :
1.      Gangguan proses pematangan proliferasi-sekretoris sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi (endometrium tetap dalam fase proliferasi)
2.      Lendir serviks lebih kental / tebal karena pengaruh progestin.
3.      Menekan ovulasi 
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu :
·         Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
·         Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
·         Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
·         AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).


Keuntungan 
Intra uterine devise (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
·         Sangat efektif mencegah kehamilan, sekali pakai terus berfungsi sampai dibuka
·         Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
·         Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun
·         Tidak mempengaruhi hubungan seksual
·         Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
·         Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
·         Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
·         Dapat digunakan sampai menopouse
·         Tidak ada interaksi dengan obat-obat
·         Membantu mencegah kehamilan ektopik
·         Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
·         Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
·         Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
·         Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)
·         Efek samping yang rendah
·         Dapat menyusui dengan aman
·         Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi, 2010).
·         Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian selama satu tahun)
·         Tidak terganggu faktor lupa
·         Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan menggunakan Tembaga T 380A)
·         Mengurangi kunjungan ke klinik
·         Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum, 2009).
IUD baik untuk wanita :
·         Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan jangka panjang
·         Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
·         Memberikan ASI
·         Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
·         Berada dalam masa pasca aborsi
·         Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
·         Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
·         Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya.
·         Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat (Kusumaningrum, 2009).

Kelemahan
Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu :
·         Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular
·         Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
·         Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
·         Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
·         Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
·         Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
·         Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
·         Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
·         Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
·         Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
·         Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu (Imbarwati, 2009).

Efek Samping
Efek sampingnya antara lain :
·         Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil.
Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008).
·         Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan.
Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009).
·         Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).

Indikasi 
§  Menyukai metode kontrasepsi yang efektif, berjangka panjang, tetapi belum menerima metode permanen saat ini.
§  Menyukai metode praktis (tidak perlu metode barrier atau menelan pil setiap hari).
§  Punya anak satu atau lebih
§  Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
§  Wanita perokok berat (± 15 batang rokok sehari), umur 35 tahun
§  Berisiko rendah mendapat PMS

Kontraindikasi 
§  Dugaan hamil
§  Sedang atau sering terkena infeksi panggul (gonorea, chlamidia) atau servisitis  dengan cairan mukopurulen
§  Menderita keputihan berbau dari saluran serviks/gonorea atau servitis chlamedia.
§  Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
§  Riwayat kehamilan ektopik
§  Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).

Prosedur Kerja Pemasangan IUD
Kebijaksanaan :
1)      Petugas harus siap ditempat.
2)      Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3)      Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4)      Alat-alat yang tersedia :
·         Gyn bed
·         Timbangan berat badan
·         Tensimeter dan stetoskop
·         IUD set steril
·         Bengkok
·         Lampu
·         Kartu KB (kl, K IV)
·         Buku-buku administrasi dan registrasi KB
·         Meja dengan duk steril
·         Sym speculum
·         Sonde rahim
·         Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
·         Busi / dilatator hegar
·         Kogel tang
·         Pincet dan gunting
Langkah-langkah :
1)      Memberi penjelasan kepada pasien mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2)      Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3)      Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4)      Mempersilakan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
5)      Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6)      Mempersilakan pasien untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithotomi.
7)      Petugas cuci tangan
8)      Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9)      Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10)  Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus.
11)  Pasang speculum sym.
12)  Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13)  Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim.
14)  Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15)  Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16)  Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim.
17)  Pasien dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18)  Alat-alat dibersihkan
19)  Petugas cuci tangan
20)  Memberi penjelasan kepada pasien gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
Catatan :
·         Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter.
·         Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
·         Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
·         Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).
Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
·         1 bulan pasca pemasangan
·         3 bulan kemudian
·         setiap 6 bulan berikutnya
·         bila terlambat haid 1 minggu
·         perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar