2.1.
Hipotermi
Bayi
baru lahir memiliki kecendrungan menjadi cepat stres karena perubahan suhu
lingkungan karena suhu didalam uterus berfluktasi sedikit, janin tidak perlu
mengatur suhu. Suhu janin
biasanya lebih tinggi 0,6o C. Dari pada suhu ibu. Pada saat lahir
faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area
permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak
berat badan lahir tinggi dan fleksi otot yang baik memiliki perlindungan alami
terbaik terhadap kehilangan panas. Namun, kemampuan bayi baru lahir tidak
stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir,
bahkan jika bayi lahir saat cukup bulan dan sehat. Bidan berkewajiban untuk
mengorganisasikan lingkungan kelahiran sehingga kehilangan panas pada bayi baru
lahir yang basah dapat diminimalkan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu
konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi. Tempat kelahiran harus dipersiapkan
dengan adekuat untuk meminimalkan kehilangan panas pada neonatus.
Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme
hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :
1.
Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang
hangat (bayi) ke obyek yang dingin.
2.
Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek
yang panas ke obyek yang dingin.
3.
Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara
sekelilingnya.
4. Evaporasi yaitu
hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi (misal cairan amnion
pada BBL). (Indarso, F, 2001).
Neonatus
dapat menghasilkan panas dengan tiga cara yaitu menggigil, aktivitas otot
volunter, dan termogenesis (produksi panas tubuh) tanpa menggigil. Cara
menggigil tidak efisien dan pada neonatus, terlihat pada kondisi stres dingin
paling berat.
Aktivitas
otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas, bahkan pada bayi
cukup bulan, yang memiliki kekuatan otot yang cukup untuk menangis dan tetap
dalam posisi fleksi.
Termogenesis
tanpa menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini, meningkatkan
kecepatan metabilisme atau penggunaan lemak cokelat (brown fat) untuk
memproduksi panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan
meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepinefrin
mencetuskan pemecahana asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas kedalam
sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat dengan
jelas bahkan dapat membuat neonatus cukup bulan yang sehat menjadi lelah.
Pada caara
kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas. Lapisan lemak coklat
berada pada dan sekitar tulang belakang bagian atas, klavikula dan sternum, dan
ginjal serta pembuluh darah besar. Banyaknya lemak coklat bergantung pada usia
gestasi dan berkurang pada bayi baru lahir yang mengalami retardasi
pertumbuhan. Lemak coklat adalah sumber yang tidak dapat dipengaruhi pada bayi
baru lahir. Penghasilan panas melalui penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai
pada saat bayi lahir akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor
prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan plasenta. Stimulus dingin ketika
kehilangan kehangatan tubuh ibu mencetus aktivitas dalam hipotalamus.
Pesan-pesan kimia dikirim ke sel-sel lemak cokelat. Melalui mediasi glukosa dan
glikogen, sel-sel lemak cokelat menghasilkan energi yang mengubah banyak
vakuola lemak intraseluler kecil menjadi energi panas. Pada bayi baru lahir
yang mengalami hipoglikemia atau disfungsi tiroid, penggunaan cadangan lemak
cokelat tidak berlangsung dengan efisien.
2.1.1.
Definisi hipotermi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu
normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu
ketiak).
Suhu bayi baru lahir dapat dikaji di berbagai tempay dengan jenis
termometer yang berbeda-beda. Dianjurkan bahwa suhu rektal dan aksila tetap
dalam rentang 36,5-37,50C dan suhu kulit abdomen rentang 36-36,50
C. Termometer timpanik inframerah (dua detik dalam telinga) dapat digunakan
untuk mengukur suhu, tetapi mungkin memiliki tingkat reabilitas terendah jika
digunakan pada bayi . suhu inti (rektum) biasanya sedikit lebih tinggi (0,40C)
dari pada suhu diaksila dan dapat mencapai (20C) lebih tinggi.
Suhu aksila dapat meningkat palsu pada seorang bayi yang mengalami stres
dingin akibat metabolisme lemak cokelat. Pengkajian suhu yang tidak kontinu
dapat akurat hanya jika termometer digunakan selama waktu yang adekuat (dua
menit untuk pengukuran di rektum, tiga menit untuk di aksila). Apabila suhu
dikajo dengan sensor kulit abdomen, snsor tersebut harus menyentuh kulit dengan
baik dan ditutup dengan lapisan reflektif. Suhu kulit seharusnya sedikit lebih
rendah dari pada suhu inti.
Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi
sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai
25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001).
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang
berakhir dengan kematian. (Indarso,
F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi
dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
2.1.2.
Penyebab
Penyebab terjadinya
hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak
subkutan tipis.
2. Perbandingan luas
permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan glikogen dan
brown fat sedikit.
4. BBL (Bayi Baru Lahir)
tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. (Indarso,
F, 2001).
5.
Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan
bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).
2.1.3.
Tanda dan Gejala
Gejala awal
hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin.
2.1.4.
Dampak hipotermi
Kehilangan panas neonatus segera berdampak pada keadaan bayi. Dampak
tersebut merupakan akibat peningkatan kebutuhan metabolisme yang disebabkan
oleh usaha bayi baru lahir untuk membuat zona suhu netral.
Akibat
yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :
1.
Hipoglikemi
2.
Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer
dengan metabolisme anaerob.
3.
Kebutuhan oksigen yang meningkat.
4.
Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan
terganggu.
5.
Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan
perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
6.
Shock
7.
Apnea
8. Perdarahan Intra
Ventricular. (Indarso, F, 2001).
2.1.5.
Pencegahan Hipotermi
Pencegahan terjadinya
hioptermi dapat dilakukan beberapa hal:
1.
Hangatkan
dahulu setiap selimut, topi, atau pakaian sebelum kelahiran.
2.
Segera
keringkan bayi baru lahir.
3.
Ganti
selimut basah setelah mengeringkan bayi baru lahir.
4.
Hangatkan
dahulu area resusitasi bayi baru lahir.
5.
Atur
suhu ruangan kelahiran pada 240 C.
6.
Jangan
melakukan penghisapan pada bayi baru lahir di atas alas tempat tidur yang
basah.
7.
Tunda
memandikan bayi baru lahir sampai suhu bayi stabil selama dua jam.
8.
Atur
agar tempat peerawatan bayi baru lahir agar jauh dari jendela, dinding luar,
atau pintu keluar.
9.
Pertahankan
kepala bayi baru lahir tetap tertutup dan badannya dilindungi dengan baik
selama 48 jam.
Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan
bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
Mengeringkan bayi segera setelah lahir. Cara ini merupakan salah satu dari 7
rantai hangat :
1.
Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering
dan bersih.
2.
Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air
ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih.
3.
Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di
dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru).
4.
Memberi ASI sedini mungkin segera setelah
melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan
:
Ø Menyusui bayi.
Ø Pada bayi kurang
bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet.
Ø Selama memberikan ASI
bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
5.
Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam
perjalanan pada waktu rujukan.
6.
Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir
secara mandiri.
7.
Melatih semua orang yang terlibat dalam
pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan
harus menunda memandikan bayi.
Ø Pada bayi lahir sehat
yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan
bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air
hangat.
Ø Pada bayi lahir
dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram
sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik
yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI
dengan baik.
2.1.6.
Penatalaksanaan hipotermi
Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena
dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam
(pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya
dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat
menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non
servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan
bahwa pengelolaan bayi hipotermi :
1.
Bayi cukup bulan
Ø Letakkan BBL pada
Radiant Warner.
Ø Keringkan untuk
menghilangkan panas melalui evaporasi.
Ø Tutup kepala.
-Bungkus tubuh segera.
Ø Bila stabil, dapat
segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.
2.
Bayi sakit
Ø Seperti prosedur di
atas.
Ø Tetap letakkan pada
radiant warmer sampai stabil.
3.
Bayi kurang bulan (prematur)
Ø Seperti prosedur di
atas.
Ø Masukkan ke inkubator
dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle.
4.
Bayi yang sangat kecil
Ø Dengan radiant warner
yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat
diberi plastik pada radiant warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen
36, 5°C. Dengan dinding double.
Ø Kelembaban 40-50%
atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi
dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan,
kelembaban dinaikkan.
Penetalaksanaan hipotermi neonatus resiko tinggi
dengan mempertahankan suhu tubuh untuk menangani hipotermi:
1.
Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah
sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan
bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah
dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup
dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
3.
Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau
kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh
bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh
memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
4.
Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia
sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi
tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
2.2.
Hipertermi
2.2.1.
Definisi
Hipertertmia
adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme pengaturan
panas hipotalamus.
Hipertermy adalah peningkatan suhu inti tubuh yang
dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau
perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma
lahir pada otak atau Malformasi dan obat-obatan. (Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Neonatal).
Hipertermy adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan
disebabkan oleh karena mekanisme pengaturan panas hipotalamus, mungkin
disebabkan oleh meningkatnya produksi panas Endogen (misalnya: saat olahraga
berat, Hipertermia mallana, Neuleptik mallana, Hiperteroidisme lapis), keracunan
Atropin atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sangat panas). (ilmu
kesehatan anak).
Infeksi Sistemik selalu dipertanyakan pada bayi
dengan kenaikan suhu inti tubuhnya. Seharusnya dipertimbangkan juga pemberian
lingkungan yang merubah kontrol panas, tidak jarang ditemukan kenaikan suhu
inti mengikuti kenaikan pamasukan panas pada reduksi Bilirubin, juga dapat
terjadi pada inkubator yang diletakkan dibawah sinar matahari.
Bayi yang bersuhu tinggi akibat lingkungan akan
vasodildtasi untuk menghilangkan panas,ekstrimitas dan badan bayi akan
mempunyai suhu yang hampir sama, bayi yang terkena sepsis vasokontriksinya dan
ekstrimitasnya lebih dingin dari pada bagian tubuh lainnya. Kadang-kadang
disebut Gradien “Perut Jari Kaki” (Tummy Toe). Saat kaki 2-3° C lebih dingin
dari perut, waktunya dilakukan fungsi spinal. Lingkungan yang terlalu panas
juga cukup berbahaya bagi neonatus.
2.2.2.
Etiologi
§ Lingkungan yang
panas.
§ Pancaran sinar
matahari yang terlalu lama
§ Infeksi
sistemik.
§ Dehidrasi
§ Sepsis
2.2.3.
Macam-macam hipertermi
·
Hipertermia Maligna
Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa
terjadi saat terjadi pajanan pada lingkungan yang sangat panas atau pada
penderita Miopati.
·
Sindrom Neuroleptik
Maligna
Terjadi pasca pajanan agen-agen mirip Fenil Azin dan
dapat dibedakan dengan Hipertermia Maligna.
·
Demam Obat
Kenaikan suhu pada demam obat antara 38-43° celcius.
Agen yang sering menimbulkan demam obat adalah Antibiotik (Penisilin,
sefalosporin ), Antikovulsan (fenitoin), apabila demam obat terjadi maka
tindakan pertama adalah segera hentikan pemberian obat. Demam ini biasanya akan
sembuh dalam 72 jam setelah penghentian pemberian obat.
2.2.4.
Tanda dan Gejala
1. Suhu badannya tinggi
2. Terasa kehausan
3. Mulut kering-kering
4. Anoreksia (tidak selera makan)
5. Nadi cepat dan
6. Pernafasan tidak teratur.
7. Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
8. frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
9. Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat
badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah
10. urine berkurang
2.2.5.
Tindakan/ Pengobatan
1. Bila suhu diduga karena paparan
panas yang berlebihan :
·
Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25ºC – 28ºC).
·
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
·
Periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal.
·
Bila suhu sangat tinggi (<39ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama
10-15 menit dalam air yg suhunya 4ºC lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
2. Bila bayi diletakkan di bawah
pemancar panas atau inkubator
·
Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator, buka inkubator
sampai suhu dalam batas normal.
·
Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian.
·
Beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
·
Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal.
·
Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu.
3. Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5ºC
·
Yakinkan bayi mendapatkan masukan cukup cairan
o
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusui, beri
ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.
o
Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasinya.
·
Periksa kadar glukosa darah,bila kurang 45 mg/dl (2,6 mmol/l), tangani
hipoglikemia.
·
Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi leagi bila suhu tubuh mendapai batas
normal.
·
Setelah suhu bayi normal :
o
Lakukan perawatan lanjutan
o
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam.
·
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
dapat dipulangkan, nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan melindungi
dari pancaran panas yang berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar