Definisi
Seorang
wanita menderita abortus habitualis, apabila ia mengalami abortus
berturut-turut 3 kali atau lebih. Angka kejadian jenis abortus ini adalah 0,4%
dari semua kehamilan. Wanita yang mengalami peristiwa tersebut, umumnya tidak
mendapat kesulitan untuk menjadi hamil, akan tetapi kehamilannya tidak dapat
berlangsung terus dan terhenti sebelum waktunya, biasanya pada trimester
pertama tetapi kadang-kadang pada kehamilan yang lebih tua.(1)
Abortus
habitualis kejadiannya jauh lebih sedikit daripada abortus spontan (kurang dari
1%), lebih sering terjadi pada primi tua.(3)
Diperkirakan
10 sampai 15 persen pasien yang mengalami abortus habitualis memiliki kelainan
rahim dengan septum atau rahim bikornuata pada histerosalpingografi(HSG).
Walaupun 50 persen wanita dengan anomaly tersebut tidak mengalami keguguran,
separuh lainnya harus diperiksa dengan histeroskopi atau dengan metroplasti
abdominal menghasilkan kehamilan aterm pada 75 persen kasus.(1)
2.2 Sebab-sebab abortus habitualis
Walaupun terjadi abortus berturut-turut mungkin
kebetulan, namun wajar untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan
peristiwa berulang ini. Sebab dasar ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui.(2)
·
Kelainan pada zigot
Agar bisa
terjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung dengan selamat, perlu
adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal dengan ovum yang normal pula.
Kelainan
genetic pada suami atau istri dapat menjadi sebab kelainan pada zygote dengan
akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat
memegang peranan dalam abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang
dapat memegang peran dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan
ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami istri, apabila terjadi
sedikit-dikitnya abortus berturut-turut 3 kali, atau janin yang dilahirkan
menderita cacat.(2)
·
Malfungsi endometrium
Malfungsi
endometrium yang mengganggu implantasi dan atau mengganggu mudah dalam
pertumbuhannya.
Dibawah
pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu haid,
tumbuh lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang
di buahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal
endometrium, memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium,
untuk kelak di bawah pengaruh alkaline fosfatase diubah menjadi glucose. Di
samping zat hidrat arang tersebut dibutuhkan pula protein lemak, mineral dan
vitamin untuk petumbuhan mudigah.(2)
Faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan endrometriumadalah (2)
1.
Kelainan hormonal
2.
Gangguan nutrisi
3.
Penyakit infeksi
4.
Kelainan imunologik
5.
faktor psikologis
·
kelainan anatomic pada uterus
kelainan
bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplapsia uteri,
uterus subseptus, uterus bikronis dan sebagainya. Aka tetapi pada kelainan
bawaan seperti uterus bikronis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung
terus dengan baik. Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan
histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah
tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum menganggap kelainan
bawaan uterus tersebut sebagatidak dapati sebabnya.
Diantara kelainan
yang timbul diantara wanita-wanit dewasa terdapat laserasi serviks uteri luas,
tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang inkompeten. Pada laserasi
yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat member perlindungan pada janin
dan dapat terjadi abortus, biasanya pada
kehamilan lewat smester pertama. Hal demikian terjadi pula pada serviks yang
inkompeten, pada kehamilan 14 minggu atau lebih ostium uteri internum
perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan rasa nyeri dan ketuban mulai menonjol.
Jika keadaan ini dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi abortus. Mioma uteri,
khususnya berjenis submukus, dapat mengganggu implantasi ovum yang dibuahi atau
pertumbuhannay di dalam kavum uteri.(2)
·
hipotiroidisme diragukan sebagai
penyebab abortus habitualis, tetapi pemberian tiroid diindikasikan jika fungsi
tiroid tertekan. Fae luteal yang singkat dengan produksi progesterone yang
tidak adekuat yang dibuktikan oleh biopsy endometrium dapat juga merupakan penyebab abortus
habitualis. Tetapi dengan progesterone supositoria vaginal atau obat
penginduksi ovulasi seperti clomiphene citrate atau human menopausal
gonadotropin adalah efektif.(1)
·
Agen infeksius seperti toxoplasma,
mycoplasma, listeria, dan Chlamydia telah diduga sebagai penyebab keguguran
berulang.(1)
·
Penyakit pembuluh darah kolagen
seperti lupus eritematosus sistemik telah dihubungkan dengan insiden abortus
sebesar 40%, kemungkinan karena gangguan aliran darah.(1)
·
Kini terdapat banyak kebingungan mengenai etiologi
spontan . meskipun banyak faktor yang mengakibatkan gugurnya satu kehamilan,
terdapat faktor yang relatif sedikit pada pasangan yang mengalami keguguran
secara berulang. Hubungan sebabp-akibat pada masing-masing pasien sering sulit
dipastikan.(4)
2.3 Faktor-faktor penyebab (4)
Faktor-faktor ibu umum secara umum
1.
Infeksi
Meskipun saat ini diketahui bahwa mikroorganisme dapat mengakibatkan aborsi
spontan , penyebab infeksi yang bertanggung jawab atas gugurnya kehamilan
tertentu sering sulit dikenali secarategas. Beberapa mikroorganisme mempunyai
efekj lokal khusus terhadap konsepsi(misalnya rubella). Sementara infeksi
dengan penyebab yang lain dapat menyebabkan efek sistemik umum dan demam yang
mengakibatkan aborsi.
2.
Paparan lingkungan
Bukti dari epidemiologi dari mata rantai sebab-akibat diantara paparan
diantara penyebab yang memeiliki potensi mutagenik atau teratogenik dan aborsi
berikutnya jarang terdapat. terhadap hal
ini adalah merokok dan komsumsi alkohol oleh ibu , dimana terdapat bukti dimana
meningkatnya insiden aborsi yang normal secara kromosom. Wanita yang merokok 20
rokok tiap hari dan minum lebih dari 7 minuman mengandung alkohol standar
perminggu, resiko aborsi spontannya meningkat empat kali lipat.
3.
Faktor-faktor psikologis
Terdapat bahwa sedikit bukti bahwa syopk fisik atau emosional mendadak
dapat menyebabkan gugurnya suatu kehamilan berikutnya. Tetap[i faktor-faktor
psikodinamik dapat ikut menimbulkan etiologi aborsi yang berualng pada beberapa
kasus dan mungkin beberapa faktor utama pada kesempatanh yang jarang terjadi.pentingnya
dukunghan psikologis dan kenyakinan yang bertsemangat tidak dapat
dilebih-lebihkan dalam penanganan pasien yang abortus berulang.
4.
Kelainan sistemik
Tiga kelainan medis umum yang biasanya berhubungan dengan aborsi spontan
adalah diabetes mellitus , hipotiroidisme. Buktin yang menghubungkan diabetes
dengan sebagian besar penelitian yang tidak dapat menunjukkan suatu perbedaan
yang menyakinkan dalam unjuk kerja reproduksi antara pasien dengan diabetes
mellitus yang tak terkendali dan yang terkendali. Hipotiroidisme yang
berat biasnya berhubungan dengan ovulasi
yang terganggu dari pada aborsi yang spontan tetapi secara khusus diuji kalau
terdapat tanda-tanda klinik lain yang menunjukkan keadaan itu.
Resiko abortus meningkat bersama
umur ibu, dan penelitian yang dihubungkan dengan prosedur diagnostik sebelum
lahir telah mengungkapkan bahwa kalau janin yang hidup terlihat dengan
ultrasonopgrafi pada 8 minggu umur gestasi, kurang dari 2% akan mengalami
keguguran secara spontan kalau ibu berusia dibawah 30 tahun. Tetapi kalau usia
lebih dari 40 tahun , resikonya lebih dari 10 % dan dapat setinggi 50% pada
usia 45 tahun .
5.
Kelainan rahim
Kelainan rahim telah diketahui berhubungan dengan gugurnya kehamilan.
Kelainan itu mungkin ketidakmampuan servik , kelainan bawaan pada fundus rahim
, dan kelainan dapatan pada fundus rahim.
Ketidakmampuan servik terjadi dalam
beberapa keadaan , ketidakmampuan dapat anatomik, dan biasanya akibat cedera
dalam bentuk dilatasi yang cepat dengan perobekan pada serat. Ini paling
sewring terjadi akibat dilatasi mekanik pada saat pengakhiran kehamilan dengan
aspirasi, tetapi dapat pula terjadi pada saat kuretase.
Kelainan rahim dapatan, pengaruh distorsi dapatan yang paling sering
ditemukan pada rahim adalah pertumbuhan fibroids submukosa.
2.4 Diagnosa
Limabelas persen kehamilan klinis
berakhir pada keguguran, biasanya karena kelainan embrionik nonrekuren yang
letal. Riwayat yang lengkap adalah sangat menolong dalam membedakan keguguran
kehamilan karena serviks yang inkompeten. .(1)
Keguguran kehamilan yang terjadi dalam trimester kedua
dengan dilatasi serviks yang tidak nyeri, terutama pada pasien dengan kelainan
anatomi serviks, mengarahkan diagnosis servik inkompeten. Pasien dengan riwayat
tersebut harus diikuti secara cermat dan dipertimbangkan untuk cerclage. .(1)
Keguguran kehamilan yang terjadi dalam trimester
pertama, didahuluioleh nyeri dan perdahan, mengarahkan diagnosis abortus
spontan. Relative tingginya keguguran spontan menyebabkan kemungkinan dua
keguguran secara berturut-turut lebih tinggi. .(1)
Pemeriksaan yang lengkap untuk abortus habitualis
diindikasikan setelah keguguran ketiga. Pada hingga 30% wanita terdapat pase
luteal yang tidak adekuat.pada 30% lainnya terdapat kelainan rahim, dan sampai
10 sampai 15 persen abortus habitualis melibatkan factor genetic. Pasien
lainnya memiliki penyebab infeksi, imunologi, atau penyebab medis lainnya dari
keguguran yang berulang. .(1)
2.5 Pemeriksaan rahim
Prisedur
diagnostic utama yang digunakan dalam memeriksa rahim adalah
histerosaalfingografi yang menggunakan zat warna radio opak, mengandung yodium,
dan larutan dalam air. Prosedur di lakukan secara rawat jalan dan memberikan
informasi tentang patensi tuba serta kontur intra uterin.
Jika ditemukan kontur intra uterin
yang normal, pemeriksaan rahim dianggap relative. Kelainan-kelainan yang
mungkin di temukan adalah defek pengisian yang kecil dan terisolasi atau suatu
septum intrauterine. Tetapi kelainan radiografik tersebut tidak selalu disertai
dengan abortus habitualis dan banyak wanita dengan malformasi rahim tidak
mengalami keguguran. .(1)
Mungkin untuk mengenali
septum semata-mata berdasarkan kontur intrauterine pada histerosalfingogram.
Laparoskopi dan histeroskopi diagnostic harus dilakukan untuk memperjelas bahwa
kontur rahim eksternal adalah normal untuk membuat identifikasi yang kuat
tentang septum intrauterine. Walaupun ditemukan defek pengisisan, laparoskopi
adalah sangata menolong, karena pembedahan terapeutik dengan histereskop adalah
paling aman dilakukan di bawah visualisasi laparoskopi langsung.(1)
Jika pada saat
pembedahan ditemukan polip, mioma submukosa dan atau sinekia, mereka dapat
direksesi dengan menggunakan resektoskop urologis, yang menghasilkan kontur
intrauterine yang halus dan normal. Jika ditemukan sinekia, dianjurakan untuk
memasang kateter foley pediatric ke dalam rahim selama beberapa hari setelah
pembedahan dan memberikan esterogen untuk mencegah kambuhnya perlekatan.(1)
2.6 Penilaian Endokrin
Diabetes mellitus yang tidak terkendali telah
dihubungkan dengan insiden keguguran yang lebih tinggi dari biasanya. Penderita
diabetes yang ingin hamil harus mendapatkan pengendalian yang optimal baik
sebelum dan setelah konsepsi, karena hiperglikemi dapat bersifat teratogenik. (1)
Hiperprolaktinemia adalah berhubungan dengan berbagai
gangguan ovulasi, mulai dari anovulasi sampai fase luteal yang tidak adekuat. (1)
Disfungsi tiroid adalah penyebab anovulasi yang
jarang, pemeriksaan tiroid harus termasuk tiroksin (T4) serum, kapasitas pengikat
tiroksin (RT3 uptake), dan TSH. Kadar T3 serum mungkin berguna jika dicurigai
terdapat hipotiroidisme terapi penggantian tiroid empiris tidak memiliki
manfaat.
(1)
Hipotiroidisme harus diterapi dengan pemberian tiroid
dan fungsi tiroid diikuti, peningkatan kadar prolaktin yang menyertai
hipertiroidisme kembali menjadi normal jika diberikan penggantian tiroid yang
adekuat. Hipertiroidisme dapat terjadi tanpa takikardia dan hipermetabolisme
yang klasik. (1)
2.7 Penilaian Genetik
Karyotipe dengan pemitaan (banding) adalah prosedur
diagnostic baku untuk pemeriksaan genetic pada umumnya dan untuk pemeriksaan
abortus habitualis pada khususnya. (1)
Jika telah terjadi tiga keguguran berturut-turut, atau
jika telah terjadi satu atau lebih keguguran dengan anak yang abnormal, kedua
orang tua harus diperiksa karyotipe. Pada sebagian besar kasus karyotipe
parental adalah normal, dan hanya 4% pasangan dengan riwayat abortus habitualis
menunjukan karyotipe yang abnormal. (1)
Karyotipe janin yang abnormal dan nonrepetitif adalah
temuan yang paling sering. Pada situasi tersebut jika orang tua memiliki
karyotipe yang normal, mereka harus diberitahu bahwa kesempatannya adalah sama. (1)
2.8 Pemeriksaan Penyakit Infeksi
Salah satu kelompok infeksi akut yang dapat
menyebabkan keguguran dan anomaly janin dikenal dengan akroning TORCHES infeksi
toxoplasmosis akut menyebabkan keguguran, tetapi titertosoplasmosis yang
positif menyatakan bahwa wanita tersebut telah terpapar oleh penyakit dan
memiliki kekebalan. Hal yang sama berlaku untuk rubella, dan semua wanita
nonimun harus dipaksinasi serta menunda kehamilan selama 3 bulan.
Cytomegalovirus dan Herpes keduanya menyebabkan eguguran selama ineksi
sistematik akut. (1)
Infeksi bakteri intrauterine juga disebut sebagai
penyebab abortus habitualis. Biakan servik tidak berguna dalam situasi tersebut
dan biakan rahim harus didapatkan. Jika ditemukan organism aerobic dan
anaerobic intrauterine, infeksi harus diterapi dengan antibiotika yang tepat. (1)
2.9 Penilaian Imunologis
Janin tampaknya terlindungi dari penolakan imunologis
karena 2 faktor yaitu efek imunosupresif dari progesterone dan adanya antibody
IgG yang bekerja dengan menghambat antigen janin dan membuat janin tidak
dikenali sebagai asing oleh system imunologis maternal. Selain itu, timbul
factor kehamilan dini dalam beberapa hari setelah fertilisasi yang memiliki
sifat imunoupresif yang menghambat aktifitas lymposid maternal. Aktifitas ini
berkembang sampai trimester III pada kehamilan normal tetapi terdapat pada
kadar yang rendah pada wanita yang mengalami abortus spontan. (1)
2.10 Penanganan
Biasanya
wanita dengan abortus habitualis datang kedokter tidak lama setelah ia
mengalami abortus untuk sekian kalinya. Jika ia belum hamil lagi , hendaknya
waktu itu digunakan untuk melakukan pemeriksaan lengkap dengan usaha mencari
kelinan yang mungkin menyebabkan abortus habitualis itu. (2)
Disamping
poemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentruk badan penderita,
dilakukan pula pemeriksaan pada suami istri, antara lain pemeriksaan darh dan
urin rutin, pemeriksaan golongan darah, factor Rh, dan tes terhadap sifilis,
selanjutnya pada isteri dibuat kurve harian glukosa darah , dan diperiksa
fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma. (2)
Perlu
diselidiki pula , apakah ada kelainan anatomic, baik kelainan bawaan, atau
kelainan yang terjadi sertelah melahirkan.laserasi pada servik uteri dan adanya
mioma uteri, dapat ditemukan pada pemeriksaan ginekologik, sedang mioma uteri
submukosum, uterus septus dan servik uteri inkompoten dapat diketahui dengan
melakukan histerografi. Kadang-kadang perlu dilakukan laparoskopi untuk
mendapat gambaran yang jelas tentang kelainan anatomic pada uterus. (2)
Pada
wanita dengan abortus habitualis yang
datang dalam keadaan yang sudah hamil lagi, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
seperti diatas, kecuali yang dapat mengganggu kehamilan. (2)
Jika
penderita dengan abortus habitualis ditemukana kelainan bawaan seperti uterus
bikornis atau uterus septus, dan ada keyakinan bahwa tidak ada factor lain yang
menyebabkannya, dapat dilakukan (diluar kehamilan) operasi plastic pada uerus
seperti operasi menurut strassman.pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama.(2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar