Laman

Cari Materi

Selasa, 28 Agustus 2018

KEJANG DAN PERDARAHAN TALI PUSAT PADA BAYI


Kejang
2.1.1    Definisi Kejang
Kejang pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurologis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. Periode bayi baru lahir (BBL) dibatasi sampai hari ke 28 kehidupanpada bayi cukup bulan, dan untuk bayi premature, batasan ini digunakan sampai usia gestasi 42 minggu.
Kebanyakan kejang pada BBL timbul selama beberapa hari. Sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak. Kejang pada neonatus relatife sering dijumpai dengan manipestasi klinis yang berfariasi. Timbulnya sering merupakan gejala awal dari gangguan neurologi dan dapat terjadi gangguan pada kognitif dan perkembangan jangka panjang.

2.1.2    Penyebab
Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus menerus dan berlebihan.
Volpe mengemukakan 4 kemungkinan alasan terjadi depolarisasi yang berlebihan, yaitu:
·         gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energi
·         selisih relatife antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
·         perubahan membrane neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium.

                   Penyebab kejang pada neonatus:
1.             Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2.             Perdarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma pada kepala. Perdarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan kejang.
3.             Gangguan metabolik
a.              Kekurangan kadar gula darah(hipoglikemi), sering timbul dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes mellitus (DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang lebihjarang timbul pada ibu penderita DM, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
b.             Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderita hiperparatiroidisme.
c.              Kekurangan natrium (hiponatremia)
d.             Kelebihan natrium (hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi atau pemakaian bikarbonat berlebihan.

2.1.3    Tanda dan gejala
·         Riwayat kejang
·         Ada tanda dan gejala kejang
·         Tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun
·         Menangis melengking tiba-tiba
·         Gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak
·         Mulut mencucu
·         Kaku seluruh badan dengan atau tanpa rangsangan

2.1.4    Penatalaksanaan
Pertahankan homeostasis sistemik (pertahankan jalan nafas, usaha nafas dan sirkulasi)
v  Terapi etiologi spesifik :
·         Dekstrose 10% 2 ml/kg BB intravena bolus pelan dalam 5 menit
·         Kalsium glukonas  10 % 200 mg/kg BB intravena(2 ml/kg BB) diencerkan aquades sama banyak diberikan secara intra vena dalam 5 menit (bila diduga hipokalsemia)
·         Antibiotika bila dicurigai sepsis atau meningitis
·         Piridoksin 50 mg IV sebagai terapeutik trial pada defisiensi piridoksin, kejang akan berhenti dalam beberapa menit
v  Terapi anti kejang :
·         Diazepam
·         Fenobarbital : Loading dose 10-20 mg/kg BB  intramuskuler dalam 5 menit, jika tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit.
·         Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin: loading dose 15-20 mg/kg BB intra vena dalam 30 menit.
·         Rumatan fenobarbital dosis 3-5 mg/kgBB/hari dapat diberikan secara intramuskuler atau peroral dalam dosis terbagi tiap 12 jam,dimulai 12 jam setelah loading dose.
·         Rumatan fenitoin dosis 4-8 mg/kgBB/hari intravena atau peroral dalam dosis terbagi tiap 12 jam.

Penghentian obat anti kejang dapat dilakukan 2 minggu setelah bebas kejang dan penghentian obat anti kejang sebaiknya dilakukan sebelum pulang kecuali didapatkan lesi otak bermakna pada USG atau CT Scan kepala  atau adanya tanda neurologi abnormal saat akan pulang.

2.2       Perdarahan Tali Pusat
2.2.1    Pengertian Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.
2.2.2    Etiologi
1.   Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena :
a.       Patus precipitates
b.      Adanya trauma atau lilitan tali pusat
c.       Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat persalinan
d.      Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau placenta sewaktu sectio secarea

2. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena :
a.       Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi
bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi
b.       Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut pecah
c.       Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding
pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh
dan mudah pecah

3.      Robekan pembuluh darah abnormal. Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya
dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah seperti :
a.       Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan jely Wharton
b.      Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya dalam placenta tidak adda
proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda
c.        Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang menghubungkan masing- masing lobus dengan jaringan placenta karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah
pecah

4.      Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta
Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat membahayakan bayi. Pada kasus placenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrutio
placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat terjadi anoreksia.
Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada bayi baru lahir, pada bayi baru lahir dengan kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.

2.2.3        Tanda dan Gejala
·         Pucat
·         Lemah
·         Reaksi terhadap rangsangan berkurang
·         Kesadaran menurun
·         Nadi dan denyutan pembuluh darah tali pusat tidak teraba
·         Takhikardi (nafas Cepat)
·         Bunyi jantung lemah
·         Pernapasan dangkal

2.2.4        Penatalaksanaan
1)      Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang    terjadi
2)      Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
3)      Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar