2.1.
Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ
sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari
ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua
sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan
lebar kurang dari 1 inchi, ovarium
akan mengecil setelah menopause.
2.2.
Fungsi Ovarium
Ovarium
memiliki dua fungsi yaitu:
a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan
satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan
adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan
(fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang
menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan
dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.
b. Memproduksi hormon estrogen dan
progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan
payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus
menstruasi.
2.3.
Kanker ovarium
Kanker ovarium berasal dari sel -
sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal.
Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya
terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan
sebagai kanker ovarium.
Menurut data statistik American
Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4% dari seluruh keganasan pada
wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker,
diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan
kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak
50 tahun yang lalu.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial
tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen
atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5
tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan
II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
2.4.
Faktor resiko kanker ovarium
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa
hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai
berikut:
a. Sindroma herediter kanker kolorektal
nonpolipoid
b. Riwayat keluarga kanker ovarium dan
kanker payudara
c. Riwayat keluarga kanker kolon dan
kanker endometrial
d. Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
e. Wanita yang tidak memiliki anak
(nullipara)
f. Wanita yang memiliki anak > 35
tahun
g. Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
2.5. Tanda Dan Gejala
Tidak ada atau gejala awal yang
spesifik dari kangker ovarium ini. Gejala yang dirasakan tidak khas seperti ;
a) Haid tidak teratur
a) Haid tidak teratur
b) Ketegangan
menstrual yang mengikat
c) Cara menstrual
yang banyak
d) Monopous dini
e) Rasa berat pada
panggul
f) Sering
berkemih
g) Konstipasi
h) Dyspepsia
i) Rasa
tidak nyaman pada abdomen
j) Tekanan
pada pelvis
k) Anemi
l) Sesak
nafas
m) Penurunan berat badan
n) Asites
2.6. Stadium Kanker
Stadium kanker
biasanya ditentukan sebelum tindakan bedah. Akan tetapi tumor pada ovarium,
stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi. Penentuan
stadium dengan laparatomi akan lebih akurat, karena perluasan tumor dapat
dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patogi, sehingga terapi dan
prognosis dapat ditentukan lebih akurat.
Klasifikasi
stadium yang biasanya dipergunakan untuk tumor ganas adalah menurut FIGO yaitu:
Stadium
|
Batasan
|
I
|
Pertumbuhan tumor terbatas dalam ovarium
|
IA
|
Pertumbuhan tumor ganas di satu ovarium dan tidak ada
ascites
|
IB
|
Tumor terbatas di dua ovarium dan tidak ada ascites
|
IC
|
Tumor terbatas di satu atau kedua ovarium, sitologi
ascites atau periksaan sitologi cairan peritoneum, positif sel kanker.
|
II
|
Tumor di satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan
dalam pelvis
|
IIA
|
Tumor di satu atau kedua ovarium dengan pertumbuhan dalam
pelvis minor dan pada pembedahan tumor terangkat seluruhnya.
|
IIB
|
Tumor meluas pada jaringan pelvis lain dan pada
pembedahan tumor tidakterangkat seluruhnya.
|
IIC
|
Seperti II A atau II B tapi ascites atau pemeriksaan
cairan periotoeum, positif sel kanker.
|
III
|
Tumordi satu atau kedua ovarium dengan metastasis pada
peritoneum di luar panggul dan kelenjar getah bening retroperitorial atau
keduanya. Tumor terbatas pada panggul kecil depan dengan
metastasis ke dinding usus dan omentum, buktikan dengan histopatologik.
|
IV
|
Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh
metastasis ke hati atau adanya efusi peluru yang dibuktikan dengan sitologi
juga digolongkan stadium IV
|
Khasus
|
Kasus yang tidak dilakukan laparotomi, tapi diduga
karsinoma ovarium
|
2.7.
Jenis kanker
ovarium
2.7.1.
Tumor epithelial
Tumor epitelial ovarium berkembang
dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari
epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial
ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling
sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker
ovarium.
Gambaran tumor epitelial yang secara
mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor
bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat
Potential).
Beberapa gambaran EOC dari
pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih.
2.7.2.
Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel
yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun
beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma,
dysgerminoma dan tumor sinus endodermal.
Insiden keganasan tumor germinal
terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi
kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium
dini hanya mencapai 10 - 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium
germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.
2.7.3.
Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari
jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan
tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.
2.8.
Derajat
keganasan kanker ovarium
a.
Derajat 1 : differensiasi baik
b.
Derajat 2 : differensiasi sedang
c.
Derajat 3 : differensiasi buruk
d.
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan
prognosis akan lebih baik.
2.9.
Tanda dan keluhan kanker ovarium
Kanker ovarium sulit terdeteksi,
hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal,
keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:
a. Pembesaran abdomen akibat penumpukan
cairan dalam rongga abdomen (ascites)
b. Gangguan sistem gastrointestinal;
konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
c. Gangguan sistem urinaria;
inkontinensia uri
d. Perasaan tidak nyaman pada rongga
abdomen dan pelvis
e. Menstruasi tidak teratur
f. Lelah
g. Keluarnya cairan abnormal pervaginam
(vaginal discharge)
h. Nyeri saat berhubungan seksual
i.
Penurunan berat badan, dll
2.10.
Deteksi dini kanker
ovarium
Semakin dini tumor ovarium ditemukan
dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang
sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:
a. Pemeriksaan pelvik dan rektal :
termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran
yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium
dini kanker ovarium.
b. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang
ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk
tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi
keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah.
c. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125
digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium,
wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125
(>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 %
pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid
uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi
peningkatan kadar CA-125.
2.11.
Diagnosis kanker ovarium
Melihat
topografi ovarium hampit tidak memungkinkan kita melakukan deteksi dini tumor
ganas ovarium oleh karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis berdasarkan
atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang
sudah agak lanjut, yaitu:
a. Gejala
desakan à yang dihubungkan dengan
pertumbuhan primer dan infertilitas ke jaringan sekitar.
b. Gejala
diseminasi à yang diakibatkan oleh implantasi
peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites (penimbunan cairan bebas dalam
cavum peritonei).
c. Gejala
hormonal à yang bermanifestasi sebagai
defeminisasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme; intensitas gejala ini
sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi
abdominal akan mendapat tumor atau massa, di dalam panggul dengan
bermacam-macam konsistensi mulai dari yang kistik sampai yang solid (padat).
Kondisi yang sebenarnya dari tumor
jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik.
Antara lain :
a. Anamnesis
Keluhan penderita terbayak adalah merasa tidak enak atau
terasa berat di perut bagian bawah dan sering disertai sakit. Perut makin lama makin
besar. Kadang-kadang terjadi pendarahan diluar haid.
b.
Pemeriksaan Fisik
Dirongga perut teraba masaa tumor dan sering disertai
asites. Perabaan bimanual jelas tumor pada rongga pelvis. Tumor sel granulos
pada anak-anak / pubertas lebih mudah dikenal secara klinis, selain adanya
pertumbuhan seks sekunder prekoks, juga rongga abdomen membesar. Amenorea,
afrofi payudara dan hipertopi klitoris dijumpai pada penderita androplastoma.
Adanya asistes diserta masa tumor pada rongga pelvic, terduga tumor ganas.
c.
Laboratorium
Kanker ovarium dapat didentifikasi dengan pemeriksaan
beberapa tumor marker serum penderita. CA 125 merupakan tumor marker kanker
ovarium. AFP dan CEA sering dipergunakan untuk identifikasi kanker ovarium.
Pemeriksaan HGG dipergunakan untuk diagonosis preoperative karsinoma ovarium
yang berasal dari germ cell.
d.
Radiology
Ultrasonografi mempunyai kapasitas untuk membedakan
antara tumor solid dan kristis ovarium. Evaluasi peluasan kanker ovarium pada
jaringan sekitar dapat diramalkan oleh USG. Computed tomography lebih praktis,
mudah diaplikasi dan akurasi diagosiknya lebih tinggi serta dapat mengevaluasi
perluasan dinding tumor pada dinding vesika urinaria dan usus.
e.
Laporaskopi
Dapat digunakan untuk menentukan stadium. Apabila
penderita yang sudah mendapat kemoterapi / radioterapi menolak untuk laporotomi
kedua ( second-look) salah satu cara untuk melihat kemajuan pengobatan adalah
laporoskopi.
f.
Biopsy Aspirasi Jarum Halus
Pemeriksaan
sitologi biopsy aspirasi sering dipergunakan untuk mendiagnosis berbagai tumor
di rongga abdomen. Akan tetapi untuk neoplasma ovarium tidak banyak
dipergunakan karena pada setiap neoplasma di ovarium laporatomi dapat
dilakukan.
g.
Sitologi Eksfoliatif
Untuk
menetukan stadium tumor ovarium diperlukan pemeriksaan sitologi cairan asites
ataupun cairan bilasan.
h.
Histopatologi
Diagnosa
defenitif tumor ovarium biasanya berdasarkan histopatologi blok paraffin. Akan
tetapi histopatologi dapat juga dilakukan durate operasi yang bertujuan untuk
memperoleh diagnosis yang cepat.
2.12.
Penatalaksanaan kanker ovarium
a. Operasi ( Pembedahan )
Pembedahan
merupakan pilihan utama. Pembedahan juga amat penting sebagai tindakan primer
pada penderita dengan penyakitnya yang ekstensif ialah dengan cara mengangkat
sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan mamungkinkan meskipun tidak semua
jaringan tumor dapat diangkat seluruhnya.
Tindakkan bedah tergantung pada stadium tumor. Tumor I dan II
biasanya dilakukan salviagonerektomi. Pada golongan resiko rendah ( stadium Ia
dan Ib dengan histopologi karsinoma borderline / deferensiasi baik), AKH 5
tahun 90 % tanpa terapi aiuvan. Pada golongan resiko tinggi ( stadium Ic dan II
), AKH 5 tahun 50 % tanpa ajuvan terapi. Tindakan Sitoreduksi biasanya
dilakukan pada stadium lanjut dimana tumor tidak diangkat seluruhnya, sehingga
kemoterapi / radiology lebih efektif.
b. Radioterapi
Radioterapi dapat diberikan kepada
penyakit yang tingkatannya lebih lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak
doberikan bersamaan dengan kemoterapi. Radioterapi dianggap tidak lagi
diberikan dalam penanganan tumor ganas ovarium. Radiasi untuk membunuh sel-sel
tumor yang tersisa hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar
(radiosensitive).
c. Kemoterapi
Diberikan pada kanker ovarium stadium lanjut bertujuan untuk
terapi paliatif ataupun ajuvan. Sitostratika golongan alkilating antara
Mephalan (Alkeran), cyclophoshamid, Chloambucil (leukeran) dikenal sebagai
kemoterapi tunggal kanker ovarium yang memberikan respon baik.
Adanya asites mungkin dapat
dikendalikan dengan Kemoterapi
intraperitoneal. Isotop radioaktif sekarang jarang digunakan pada penanganan
tumor ganas. Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering menggunakan
preparat hormone progrstativa.
2.12.1.
Kanker ovarium epithelial
a. Stadium I : Pilihan terapi stadium I
dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi
bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai
histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan
abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan
diferensiasi buruk atau stadium IC pilihan terapi berupa:
·
Radioterapi
·
Kemoterapi sistemik
·
Histerektomi total abdominal dan radioterapi
b. Stadium II: Pilihan terapi
utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan
memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.
c. Stadium III dan IV:
Sedapat mungkin massa tumor dan
daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites,
omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih
memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan
kemoterapi dan atau radioterapi.
2.12.2.
Kanker ovarium germinal
a. Disgerminoma: pengangkatan ovarium
dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau
kemoterapi.
b. Tumor sel germinal lainnya:
pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.
2.12.3.
Kanker ovarium stromal
·
Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP
(paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin),
CC (cyclophosphamide + carboplatin).
Sejak tahun 1993 perkumpulan
ginekologi onkologi (GOG) melaporkan bahwa paclitaxel dengan kombinasi
cisplatin kini merupakan terapi lini pertama untuk kanker ovarium.
Komplikasi
Obstruksi
usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan lanjut yang
dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita
mengizinkan.
Prognosis
Tergantung dari usia dan terutama
luas keganasan disamping jenis histolik tumornya.
Pengamatan
lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/
bagan pengamatan lanjut (follow up
control) adalah sebagai berikut :
·
Sampai 1 tahun setelah
penanganan, setiap 2 bulan
·
Kemudian sampai 3 tahun
setelah penanganan, setiap 4 bulan
·
Kemudian sampai 5 tahun
setelah penanganan, setiap 6 bulan
·
Seterusnya setiap tahun
sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar