PEMBAHASAN
Distosia bahu adalah sebuah peristiwa persalinan yang beresiko.
Meskipun faktor risiko seperti ibu, diabetes dan obesitas makrosomia dapat
diidentifikasi, distosia bahu yang paling sering terjadi pada pasien yang
kekurangan faktor risiko. Banyak manuver telah dijelaskan untuk membantu
operator dalam rilis yang aman dari bahu dan persalinan selanjutnya, namun ada
uji calon telah membandingkan manuver ini sedemikian rupa untuk menyarankan
bahwa satu manuver lebih unggul dari yang lain. Artikel ini menjelaskan
identifikasi pasien pada risiko terjadinya distosia bahu, manajemen klinis dari
distosia bahu, dokumentasi acara dan penggunaan kontemporer latihan dan
pelatihan simulasi untuk meningkatkan kesiapan tim untuk acara tak terduga dan
biasanya tidak dapat dihindari.
Pada presentasi kepala, bahu anterior terjepit di atas
simpisis pubis sehingga bahu tidak melewati penggul kecil atau bidang sempit
panggul. Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas. Distosia
bahu terjadi jika bahu masuk kedalam panggul kecil dengan diameter biakromial
pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai pengganti diameter oblik
panggul yang mana diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter
anteroposterior.
Distosia terjadi ketika kepala sudah lahir dan bahu
sulit untuk dilahirkan baik bahu anterior maupun bahu posterior.. ataupun kedua bahunya
sulit untuk dilahirkan.Bahu sulit untuk dilahirkan ketika ada perbedaan ukuran
antara bahu janin dan ukuran pintu masuk panggul. Bahu janin tetap dalam keadaan
anterior-posterior karena tidak terjadinya putaran pada saat pengeluaran janin.
Distosia bahu ini sering
terjadi pada persalinan pervaginam dan ada komplikasinya
Komplikasi ini terjadi pada sekitar 0.2-3 % persalinan
pervaginam. Distosia bahu ini akan meningkatkan cedera lahir ( tidak terbatas
hanya hipoksia, pleksus brachialis dan bahkan kematian).
Faktor predisposisi terjadinya distosia bahu
1.
Ibu mengalami diabetes
militus. Kemungkinan terjadi makrosomia pada janin. Makrosomia adalah berat
badan janin lebih besar dari 4000 gr.
Diabetes
meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu dan bahkan dapat menambah risiko
yang diberikan oleh faktor lain.[17] ibu yang mengalami
diabetes merupakan faktor resiko untuk terjadinya distosia bahu. Risiko terjadinya distosia bahu antara perempuan
diabetes telah dilaporkan 12,2, 16,7, 27,3 dan 34,8% untuk bayi dengan berat
4000-4250, 4250-4500, 4500-4750 dan 4750-5000 g, masing-masing.[18]
2.
Adanya janin gemuk pada
riwayat persalinan terdahulu.
Faktor resiko
terbesar terjadinya distosia bahu adalah makrosomia. Makrosomia adalah berat
badan lahir bayi lebih dari 4000 g, 4500 g, atau lebih dari 5000 g. bayi yang berat badannya diatas 5000 lebih beresiko untuk mengalami
distosia bahu daripada bayi yang beratnya 4000.
3.
Riwayat kesehatan
keluarga ibu kandung ada riwayat diabetes militus.
a.
Ibu mengalami obesitas
sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir lebih sempit karena ada
jaringan berlebih pada jalan lahir dibanding ibu yang tidak mengalami obesitas.
b.
Hubungan
antara obesitas dan makrosomia diketahui dengan baik. Obesitas didefinisikan
oleh WHO dan NIH sebagai indeks massa tubuh (BMI; wt [kg] ketinggian / [m2])
sebesar 30 atau lebih besar [21] Lahir bobot yang dilaporkan menjadi lebih
besar pada wanita gemuk.
4.
Hasil USG
mengindikasikan adanya makrosomia / janin besar. Dengan ditemukannya diameter
biakromial pada bahu lebih besar daripada diameter kepala.
Untuk mendeteksi
adanya makrosomia dapat dilakukan pemeriksaan manual seperti leopold. Salah
satu cara mendeteksi makrosomia adalah dengan menggunakan USG. USG berfungsi
untuk memprediksi berat badan janin. Sehingga dapat menentukan upaya persalinan
yang akan datang dengan mengetahui berat janin lebih awal. USG pada ibu yang
diabetes
5.
Adanya kesulitan pada
riwayat persalinan yang terdahulu.
Distosia bahu menurut penelitian
adalah mungkin terulang pada ibu yng pernah mengalami distosia bahu. Tingkat
kemungkinan terjadi distosia bahu pada ibu yang pernah mengalami distosia bahu
adalah 1-16%. Hal ini menyebabkan pertimbangan untuk melakukan secsio sesaria.
6.
Terjadi cephalo pelvic disproportion (CPD) yaitu
adanya ketidaksesuaian antara kepala dan panggul yang di akibatkan karena :
·
Diameter
anteroposterior panggul dibawah ukuran normal.
·
Abnormalitas panggul
sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan.
7.
Fase aktif yang lebih
panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang menandakan adanya CPD.
8.
Penurunan kepala sangat
lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
9.
Mekanisme persalinan
tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga memerlukan tindakan
forsep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan
pertimbangan dilaksanakan seksio sesarea.
Lama waktu melahirkan pada
kasus distosia
Lama waktu untuk menolong distosia bahu kurang lebih
5-10 menit
Instrumental Persalinan & distosia bahu
Penggunaan persalinan instrumental
adalah faktor risiko intrapartum hanya yang telah konsisten dikaitkan dengan
distosia bahu. Dalam studi kasus-kontrol perempuan nondiabetes dengan dan tanpa
distosia bahu, Nuemann melaporkan bahwa perempuan mengalami distosia bahu telah
augmentasi tenaga kerja secara signifikan lebih dan persalinan instrumental
lebih. [37]
Komplikasi
Komplikasi distosia bahu pada janin :
1.
Terjadi peningkatan
ansiden kesakitan dan kematian intrapartum. Pada saat persalinan melahirkan
bahu beresiko anoksia sehingga dapat mengakibatkan kerusakan otak.
2.
Kerusakan syaraf.
Kerusakan atau kelumpuhan pleksus brachial (Erb’s) dan keretakan bahkan sampai
fraktur tulang klavikula.
Komplikasi distosia bahu pada ibu :
1.
Laserasi daerah
perineum dan vagina yang luas.
2.
Gangguan psikologi
sebagai dampak dari pengalaman persalinan yang traumatic.
3.
Depresi jika janin
cacat atau meninggal.
Pengelolaan distosia bahu
Manajemen terbaru distosia bahu memerlukan operator yang tenang dan memiliki rencana tindakan yang sudah terencana. Jika distosia bahu telah
didiagnosa maka segera minta bantuan. Bantuan ini dapat di peoleh dari perawat tambahan, ahli anestesi, dokter anak atau neonatologist dan tambahan dokter kandungan atau bidan. Koordinasi ini adalah cara yang tepat
untuk mengatasi kegawatdaruratan ini.
Setelah teridentifikasi adanya
distosia bahu maka penolong segera mempersiapkan diri untuk menolong. Posisi
bokong pasien berada pada ujung tempat tidur untuk memudahkan pertolongan. McRoberts manuver ', yang melibatkan meregangkan paha ibu terhadap perut ibu, umumnya digunakan sebagai manuver pertama karena mudah dilakukan.
Penatalaksanaan distosia bahu (APN tahun 2007)
1.
Mengenakan sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
2.
Melaksanakan episiotomy
secukupnya dengan didahului dengan anestesi local.
3.
Mengatur posisi ibu
Manuver McRobert.
·
Pada posisi ibu
berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh mungkin kea rah dadanya
dan diupayakan lurus. Minta suami / keluarga membantu.
·
Lakukan penekanan ke
bawah dengan mantap di atas simfisis pubis untuk menggerakkan bau anterior di
atas simfisis pubis. Tidak diperbolehkan mendorong fundus uteri, beresiko
terjadi rupture uteri.
4.
Ganti posisi ibu dengan
posisi merangkak dan kepala berada di atas.
·
Tekan ke atas untuk
melahirkan bahu depan
·
Tekan kepala janin
mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007), sebagai berikut
:
1.
Bersikap relaks. Hal
ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam menangani situasi
darurat secara efektif.
2.
Memanggil dokter. Bila
bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter datang, maka dokter
akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
3.
Siapkan peralatan
tindakan resusitasi.
4.
Menyiapkan peralatan
dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
5.
Beritahu ibu prosedur
yang akan dilakukan.
6.
Atur posisi ibu
MCRobert.
7.
Cek posisi bahu. Ibu
diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau
antero posterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan pada dada
janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin sebelah kiri.
Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan
pleksus syaraf brakhialis.
8.
Meminta pendamping
persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk menekan kepala ke arah bawah
dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat
menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan daerah suprapubik
dengan cara kedua tangan saling menumpuk di letakkan di atas simpisis.
Selanjutnya ditekan kea rah luar bawah perut.
9.
Bila persalinan belum
menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena dapat mengganggu turunnya
bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan dalam untuk mencari
kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan memeriksa
kemungkinan :
·
Tali pusat pendek.
·
Bertambah besarnya
janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena tumor.
·
Lingkaran bandle yang
mengindikasikan akan terjadi rupture uteri.
10.
Mencoba kembali
melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan dapat dilahirkan.
11.
Lakukan tindakan
perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkscrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood.
Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam,
kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan
berlawanan arah dengan jarum jam putar 180ยบ, lakukan gerakan pemutaran paling
sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar
belakang disertai dengan penekanan daerah suprapubik.
12.
Bila belum berhasil,
ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
13.
Bila tetap belum
berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan clavikula anterior kemudian
melahirkan bahu anterior, bahu posterior dan badan janin.
14.
Melakukan maneuver
Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala kembali ke dalam jalan
lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina, selanjutnya kepala janin di
tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dan didokumentasikan pada saat persalinan:
- Siapa saja yang akan
menolong persalinan tersebut, dan apa saja peran yang para penolong lakukan
- Perhatikan faktor
resiko terjadinya distosia bahu
- Perkiraan berat janin dan pelvimetry
- Dokumentasi kelainan kerja
- Jenis anestesi, jika ada
- Waktu dari persalinan kepala
- Waktu dari persalinan bahu
- Posisi kepala janin pada saat persalinan
- Yang bahu adalah bahu anterior
- Manuver yang
digunakan untuk mencapai persalinan dan urutan di mana mereka digunakan
- Apakah episiotomi dilakukan dan jika lecet
dipertahankan
- Apakah luka ibu yang berkelanjutan
- Apakah luka janin diidentifikasi
- Kondisi bayi saat lahir
- Hasil analisa gas tali pusar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar