Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal
Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil
2.1.1. Pemeriksaan
Keadaan Umum
Pemeriksaan
keadaan umum meliputi penampilan, status nutrisi, tekstur kulit, pigmentasi,
sikap tubuh dan emosi ibu.
2.1.2. Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil
Pemeriksaan
fisik pada ibu dilakukan setelah dilakukannya anamnesa. Sebelum memulai pemeriksaan, perawat harus
menjelaskan pada ibu dan keluarga apa yang akan dilakukan. Berikan mereka waktu untuk mengajukan
pertanyaan sehingga mereka dapat memahami pentingnya pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin
serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Pada
pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil
maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan
dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan
baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan perhitungan umur kehamilan dan pada
umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.
Banyak
ibu merasa malu membuka bajunya dan memperlihatkan bagian tubuhnya, hal ini
perlu diperhatikan oleh perawat untuk menjaga privasi pasien tutuplah bagian
tubuhnya ibu dengan kain, sehingga hanya bagian tubuh yang diperiksa saja yang
terbuka. Ibu hendaknya diperiksa dengan sentuhan yang hati-hati dengan sikap
bersahabat sambil menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alasan melakukannya.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
tekanan darah; berat badan; tinggi fundus uteri (tafsiran berat janin);
auskultasi (mengetahui denyut jantung janin); palpasi abdominal untuk
mendeteksi kehamilan ganda (setelah UK 28 minggu); manuver Leopold untuk
mendeteksi kedudukan abnormal (setelah 36 minggu).
2.1.3. Pemeriksaan
Kehamilan
2.1.3.1. Peralatan Pemeriksaan
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting
adalah bagaimana seorang perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan
tangannya untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang
diperiksanya. Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan
bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dengan baik
dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai kemampuan untuk menilai
serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil.
Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih
dan siap pakai. Adapun alat–alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil
diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter,
stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka
panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu
pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan).
2.1.3.2. Komponen
Pemeriksaan Fisik Pada Kunjungan Antenatal Pertama
1. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Tinggi
Badan.
Pada
wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur tinggi badannya.
Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145
cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung
kurang lancar. Perbandingan tinggi dan berat badan memberi gambaran mengenai
keadaan gizi dan balita.
2. Berat
badan.
Pada
tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau ulangan, berat badan
perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda
bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam trimester I berat badan
wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasanya menurunkarena kekurangan nafsu
makan. Dalam trimester terakhit terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat
badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita hamil bertambah
kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan
kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih
dari 0.5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklampsi.
3. Tanda –
tanda vital.
Tekanan darah, denyut nadi, dan suhu. Dalam keadaan
normal tekanan darah daloam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak
melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat
tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklampsi. Umumnya ,
ibu hamil akan mengalami penurunan tekanan darah (hipotensi), terutama di usia
kehamilan 20 minggu hingga maksimal di usia 32 minggu. Jika penurunan ini
terjadi secara gradual atau perlahan dan tak menimbulkan keluhan, maka
terbilang normal, karena sesudah itu tekanan darah akan kembali normal atau
sedikit lebih rendah dari normal. Kisaran tekanan darah normal yang umum adalah
terendah 80/60 dan paling tinggi 120/80.
Hipotensi
terjadi bila tekanan darah ibu berada di bawah dari biasanya. Misalnya tekanan
darah ibu normalnya adalah 100/70 kemudian turun menjadi 80/60, ini dapat
dikatakan tidak normal. Penurunan ini dapat menimbulkan keluhan seperti pusing
dan mata berkunang-kunang.
Pada ibu
hamil, tekanan darah yang menurun ini bersifat fisiologis atau terjadi karena
adanya kehamilan. Secara ilmiah penyebabnya bisa diterangkan sebagai berikut;
saat hamil, tubuh ibu memproduksi hormon progesteron. Hormon ini memengaruhi
otot-otot menjadi lebih relaks. Kemudian memengaruhi pembuluh-pembuluh darah
ibu yang cenderung melebar. Pelebaran pembuluh darah inilah yang membuat
tekanan darah menurun.
2. Kepala, Leher dan Wajah
Pemeriksaan fisik pada kehamilan
dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi),
periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). Pemeriksaan dilakukan dari
ujung rambut sampai ke ujung kaki, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara
sistematis atau berurutan. Pada saat
melakukan pemeriksaan daerah dada dan perut, pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dilakukan secara berurutan dan bersamaan sehingga tidak adanya kesan
membuka tutup baju pasien yang mengakibatkan rasa malu pasien.
Dibawah ini akan diuraikan pemeriksaan
obstetric yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
terhadap ibu hamil dari kepala sampai kaki.
·
Lihatlah wajah atau
muka pasien, adakah cloasma gravidarum, pucat pada wajah adalah pembengkakan
pada wajah. Bila terdapat pucat pada wajah periksalah konjungtiva dan kuku
pucat menandakan bahwa ibu menderita anemia, sehingga memerlukan tindakan lebih
lanjut. Jelaskan bahwa ibu sedang diperiksa apakah kurang darah atau tidak.
Sebutkan bahwa bila ibu tidak kurang darah ia akan lebih kuat selama kehamilan
dan persalinan. Jelaskan pula bahwa tablet tambah darah mencegah kurang darah.
Bila
terdapat bengkak diwajah, periksalah adanya bengkak pada tangan dan kaki.
Sedikit bengkak pada mata kaku dapat terjadi pada kehamilan normal, namun
bengkak pada tangn dan atau wajah tanda preeklamsi. Perhatikan wajah ibu apakah
bengkak dan tanyakan pada ibu apakah ia sulit melepaskan cincin atau gelang
yang dipakainya. Mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat
hilang bila ditekan, maka ibu harus dirujuk ke dokter, dipantau ketat
kehamilannya dan tekanan darahnya, serta direncanakan persalinannya dirumah
sakit. Selain memeriksa ada tidaknya pucat pada konjungtiva, lihatlah sclera
mata adakah sclera kuning atau ikterik
·
Lihatlah mulut pasien.
Adakah tampak bibir pucat, bibir kering pecah-pecah adakah stomatitis,
gingivitis, adakah gigi yang tanggal, adakah gigi yang berlobang, caries gigi.
Selain dilihat dicium adanya bau mulut yang menyengat.
·
Lihatlah kelenjar
gondok, adakah pembesaran kelenjar thyroid, pembengkakan saluran linfe
3. Tangan
dan kaki
Memeriksa
adanya oedema yang paling mudah dilakukan didaerah pretibia dan mata kaki
dengan cara menekan jari beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang tidak
lekas pulih kembali berarti oedem positif. Oedem positif pada tungkai kaki
dapat menendakan adanya pre eklampsia. Daerah lain yang dapat diperiksa adalah
kelopak mata. Namun apabila kelopak mata sudah oedem biasanya keadaan pre eklamsi
sudah lebih berat.
Mintalah ibu
duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan.
Rabalah tendon dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan
rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1. bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini
mungkin merupakan tanda pre eklamsi.
4.
Payudara
Lihat
dan raba payudara, pada kunjungan pertama pemeriksaan payudara terhadap
kemungkinan adanya benjolan yang tidak normal. Lihatlah apakah payudara
simetris atau tidak, putting susu menonjol atau datar atau bahkan masuk.
Putting susu yang datar atau masuk akan mengganggu proses menyusui nantinya.
Apakah asinya sudah keluar atau belum. Lihatlah kebersihan areola mammae adakah
hiperpigmentasi areola mammae.
5. Abdomen
Lakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi dan auskultasi
pada perut ibu. Tujuan pemeriksaan
abdomen adalah untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya bagian
janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
Sebelum memulai pemeriksaan abdomen, penting untuk dilakukan hal– hal sebagai
berikut :
·
Mintalah ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya bila perlu bantulah ia untuk santai. Letakkan sebuah bantal
dibawah kepala dan bahunya. Fleksikan tangan dan lutut. Jika ia gelisah
bantulah ia untuk santai dengan memintanya menarik nafas panjang.
·
Cucilah tangan anda sebelum mulai
memeriksa, keringkan dan usahakan agar tangan perawat cukup hangat.
Lihatlah
bentuk pembesaran perut (melintang, memanjang, asimetris) adakah linea alba
nigra, adakah striae gravidarum, adakah bekas luka operasi, adakah tampak
gerakan janin, rasakan juga dengan pemeriksaan raba adanya pergerakan janin.
Tentukan apakah pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilannya. Pertumbuhan
janin dinilai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka
semakin tinggi fundus uteri. Namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri
akan turun kembali karena kepala telah turun atau masuk ke panggul. Pada
kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri biasanya sedikit diatas tulang
panggul. Pada kehamilan 24 minggu fundus berada di pusat. Secara kasar dapat
dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari tetapi perhitungan
tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksa sangat bervariasi.
Agar lebih tepat dianjurkan memakai ukuran tinggi fundus uteri dri simfisis
pubis dalam sentimeter dengan pedoman sebagai berikut:
Umur kehamilan Tinggi fundus uteri.
20 minggu 20
cm
24 minggu 24
cm
28 minggu 28
cm
32 minggu 32
cm
36 minggu
34- 46 cm
Jelaskan
pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada
kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan umur
kehamilan hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT
tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari tingginya
fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri perlu diperiksa
untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar.
6.
Pemeriksaan
Punggung Dibagian Ginjal
Tepuk
punggung di bagian ginjal dengan bagian sisi tangan yang dikepalkan. Bila ibu
merasa nyeri, mungkin terdapat gangguan pada ginjal atau salurannya.
7. Genetalia Luar (Externa)
Kenakan sarung tangan sebelum memeriksa vulva. Pada
vulva terlihat adanya sedikit cairan jernih atau berwarna putih yang tidak
berbau. Pada kehamilan normal, tak ada rasa gatal, luka atau perdarahan.
Rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan normal tidak teraba adanya
benjolan kelenjar. Setelah selesai cucilah tangan dengan sarung tangan yang
masih terpasang, kemudian lepaskan sarung tangan dan sekali lagi cucilah tangan
dengan sabun.
Terdapat juga tanda-tanda kehamilan pada genitalia
yaitu sebagai berikut :
Tanda “Chadwick” adalah warna ungu/biru pd vulva
& vagina.
Tanda “Goodell” adalah melemahnya serviks.
Tanda “Hegar” adalah melemahnya isthmus uteri ( segmen bwh rahim ).
8. Pemeriksaan Leopold
·
Leopold I
Untuk
menentukan bagian janin yang berada dalam fundus uteri. Petunjuk cara pemeriksaan :
Pemeriksa
berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah kepala pasien. Kedua tangan
diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk uterus. Lakukan
palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk, ukuran konsistensi dan gerakan
janin. Tentukan bagian janin mana yang
terletak di fundus.
jika kepala
janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan teraba bagian bulat, keras dan
dapat digerakkan (balotemen). Jika bokong yang terletak di fundus,maka
pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar dan lebih
lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa penuh. Pada
letak lintang palpasi didaerah fundus akan terasa kosong.
·
Leopold II
Untuk
menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus. Petunjuk
pemeriksaan :
Pemeriksa
berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala pasien. Kedua telapak tangan
diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup
dalam untuk meraba dari kedua sisi. Secara perlahan geser jari-jari dari satu
sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana terletak pada sisi mana
terletak punggung, lengan dan kaki.
Hasil :
bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada beberapa
bagian lunak dengan bentuk teratur,sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian
kecil yang tidak teratur mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan
menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan atau lutut. Bila punggung
janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang
sama dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula berada pada
posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.
·
Leopold III
Untuk
menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah. Petunjuk cara
memeriksa:
Dengan lutut
ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen pasien
tepat diatas simfisis pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada
disana. Bandingkan dengan hasil pemeriksaan Leopold.
Hasil : bila
bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian terbawah dari
janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang berada diabagian
terbawah, coba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan
lagi, maka kepala sudah “engaged” bila tidak dapat diraba adanya kepala atau
bokong, maka letak janin adalah melintang.
·
Leopold IV
Untuk
menentukan presentasi dan “engangement”.
Petunjuk dan cara memeriksa :
Pemeriksa
menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi. Letakkan
kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk menekan kearah
pintu atas panggul
Hasil: pada
dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian janin terbawah
yang berada didalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui
pintu atas panggul.
9. Pemeriksaan Denyut Jantung Janin
Denyut
jantung janin menunjukkan kesehatan dan posisi janin terhadap ibu. Dengarkan
denyut jantung janin (DJJ) sejak kehamilan 20 minggu. Jantung janin biasanya
berdenyut 120-160 kali permenit. Tanyakan kepada ibu apakah janin sering
bergerak, katakana pada ibu bahwa DJJ telah dapat didengar. Mintalah ibu segera
bila janinnya berhenti bergerak. Bila sampai umur kehamilan 28 minggu denyut
jantung janin tidak dapat didengar atau denyutnya lebih dari 160 atau kurang
dari 120 kali permenit atau janinnya berkurang gerakannya atau tidak bergerak,
maka ibu perlu segera dirujuk.
10. Pemeriksaan DJJ Auskultasi
1.
Menentukan kesejahteraan janin dalam kandungan
2.
Membantu meyakinkan hasil pemeriksaan palpasi leopold terhadap
presentasi dan posisi janin dalam kandungan
5
detik I hitung
5
detik II abaikan
5
detik III hitung
5
detik IV abaikan
5
detik V hitung
5
detik Vi abaikan
Hasil 3 kali perhitungan dikali 4
2.2.
Pengkajian
Emosional
2.2.1.
Perubahan
dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester I
Trimester pertama ini sering
dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta wanita bahwa ia hamil. Trimester pertama juga sering merupakan masa
kekhawatiran dari penantian. Segera
setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan
meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu
merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya.
Banyak ibu yang merasakan
kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya,
ibu berharap untuk tidak hamil. Hampir
80 % kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung. Kejadian gangguan jiwa sebesar 15 % pada
trimester I yang kebanyakan pada kehamilan pertama. Menurut kumar dan robson (1978) 12% wanita yang
mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan
kandungannya.
Perubahan psikologis yang terjadi
pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini menekankan
pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang
wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Beberapa tahapan aktifitas penting
seseorang menjadi ibu :
1. Taking
On
Seorang wanita dalam pencapaian
peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran ibu.
2. Taking
In
Seorang wanita sudah mulai
membayangkan peran yang dilakukan
3. Letting
Go
Wanita mengingat kembali proses dan
aktifitas yang sudah dilakukannya.
Kehamilan pada trimester I ini
cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang ibu dalam
mencapai perannya yaitu pada tahap taking on.
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda - tanda
untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain
atau dirahasiakannya.
Para wanita juga mungkin akan
mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan
pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap
perubahan fisik dan psikologisnya, jika mereka multigravida, kecemasan
berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil yang mimpi seperti nyata,
dimana hal ini sangat menggangu. Mimpinya seringkali tentang bayinya yang bisa
diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenangkan.
a.
Bentuk
Motivasi
1.
Motivasi
Suami
Reaksi pertama seorang pria ketika
mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah adalah timbulnya kebanggaan atas
kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya
menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat
memperhatikan keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena
takut akan mencederai bayinya. Ada pula
pria yang hasrat seksualnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperlihatkannya, seorang
ayah dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.
Zaman dahulu seorang suami ikut
mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami
pada saat ini, bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada :
a. Untuk
saling berkomunikasi dari sejak awal
b. Menempatkan
nilai-nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan menjadi orang tua.
2.
Motivasi
Keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan
ketergantungan terhadap orang lain. Tapi
mungkin bisa menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami
karena pada waktu itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang
yang sangat dominan baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam
mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.
Stress yang Terjadi Pada Kehamilan
Trimester I
Ada 2 tipe stress yaitu :
1. Negatif
dan Positif
Kedua stress ini dapat mempengaruhi
reaksi individu.
2. Intrinsik
dan Ekstrinsik
Stress intrinsik berhubungan dengan
tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat
sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya
secara profesional. Stress ekstrinsik
timbul karena faktor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian dan
masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991) stress
selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek utama yaitu :
1. Stress
di dalam individu
2.
Stress yang disebakan oleh pihak
lain
3.
Stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan sosial
Stress dari dalam diri dapat
terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan beradaptasi dengan
kejadian kehamilannya.
3.
Memperkuat
Ikatan
Kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan kehamilan memberikan kesempatan pada seorang ibu untuk saling memperkuat
hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih
penting dari yang lainnya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan sesudahnya
merupakan saat – saat yang sulit. Semakin
dekat pada awalnya, akan semakin baik akhirnya. Jadi, pada saat hidup masih relatif normal,
luangkan waktu untuk berdua, berbicara tentang perasaan pasangannya. Betapapun bahagianya atau sibuknya pasangan suami
istri, kegelisahan yang timbul karena kondisi baru merupakan suatu yang normal.
4.
Kehamilan
dan Libido
Hasrat untuk melakukan hubungan
seks, pada wanita pada trimester pertama ini berbeda- beda. Walaupun pada beberapa wanita mengalami gairah
seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama
periode ini. Keadaan ini menciptakan
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan
merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan,
rasa mual, pembesaran payudara.
5.
Keprihatinan
dan Kekhawatiran
Semua ini merupakan bagian normal
dari proses kehamilan pada trimester pertama.
6.
Kehamilan
dan Olahraga
Setelah hamil, mayoritas wanita
dapat melanjutkan aktivitas biasa mereka. Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur,
seperti jogging, bermain tennis, berenang, atau melakukan hubungan seks, dapat
menimbulkan masalah seperti keguguran atau fetal malformation (janin yang
cacat) pada kebanyakan wanita normal dan sehat. Kebanyakan dokter melarang program olahraga
baru yang dimulai pada saat hamil, kecuali latihan-latihan prenatal yang
dirancang khusus untuk wanita hamil.
Latihan-latihan yang paling
menguntungkan bagi wanita hamil adalah :
1. Latihan
dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan
otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong.
2. Latihan
kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang
merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.
2.2.2.
Perubahan
dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester II
Trimester kedua sering dikatakan
periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya
merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
a.
Pembagian
Perubahan Psikologis Pada Trimester II
Trimester kedua dapat dibagi
menjadi dua fase; prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan
ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu),
yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :
1.
Fase
Prequickening
Selama akhir trimester pertama dan
masa preqiuckening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi
hubungannya dan segala aspek di dalammya dengan ibunya yang telah terjadi
selama ini. I bu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal
yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan
dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia akan
menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun
bila ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negatif ibunya
akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut
normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya.
Proses yang terjadi dalam masa
pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kasih
sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang
ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan
dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yang akan
dilahirkannya.
2.
Fase
Postquickening
Setelah ibu hamil merasakan
quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada
kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan
meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami
hamil pertama kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak
harus membuang segala peran yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya bagaimana
ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan bagaimana bila nanti ia
harus meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses persalinan.
Pergerakan bayi yang dirasakan
membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari
dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan
fokus pada bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan
karena perhatian utama adalah kesejahteraan janin (kecuali beberapa suku yang
menganut sistem patrilineal/matrilineal).
3.
Menjaga
Agar Ikatan Tetap Kuat
Ketika kehamilan telah terlihat,
ibu dan pasangannya harus lebih sensitif terhadap pengaruh kondisi ini pada
mereka berdua. Ibu hamil sering merasa
takut jika pasangannya mendapati dirinya tidak menarik atau gendut, tapi
masalah yang muncul lebih rumit lagi. Komunikasi
adalah kunci untuk menghadapi masalah ini. Tetap cara ini dapat digunakan bila ibu dan
pasangannya tetap terbuka dan memulainya sedini dan sesering mungkin. Bila salah satu tidak membicarakan latar belakang
masalah yang dirasakan, atau setelah berdiskusi justru merasa depresi, saat
itulah diperlukan penasihat kehamilan dan orang sekitarnya yang dapat menolong
ibu dan pasangannya.
4.
Menjaga
Kehamilan yang Sehat
Ibu hamil mungkin merasa lebih baik
pada trimester kedua, tapi bukan berarti bagian luar yang berubah, bagian dalam
tubuh pun mengalami perubahan sebagai respon terhadap kehamilan yang terus berkembang.
Beberapa perubahan dapat saja terasa
mengganggu, namun ada juga perubahan yang terasa menyenangkan bagi ibu hamil. Perubahan yang menyebabkan ketidaknyamanan
adalah keadaan yang normal bagi ibu hamil dan ibu harus diberikan pengertian
terhadap kondisi tersebut sehingga ia lebih merasa nyaman lagi. Beberapa perubahan
yang menyenangkan seperti rasa mual berkurang dibandingkan yang dialami selama
trimester pertama, energi bertambah dan peningkatan libido.
5.
Reaksi
Orang- Orang di Sekitar Ibu Hamil
Tampaknya sang suami juga mengalami
perubahan psikologis seiring perubahan yang dialami istrinya yang hamil. Pada suatu studi dilaporkan sang suami juga
merasakan perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, rasa sakit kepala
hingga kecemasan dan ketakutan dirasakan oleh suami yang istrinya sedang hamil.
Saat ini suami lebih aktif ikut
menangani dalam kehamilan istrinya dan turut merasakan tanggung jawab akan
kelahiran bayinya. Apabila di dalam
keluarga terdapat anak sebelumnya, ia akan merasa bingung akan perubahan yang
dialami ibunya. Anak perlu diberikan
pengertian secara sederhana tentang perubahan yang terjadi dan hal yang akan
dihadapi sehubungan dengan kehamilan. Ibu dari wanita hamil tampaknya adalah orang
yang sering mengambil peran yang cukup besar selama kehamilan. Ibu hamil tampaknya merasa tergantung akan
bantuan dari ibunya dalam menghadapi kehamilan dan persiapan penerimaan bayi
yang akan dilahirkan.
6.
Berhubungan
Seks
Ada satu lagi perubahan yang
terjadi pada trimester kedua yang harus diimbangi untuk mengatasi ketidaknyamanan
yaitu suatu peningkatan libido yang pada trimester pertama dihilangkan oleh
rasa mual dan lelah. Kebanyakan calon
orang tua khawatir jika hubungan seks dapat mempengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang paling sering diajukan
adalah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme ibunya, atau ejakulasi. Ibu hamil dan pasangannya perlu dijelaskan
bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hubungan seks. Janin tidak akan
terpengaruh karena berada di belakang serviks dan dilindungi cairan amniotik
dalam uterus. Namun dalam beberapa
kondisi hubungan seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan, mencakup
plasenta previa dan ibu dengan riwayat persalinan prematur. Selain itu meknisme fisik untuk saling
merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan kurang nyaman, misalnya
berbaring terlentang dan menahan berat badan suami. Namun dengan mengkreasi posisi yang
menyenangkan maka masalah ini dapat diatasi.
Walaupun sebagian ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa
meningkat, tidak semua libido wanita meroket tinggi pada trimester kedua. Perubahan tingkat libido disebabkan variasi
perubahan hormon selama hamil. Karena
respon terhadap hormon berbeda, reaksi masing- masing ibu hamil pun berbeda.
2.2.3.
Perubahan
dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan Trimester III
Trimester ketiga sering kali
disebut periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa
tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya
perhatian pada kehadiran bayi. Gerakan
bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan
bayinya. Kadang - kadang ibu merasa
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu - waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau - kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul
kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan
jelek. Disamping itu ibu mulai merasa
sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil. Pada trimester
inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga merupakan saat
persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana
rupanya. Mungkin juga nama bayi yang
akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester
ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
Keluarga mulai menduga - duga tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki- laki
atau perempuan ) dan akan mirip siapa.
1.
Peran
Bidan Dalam Persiapan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, II, III
a.
Mempelajari
Keadaan Lingkungan Penderita
Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai
keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi dan
perlu penanggulangan. Untuk itu bidan
harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan (latar belakang)
sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan kebidanan.
b.
Informasi
dan Pendidikan Kesehatan
a. Mengurangi
Pengaruh yang Negatif.
Kecemasan
dan ketakutan sering dipengaruhi oleh cerita – cerita yangmenakutkan mengenai kehamilan
dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena kurangnya
pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut perlu
diimbangi dengan pendidikan mengenai anatomi dan fisiologi kehamilan dan persalinan
kepada penderita.
b. Memperkuat
Pengaruh yang Positif
Misalnya
dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan
mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.
c. Meganjurkan
Latihan – Latihan Fisik
Seperti
senam hamil untuk memperkuat otot – otot dasar panggul, melatih pernafasan,
teknik mengedan yang baik dan latihan – latihan relaksasi.
d.
Adaptasi Pada
Lingkungan Tempat Bersalin
Dilaksanakan
dengan mengadakan orientasi : memperkenalkan ruang bersalin, alat – alat kebidanan
dan tenaga kesehatan.
2.
Kesimpulan
Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester I, II, III
· Trimester I
a.
Ibu
1.
Terbuka atau diam-diam.
2.
Perasaan ambivalent
terhadap kehamilannya. Berkembang
perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu.
3.
Antipati karena ada
perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan kehamilan.
4.
Perasaan gembira.
5.
Ada perasaan cemas
karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu.
6.
Menerima atau menolak
perubahan fisik.
b.
Ayah
1.
Berbeda tergantung dari
: usia, jumlah anak, interest terhadap anak, stabilitas ekonomi.
2.
Menerima atau menolak
keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi.
3.
Toleransi terhadap
kebutuhan seksual. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun. Ayah dapat menjadi stress, untuk mengatasinya
membuat kegiatan baru diluar rumah.
· Trimester II
a.
Ibu
1.
Mengalami perubahan
fisik yang lebih nyata.
Ibu merasakan adanya pergerakan
janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari dirinya.
2.
Dorongan seksual dapat
meningkat atau menurun.
3.
Mencari perhatian suami.
4.
Berkonsentrasi pada
kebutuhan diri dan bayinya
Perasaan
lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya perasaan
cenderung lebih stabil
b. Ayah
1.
Merasa senang dengan pergerakkan
janin.
2.
Melibatkan diri dengan
masalah kehamilan istrinya.
3.
Memberikan perhatian
yang dibutuhkan oleh istrinya.
4.
Bila merasa gagal dalam
memberikan perhatian ini ayah menghabiskan waktu diluar rumah. Bila berhasil,
perhatian yang diberikan lebih besar lagi.
· Trimester III
a.
Ibu
1.
Kecemasan dan
ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi
gangguan body image.
2.
Merasa tidak feminim
menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi
kondisinya.
3.
6-8 minggu menjelang
persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi
dan dirinya.
4.
Adanya perasaan tidak
nyaman.
5.
Sukar tidur oleh karena
kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan.
6.
Menyibukan diri dalam
persiapan menghadapi persalinan.
b.
Ayah
1.
Meningkatnya perhatian
pada kehamilan istrinya.
2.
Meningkatnya tanggung
jawab finansial.
3.
Perasaan takut
kehilangan istri dan bayinya.
4.
Adaptasi terhadap
pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya.
2.3.
Pemeriksaan Panggul
Untuk mengantisipasi
kondisi ini, pada usia kehamilan 36 minggu, dokter akan melakukan pemeriksaan
panggul. Hasil pemeriksaan bisa membuat dokter menentukan apakah ibu
hamil akan melahirkan secara normal, atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mengukur luas rongga panggul. Semakin luas panggul ibu, dipastikan
semakin mudah bayi keluar.
Sebenarnya, melalui mata telanjang calon ibu bisa
mengetahui luas panggulnya. Kalau ibu bertubuh tinggi besar, bisa dipastikan
ukuran panggulnya relatif luas. Sedangkan ibu yang tidak terlalu tinggi, hanya
150 cm atau malah kurang, kemungkinan besar ukuran panggulnya kecil dan sempit.
Namun calon ibu yang bertubuh kecil, jangan berkecil hati. Pengamatan ini
hanya asumsi. Pemeriksaan yang akurat hanya bisa dilakukan secara klinis
dengan rontgen.
2.3.1. Pemeriksaan Panggul
Pada ibu hamil terutama primigravida perlu dilakukan
pemeriksaan untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan
atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan. Ada empat cara
melakukan pemeriksaan panggul yaitu dengan pemeriksaan pangdang (inspeksi)
dilihat apakah terdapat dugaan kesempitan panggul atau kelainan panggul,
misalnya pasien sangat pendek, bejalan pincang, terdapat kelainan seperti
kifosis atau lordosis, belah ketupat michaelis tidah simetris.
Dengan pemeriksaan raba, pasien dapat diduga mempunyai
kelainan atau kesempitan panggul bial pada pemeriksaan raba pasien didapatkan:
primigravida pada kehmilan aterm terdapat kelainan letak. Perasat Osborn
positif fengan melakukan pengukuran ukuran-ukuran panggul luar.
Alat untuk menukur luar panggul yang paling sering
digunakan adalah jangka panggul dari martin. Ukuran – ukuran panggul yang
sering digunakan untuk menilai keadaan panggul adalah:
1. Distansia
Spinarum
Yaitu jarak
antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, dengan ukuran normal
23-26 cm.
2. Distansia
Kristarum
Yaitu jarak
antara Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar 26-29 cm.
bila selisih antara distansi kristarum dan distansia spinarum kurang dari 16
cm, kemungkinan besar adanya kesempitan panggul.
2.3.2. Indikasi
yang mengharuskan pemeriksaan
Idealnya, pemeriksaan ini dilakukan ibu pada usia
kehamilan 36 minggu. Namun biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan
panggul jika ada indikasi tertentu, pada ibu hamil, di antaranya:
1.
Ada dugaan disproporsi atau
ketidaksesuaian besar bayi dan ukuran panggul ibu. Khususnya jika ukuran bayi
besar, sedangkan panggul ibu sempit. Biasanya bayi berbobot 4 kg ke atas
sulit dilahirkan secara normal. Selain kepala tidak bisa memasuki rongga panggul,
ukuran bahu bayi yang juga lebar menghambat bayi turun ke panggul.
2.
Kelainan panggul, karena trauma
kecelakaan yang merusak bentuk panggul. Kondisi ini boleh jadi kurang ideal
bagi ibu untuk melahirkan secara normal.
3.
Ibu memiliki riwayat penyakit perusak
panggul, seperti TBC tulang, rakhitis, atau polio. Bakteri TBC tulang mampu
merusak bentuk panggul, menjadi bengkok ataupun tidak beraturan.
4.
Kelainan letak bayi, misalnya posisi
wajah bayi yang langsung menghadap jalan lahir. Posisi yang benar, adalah
ubun-ubun bayilah yang menghadap jalan lahir.
2.3.3. Ada Dua Cara
Mengukur Panggul
2.3.3.1.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan
dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya, dokter akan
memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga
menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu,
dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk
mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Jarak
minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang
maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang akan lahir
tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan
secara normal.
2.3.3.2.
Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu,
menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis seperti
tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang
digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul.
Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi
dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran dengan
alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai diameter pintu
panggul.
·
Peluang calon ibu agar bisa
melahirkan normal berdasarkan bobot bayi:
1.
Panggul sempit, panggul jenis ini
hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg ke bawah.
2.
Panggul sedang, bisa mengeluarkan
bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3.
Panggul luas, panggul jenis ini bisa
mengeluarkan bayi berukuran besar 3,5 kg s/d 3,9 kg.
·
Ukuran panggul rata-rata dan
terkategori normal:
1.
Pintu atas panggul (pelvic inlet)
minimal memiliki diameter 22 cm.
2.
Pintu tengah panggul (mid pelvic)
diameter minimalnya adalah 20 cm.
3.
Pintu bawah panggul, panjang
diameter normalnya rata-rata minimal 16 cm.
2.4.
Pemeriksaan
Labolatorium
Test
laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk
memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan
urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain
itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan
glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dair vagina atau
dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika
dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda serius dari
preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.
Test urine
adalah test yang paling standar. Tes ini penting untuk mengetahui benarkah hamil.
Kemudian medis akan memeriksa air seni untuk mengetahui apakah ada kemungkinan gangguan
ginjal, diabetes atau preeklampsia yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah.
Pemeriksaan penunjang,
laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi kita dapat melakukan
pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV. Fetal
anomalies dengan amniosintesis, USG (dapat mengetahui kelainan kongenital,
jumlah air ketuban, posisi anak, keadaan plasenta, dan lain-lain). Skrining
untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan seksual. Pemeriksaan
radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar