Mola hydatidosa (penyakit trofoblas jinak)
Mola
hydatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar yang dimana tidak
diketemukannya embrio dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
hydropik. Dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan
edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus. Jaringan trofoblas pada villus
kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan
hormon yaitu hormon HCG dalam jumlah
yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Uterus membesar lebih cepat
dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi
perdarahan per vaginam . kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan
pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosa mola hydatidosa. Dari mola yang siftnya jinak
dapat tumbuh tumor trofoblas yang bersifat ganas.
2.1.1. Faktor risiko
1. Faktor umur
Risiko mola
hidatidosa paling rendah pada kelompok umur 20-35 tahun. Risiko mola
hidatidosa naik pada kehamilan remaja
< 20 tahun, naik sangat tinggi pada kehamilan remaja < 15 tahun,
kira-kira 20 x lebih besar. Tinggi pada umur > 40 tahun,naikan sangat menyolok pada umur = 45 tahun
2.
Faktor riwayat kehamilan mh sebelumnya.
Wanita mola
hidatidosa sebelumnya, punya risiko lebih besar naiknya kejadian mola
hidatidosa berikutnya
3. Faktor kehamilan ganda.
Mempunyai risiko yang meningkat
untuk terjadinya mola hidatidosa
4. Faktor graviditas.
Risiko kejadian
mola hidatidosa makin naik,dengan meningkatnya graviditas.
5. Faktor kebangsaan / etnik.
Wanita kulit hitam lebih tinggi
resikonya, dibanding wanita lainnya. Euroasian menuru dua kali lipat dibanding
wanita Cina , India
atau Malaysia .
6. Faktor genetika.
Frekuensi Balance Tranlocation, wanita dengan
mola hidatidosa komplit lebih banyak dibandingkan dengan yang didapatkan pada
populasi normal
7. Faktor makanan dan minuman.
Angka kejadian mola hidatidosa
tinggi diantara wanita miskin, diet yang kurang protein. Kelainan genetik pada
kromosom.
8. Faktor sosial ekonomi.
Resiko mola
hidatidosa tinggi pada sosial ekonomi rendah.
9.
Faktor lain : Faktor hubungan keluarga/consanguinity,
faktor merokok, faktor toksoplasmosis.
2.2.2.
Patologis
Sebagian
dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya
tidak ada janin hanya ada mola partialis kadang-kadang ada janin. Dibawah
mikroskop nampak degenerasi hydropik dari setroma jonjot tidak adanya pembuluh
darah dan proliferasi trofoblas. Pada pemeriksaan kromosom didapatkan
poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin.
Pada mola
hydatidosa, ovaria dapat mengadung kista lutein kadang-kadang pada satu ovarium
kadang-kadang pada kedua-duanya.
Kista ini gara berdinding
tipis dan berisi cairan ke kuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar
kepala bayi. Kisat lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar
gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola
dilahirkan.
2.2.3.
Gejala-gejala
Pada pasien
dengan amnenorrhoe terdapat:
·
Perdarahan
kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak karena perdarahan ini pasien
biasanya anemis.
·
Rahim
lebih besar daripada sesuai dengan tuanya kehamilan.
·
Hyperemesis
lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
·
Mungkin
timbul preelklamsi atau eklamsi. Terjadinya preeklamsi atau eklamsi sebelum
minggu ke 24 menunjuk ke arah mola hydatidosa.
·
Tidak
ada tanda-tanda adanya janin: tidak ada ballottement, tidak ada bunyi jantung
anak dan tidak ada rangka janin pada rontgen foto.
·
Pada
mola partialis keadaan yang jarang terjadi dapat diketemukan janin.
·
Kadar
gonadotropin chorion tinggi dlam darah dan air kencing
2.2.4.
Klasifikasi
Pembagian mola berdasarkan
dengan adanya janin atau tidak
1. Mola hidatidosa
komplit
Villi korion
berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat
sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karekteristik, yaitu :
·
Terdapat degenerasi hidrofik & pembengkakan stroma
villi
·
Tidak ada pembuluh pada villi yang membengkak
·
Proliferasi dari epitel trofoblas dengan
bermacam2 ukuran
·
Tidak adanya janin atau amnion
1.
Mola Hidatidosa parsial
Masih tampak
gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup
dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan
histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas
yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.
Karakteristik mola
adalah adanya konseptus jaringan trofoblastik hiperplastik yang tertanam pada
plasenta. Hasil konsepsi ini tidak memiliki inner cell mass.
Jika terjadi
gangguan pada saat embryonic inner cell mass yang seharusnya berpotensi
untuk berdiferensiasi menjadi lapisan ekto, meso dan endoderm, maka perubahan
tersebut gagal dan terjadilah pembentukan trofoblas yang akan berkembang
menjadi sitotorofoblas dan sisitiotrofoblas, danmasih mampu untuk membentuk
ekstraembrionik mesoderm yang akhirnya akan membentuk vesikel dari mola dengan
mesoderm yang longgar pada inti villinya.
2.2.5.
Diagnosis
Uterus pada
mola hydatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa, pada uterus yang
besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya , seperti
balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi , adanya krangka janin
pada pemeriksaan Roentgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi.
Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadar HCG pada mola jauh
lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Diagnosa
baru pasti apabila melihat gelembung-gelembung mola. Jika uterus membesar
daripada umur kehamilannya maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan :
§ Haid terakhir keliru
§ Kehamilan dengan myoma uteri
§ Hydramnion
§ Gemelli
§ Mola hydatidosa
§
untuk
membuat diagnosa sering dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Ro foto : jika ada rangka janin maka
kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa walaupun pada mola parsialis
kadang-kadang terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.
2. Reaksi
biologis misalnya Galli Mainini: pada mola hydatidosa kadar gonadotropon
chorion dalam darah dan air kencing sangat kencing sangat tinggi maka reaksi
Gall Mainini dilakukan kuantitatip. Kadar gonadotropin yang di peroleh sellu
harus dibandingkan dengan kadar gonadotropin pada kehamilan biasa dengan umur
yang sama.
Pada kehamilan muda kadar
gonadotropin naik dan mencapai puncaknya kurang lebih pada hari ke 100 sesudah
mana kadar tersebut turun. Kadar yang tinggi srsudah hari ke 100 dari kehamilan
lebih berarti darai pada kadar yang
tinggi sebelum hari ke 100.
3.
percobaan sonde: pada mla sonde mudah masuk pada cavum uteri, pada kehamilan
biasa ada tahanan oleh janin.
4. teknik
baru yang sedang diperkembangkan ialah:
o
Arteriografi:
yang memperlihatkan pengisisan bilateral vena uterina yang dini.
o
Suntikan
zat kontras ke dalam uterus: memeperlihatkan gambarana sarang tawon.
o
Ultrasonografi:
gambaran badai salju.
2.2.6.
Prognosa
Mola
hydatidosa merupakan sebab kematian yang penting. Kematian disebabkan oleh
1. perdarahan
2. perforasi, misalnya detruens dimana
gelembung menembus didnding rahim sampai terjadinya perforasi.
3. insfeksi, sepsis
4. choriocarcinoma setelah mola hydatidosa
antara 2%-8% dan makin tinggi pada umur tua.
2.2.7.
Penanganan mola hydatidosa
Berhubungan
dengan kemingkinan, bahwa mola hydatidosa menjadi ganas maka terapi yang
terbaik pada wanita yang sudah usia lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini ialah histerektomi. Akan tetapi
pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola
hydatidosa di pastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan
(sunction curettage) disertai dengan pemberian infus oxitosin intravena.
Setelah itu dilakukan dengan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan
sisa-sisa konseptus. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua
ovarium membesar menjadi kista teka lutein. Kisat-kista ini tumbuh karena
hormonal, kemudian mengecil dengan sendirinya.
Untuk
follow-up setelah curettage reaksi bioligis dilakukan sekali dua minggu sampai
reaksi negatif, kemudian dilakukan sekali sebulan sampai dua tahun hal ini
perlu untu lekas mendiagnosa choriocarcinoma.
Kalo reaksi
kwantitatif naik atau tidak mau menjadi negatif atau setelah negatif menjadi
positif kembali maka ini merupakan tanda choriocarcinoma.
thanks infonya...
BalasHapus