Laman

Cari Materi

Senin, 10 Juni 2013

Mola hydatidosa

Mola hydatidosa (penyakit trofoblas jinak)

            Mola hydatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar yang dimana tidak diketemukannya embrio dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hydropik. Dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus. Jaringan trofoblas pada villus kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon  yaitu hormon HCG dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Uterus membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan per vaginam . kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosa  mola hydatidosa. Dari mola yang siftnya jinak dapat tumbuh tumor trofoblas yang bersifat ganas.
2.1.1.    Faktor risiko
1.      Faktor umur
Risiko mola hidatidosa paling rendah pada kelompok umur 20-35 tahun. Risiko mola hidatidosa  naik pada kehamilan remaja < 20 tahun, naik sangat tinggi pada kehamilan remaja < 15 tahun, kira-kira 20 x lebih besar. Tinggi pada umur > 40 tahun,naikan sangat menyolok pada umur = 45 tahun
2.      Faktor riwayat kehamilan mh sebelumnya.
Wanita mola hidatidosa sebelumnya, punya risiko lebih besar naiknya kejadian mola hidatidosa berikutnya
3.      Faktor kehamilan ganda.
Mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya mola hidatidosa
4.      Faktor graviditas.
Risiko kejadian mola hidatidosa makin naik,dengan meningkatnya graviditas.
5.      Faktor kebangsaan / etnik.
Wanita kulit hitam lebih tinggi resikonya, dibanding wanita lainnya. Euroasian menuru dua kali lipat dibanding wanita Cina, India atau Malaysia.
6.      Faktor genetika.
 Frekuensi Balance Tranlocation, wanita dengan mola hidatidosa komplit lebih banyak dibandingkan dengan yang didapatkan pada populasi normal
7.      Faktor makanan dan minuman.
Angka kejadian mola hidatidosa tinggi diantara wanita miskin, diet yang kurang protein. Kelainan genetik pada kromosom.
8.      Faktor sosial ekonomi.
Resiko mola hidatidosa tinggi pada sosial ekonomi rendah.
9.      Faktor lain : Faktor hubungan keluarga/consanguinity, faktor merokok, faktor toksoplasmosis.
2.2.2.      Patologis
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin hanya ada mola partialis kadang-kadang ada janin. Dibawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari setroma jonjot tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblas. Pada pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin.
Pada mola hydatidosa, ovaria dapat mengadung kista lutein kadang-kadang pada satu ovarium kadang-kadang pada kedua-duanya.
Kista ini gara berdinding tipis dan berisi cairan ke kuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar kepala bayi. Kisat lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.

2.2.3.      Gejala-gejala
Pada pasien dengan amnenorrhoe terdapat:
·               Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak karena perdarahan ini pasien biasanya anemis.
·               Rahim lebih besar daripada sesuai dengan tuanya kehamilan.
·               Hyperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
·               Mungkin timbul preelklamsi atau eklamsi. Terjadinya preeklamsi atau eklamsi sebelum minggu ke 24 menunjuk ke arah mola hydatidosa.
·               Tidak ada tanda-tanda adanya janin: tidak ada ballottement, tidak ada bunyi jantung anak dan tidak ada rangka janin pada rontgen foto.
·               Pada mola partialis keadaan yang jarang terjadi dapat diketemukan janin.
·               Kadar gonadotropin chorion tinggi dlam darah dan air kencing

2.2.4.      Klasifikasi
Pembagian mola berdasarkan dengan adanya janin atau tidak
1. Mola hidatidosa komplit
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karekteristik, yaitu :
·                Terdapat degenerasi hidrofik & pembengkakan stroma villi
·                Tidak ada pembuluh pada villi yang membengkak
·                Proliferasi dari epitel trofoblas dengan bermacam2 ukuran
·                Tidak adanya janin atau amnion
1.    Mola Hidatidosa parsial
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.
Karakteristik mola adalah adanya konseptus jaringan trofoblastik hiperplastik yang tertanam pada plasenta. Hasil konsepsi ini tidak memiliki inner cell mass.
Jika terjadi gangguan pada saat embryonic inner cell mass yang seharusnya berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi lapisan ekto, meso dan endoderm, maka perubahan tersebut gagal dan terjadilah pembentukan trofoblas yang akan berkembang menjadi sitotorofoblas dan sisitiotrofoblas, danmasih mampu untuk membentuk ekstraembrionik mesoderm yang akhirnya akan membentuk vesikel dari mola dengan mesoderm yang longgar pada inti villinya.
2.2.5.      Diagnosis

Uterus pada mola hydatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa, pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya , seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi , adanya krangka janin pada pemeriksaan Roentgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadar HCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Diagnosa baru pasti apabila melihat gelembung-gelembung mola. Jika uterus membesar daripada umur kehamilannya maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan :
§    Haid terakhir keliru
§    Kehamilan dengan myoma uteri
§    Hydramnion
§    Gemelli
§    Mola hydatidosa
§     
untuk membuat diagnosa sering dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1.    Ro foto : jika ada rangka janin maka kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa walaupun pada mola parsialis kadang-kadang terdapat janin. Tidak terlihatnya janin tidak menentukan.
2. Reaksi biologis misalnya Galli Mainini: pada mola hydatidosa kadar gonadotropon chorion dalam darah dan air kencing sangat kencing sangat tinggi maka reaksi Gall Mainini dilakukan kuantitatip. Kadar gonadotropin yang di peroleh sellu harus dibandingkan dengan kadar gonadotropin pada kehamilan biasa dengan umur yang sama.
Pada kehamilan muda kadar gonadotropin naik dan mencapai puncaknya kurang lebih pada hari ke 100 sesudah mana kadar tersebut turun. Kadar yang tinggi srsudah hari ke 100 dari kehamilan lebih berarti  darai pada kadar yang tinggi sebelum hari ke 100.
3. percobaan sonde: pada mla sonde mudah masuk pada cavum uteri, pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.


4. teknik baru yang sedang diperkembangkan ialah:
o  Arteriografi: yang memperlihatkan pengisisan bilateral vena uterina yang dini.
o  Suntikan zat kontras ke dalam uterus: memeperlihatkan gambarana sarang tawon.
o  Ultrasonografi: gambaran badai salju.

2.2.6.      Prognosa

Mola hydatidosa merupakan sebab kematian yang penting. Kematian disebabkan oleh
1.    perdarahan
2.    perforasi, misalnya detruens dimana gelembung menembus didnding rahim sampai terjadinya perforasi.
3.    insfeksi, sepsis
4.    choriocarcinoma setelah mola hydatidosa antara 2%-8% dan makin tinggi pada umur tua.

2.2.7.      Penanganan mola hydatidosa

Berhubungan dengan kemingkinan, bahwa mola hydatidosa menjadi ganas maka terapi yang terbaik pada wanita yang sudah usia lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak  yang diingini ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola hydatidosa di pastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (sunction curettage) disertai dengan pemberian infus oxitosin intravena. Setelah itu dilakukan dengan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka lutein. Kisat-kista ini tumbuh karena hormonal, kemudian mengecil dengan sendirinya.
Untuk follow-up setelah curettage reaksi bioligis dilakukan sekali dua minggu sampai reaksi negatif, kemudian dilakukan sekali sebulan sampai dua tahun hal ini perlu untu lekas mendiagnosa choriocarcinoma.
Kalo reaksi kwantitatif naik atau tidak mau menjadi negatif atau setelah negatif menjadi positif kembali maka ini merupakan tanda choriocarcinoma.

1 komentar: