Definisi
Plasenta
Plasenta adalah bagian dari kehamilan
yang penting. Dimana plasenta memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke
janin, penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta sebagai barier.
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses
persalinan.
Kelainan
Besar, Bentuk dan Berat Plasenta
a. Bentuk dan Ukuran Normal
1. Bentuk ceper dan bulat
2. Diameter 15-20 cm, tebal 1½- 3cm
3. Berat rata-rata 500-600
gram, plasenta pada kehamilan
a’terme beratnta 1/6 x berat anak atau ± 500 g
4. Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan
plasenta) dapat ditengah/ sentrali, disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/
marginalis.
5. Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak
menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis
6. Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena
besar (pembuluh orion) menuju tali pusat. Orion diliputi oleh amnion
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar
3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc – 7000 cc/menit (aterm)
b. Keadaan Plasenta Normal
1. Pemukaan Maternal
a. Permukaan yang menghadap ke dinding rahim
b. Warnanya merah tua
c. Permukaannya kasar beralur-alur sehingga
seolah-olah terbagi dalam beberapa belah yang disebut kotiledon
d. Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon
2. Permukaan Fetal
Adalah permukaan menghadap kearah janin, tampak
licin dan berwarna putih kuning
a. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis
dan bening sehingga kelihatan membayang dibawahnya pembuluh darah yang
bercabang
b. Pada permukaan janin dan plasenta terutama tali
pusat
c. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta
d. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning
dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada semua tempat didalam tali
pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua arteri
umbilikalis.
c. Kelainan Plasenta
·
Plasenta yang besar dan berat sekali
terdapat pada :
-eriythroblastosis
-syphilis
-penyakit ginjal
·
Plasenta fenestrata
Ialah plasenta
yang berlobang di tengah-tengahnya.
·
Plasenta bilobata
Ialah plasenta
yang terdiri dari 2 lobi.
·
Plasenta succenturiata
Di samping plasenta terrdapat plasenta tambahan yang
kecil yang dihubungkan dengan
plasenta yang sebenarnya oleh pembuluh-pembuluh darah. Plasenta tambahan ini mungkin tertinggal pada
pelepasan plasenta dan mungkin menyebabkan perdarahan.
Kita dapat
mengetahui tertinggalnya plasenta tambahan dengan memeriksa selaput janin
dengan teliti. Kalau terdapat lobang
pada selaput dekat pinggir plasenta, dan pada pinggir lobang ini terdapat
pembuluh-pembuluh darah yang terkoyak maka plasenta tambahan harus di duga. Pada
klinis, bila pada waktu persalinan, ada uri tambahan yang tertinggal maka dapat
terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam
selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka harus
diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata.
·
Plasenta membranacea
Plasenta lebar dan tipis meliputi hampir seluruh
permukaan corion. Rupa-rupanya pemberian
darah sedemikian baiknya, sehingga jonjot-jonjot chorion dalam
decidua capsularis tidak mati tapi tumbuh terus.
Plasenta membranacea dapat menimbulkan perdarahan
antepartum dan memberi kesulitan pada kala III karena plasenta yang tipis ini
sukar terlepas.
·
Plasenta circumvallata
Pada
permukaan fetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta,
sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang timbul ke samping
di bawah decedua, jadi bukan villus pancang. Diduga bawa chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan,
villi menyerbu ke dalam decidua di luar permnukaan chorion frondosum.
Apakah plasenta circumvallata menimbulkan gejala-gejala klinis belum jelas. Menurut beberapa penyelidik dapat menimbulkan
perdarahan dan abortus. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir
plasenta, disebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut sebagai plasenta
ekstrakorial. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari selaput
sehingga plasenta lahir telanjang. Tertinggalnya selaput ini dapat menyebabkan
perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat
ditegakkan setelah plasenta lahir, tetapi dapat diduga bila ada perdarahan
intermiten atau hidrorea.
Kelainan Insersi Plasenta
Plasenta Normal
Setelah terjadinya
fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan disebut sebagai zygote.
Kemudian terjadi pembelahan pada zygote sehingga menghasilkan apa yang disebut
sebagai blastomers, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-tahap
perkembangan ini, zona pellucida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya
implantasi, zona pellucida menghilang sehingga blastosit menempel pada
permukaan endometrium. Dengan menempelnya blastokist pada permukaan endometrium
maka blastosit menyatu dengan epitel endometrium. Setelah terjadi erosi pada
sel epitel endometrium, trophoblast masuk lebih dalam ke dalam endometrium dan
segera blastokist terkurung di dalam endometrium.
Implantasi ini
terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding posterior dari
uterus. Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi perubahan
untuk menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan kepada
blastokist yang disebut sebagai desidua.
Setelah terjadi implantasi
desidua akan dibedakan menjadi 3 :
1. Desidua basalis:
desidua yang terletak antara blastokist dan miometrium
2. Desidua kapsularis:
desidua yang terletak antara blastokist dan kavum uteri
3. Desidua vera: desidua
sisa yang tidak mengandung blastokist
Bersamaan dengan
hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi fibrinoid, yang
terletak dia antara desidua dan trofoblast untuk menghalangi serbuan trofoblast
lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai
lapisan Nitabuch. Pada perkembangan selanjutnya, saat terjadi persalinan,
plasenta akan terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut.
Plasenta biasanya melekat pada
dinding belakang atau depan rahim dekat pada fundus. Jonjot-jonjot
menyerbu ke dalam dinding rahim hanya sampai kelapisan atas dari stratum
spongiosum.
2.3.2 Plasenta Previa
Kalau implantasi plasenta
rendah, ialah pada segmen bawah rahim dan menutup sebagian atau seluruh ostium
internum maka plasenta sedemikian di sebut plasenta previa (prae = di depan ;
vias =jalan ; jadi artinya di depan jalan lahir atau menghalangi jalan lahir).
Plasenta previa
ialah suatu keadaan dimana plasenta menutupi atau berada sangat dekat dengan
ostium uteri internum. Keadaan ini dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Plasenta previa
totalis: dimana ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa
parsialis: dimana ostium uteri internum sebagian ditutupi oleh plasenta.
3. Plasenta previa
marginalis: dimana bagian tepi dari plasenta berada di pinggir dari ostium
uteri internum.
4. Plasenta letak
rendah: dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, tetapi tepi dari
plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada didekatnya.
·
Etiologi plasenta previa
Etiologi tentang
mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak dapat diterangkan dengan
jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa adalah multi paritas dan
pertambahan usia ibu. Persalinan sebelumnya dengan seksio sesar atau abortus
juga meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Singh dkk melaporkan
adanya plasenta previa pada 3,9% wanita hamil dengan riwayat persalinan dengan
seksio sesar pada kehamilan sebelumnya.
Adanya gangguan
pada vaskularisasi desidua, akibat dari adanya atropi dan inflamasi, berperan
pada terjadinya plasenta previa. William dkk juga menemukan bahwa dengan
merokok resiko terjadinya plasenta previa meningkat dua kali lipat. Teori yang
diberikan ialah bahwa hipoksemia menyebabkan terjadinya kompensasi dari plasenta
sehingga terjadi hipertropi.
Secara
ultrasonografi dapat kita lihat letak dari plasenta. Pada usia kehamilan muda
sering didapatkan adanya plasenta letak rendah. Hal ini disebabkan pada
kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk. Tetapi dengan meningkatnya
usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak plasenta. Perubahan
posisi dari plasenta ini tampaknya disebabkan karena pembesaran segmen atas
rahim dan pembentukan segmen bawah rahim. Disarankan bagi wanita hamil dengan
diagnosis plasenta letak rendah pada saat kehamilan muda untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografi pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk melihat
apakah terjadi perubahan letak plasenta atau tidak.
· Penatalaksanaan
Plasenta Previa
Penderita dengan
plasenta previa datang dengan keluhan adanya perdarahan pervaginam pada
kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga. Penatalaksanaan plasenta previa
tergantung dari usia gestasi penderita dimana akan dilakukan penatalaksanaan
aktif yaitu mengakhiri kehamilan, ataupun ekspektatif yaitu mempertahankan
kehamilan selama mungkin.
Plasenta Accreta
Biasanya, plasenta
akan lepas secara spontan dari implantasinya di uterus beberapa menit pertama
setelah kelahiran bayi. Penyebab tersering terjadinya kelambatan pelepasan
plasenta ialah adanya kontraksi uterus yang tidak adekuat.. Lebih jarang lagi
ialah plasenta menempel erat pada tempat implantasinya. Disebabkan karena
lapisan desisua yang tipis atau tidak ada sehingga lapisan yang seharusnya akan
menghalangi makin dalamnya trofoblast masuk ke dalam endometrium juga tidak
ada.
Kalau jonjot-jonjot chorion
menyerbu dinding rahim lebih dalam dari pada semestinya maka plasentanya
disebut plasenta accreta.
Plasenta accreta adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
implantasi plasenta yang sangat kuat menempel pada dinding uterus, akibat dari
tidak adanya desidua basalis dan ketidaksempurnaan pembentukan lapisan
fibrinoid atau lapisan nitabuch. Seperti telah disebutkan sebelumnya lapisan
ini menghalangi masuknya trofoblas lebih dalam lagi.
Menurut dalamnya penyerbuan
dinding rahim oleh jonjot-jonjot plasenta accreta di bagi sebagai berikut :
1.
Plasenta
Accreta, jonjot menembus
decidua sampai berubungan dengan myometrium.
2. Plasenta Increta, jonjot-jonjot sampai ke dalam
lapisan myometrium.
3. Plasenta Percreta, jonjot-jonjot menembus myometrium
hingga mencapai parametrium dan kadang- kadang juga menembus parimetrium dan menimbulkan
ruptura uteri.
·
Etiologi plasenta accreta, inkreta, dan perkreta
Kelainan pada desidua
basalis dan tidak terbentuknya lapisan fibrinoid (lapisan Nitabuch), sehingga
jonjot korion dapat terus masuk untuk berimplantasi. Keadaan yang mempengaruhi
hal ini ialah implantasi pada segmen bawah rahim, jaringan parut pada bekas
seksiosesar sebelumnya atau bekas insisi pada uterus, ataupun bekas kuretase.
· Penatalaksanaan
Plasenta acrreta ada yang
komplit, dimana seluruh permukaan
plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim dan ada yang parsiil di
mana plasenta di beberapa tempat saja melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta accreta menimbulkan penyulit pada
kala III karena tentu sukar lepas dari dinding rahim.
Plasenta accreta tidak boleh dilepaskan secara manual karena mudah menimbulkan perforasi. Terapi
yang lazim ialah hysterektomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar