Pengertian Selaput Janin
Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membrane chorion
amnion (amniochorionic membrane). Rongga yang diliputi selaput janin disebut
sebagai rongga amnion. Di dalam ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor
amnii). Asal cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput
amnion atau plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine
janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.(3)
2.2. Fisiologi
Selaput Janin
2.2.1. Perkembangan
Jonjot/Villi
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi/jonjot
meliputi seluruh lingkaran permukaan chorion. Dengan berlanjutnya kehamilan:(2)
1.
Jonjot
pada kutub embrional membentuk struktur chorion lebat seperti semak-semak (chorion
frondosum) sementara.
2.
Jonjot
pada kutub abembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut
chorion laeve.
2.2.2. Perkembangan
Endometrium
Nidasi terjadi dalam selaput lendir yang ada dalam stadium
sekresi, biasanya didaerah fundus uteri. Karena pengaruh hormon-hormon yang
dikeluarkan oleh trofoblast, Endometrium tumbuh menjadi tebal, sel-selnya
menjadi besar, kelenjar-kelenjarnya pun menjadi besar dan pembuluh darahnya
melebar.(2)
Endometrium yang berubah karena pengaruh kehamilan disebut
decidua. Decidua dibagi dalam tiga lapisan: (2)
1.
Stratum compactum, yang sifatnya padat. Telur ada dalam lapisan ini.
2.
Stratum spongiosum, yang mengandung banyak kelenjar-kelenjar dan pembuluh-pembuluh darah
yang lebar, hingga pada penampang berlubang-lubang menyerupai spons.
3.
Stratum Basale
yang tidak berubah.
Dengan membesarnya telur didalam decidua, maka decidua
tersebut terbagi dalam tiga lapisan: (2,3)
1.
Decidua
diatas chorion frondosum menjadi decidua basalis, ialah decidua yang terdapat
antara telur dan dinding rahim
2.
Decidua
yang meliputi embrioblast atau kantong janin diatas chorion laeve menjadi
decidua capsularis, ialah decidua yang terdapat antara telur dan cavum uteri.
3.
Decidua
disisi atau bagian uterus yang abembrional menjadi decidua parietalis.
2.3. Fungsi Selaput
Janin
Selaput
janin selanjutnya disebut sebagai amniochorionic membrane, fungsi dari
amniochorionic membrane ialah untuk melindungi rongga chorion dan amnion.
Sedangkan fungsi cairan amnion sendiri yaitu: (3)
1.
Proteksi
: melindungi janin terhadap trauma dari luar.
2.
Mobilisasi
: memungkinkan ruang gerak bagi janin.
3.
Homeostasis
: menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga amnion,
untuk suasana yang optimal bagi janin.
4.
Mekanik
: menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin (terutama pada
persalinan).
5.
Pada
persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang
steril, sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.
2.4. Kelainan
Selaput
Merupakan
robeknya selaput dalam kehamilan. Selaput janin dapat robek dalam kehamilan: (1)
1.
Spontan,
karena selaputnya lemah atau kurang terlindung karena cervix terbuka (cervix
yang incompetent).
2.
Karena
trauma, karena jatuh, coitus atau alat-alat.
Gejala-gejala:
1.
Air
ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih kecil dari sesuai tuanya kehamilan,
konsistensinya lebih keras.
2.
Biasanya
terjadi persalinan.
3.
Cairan
: hydrorrhoe amniotiea.
Untuk
mengetahui apakah cairan yang keluar, betul-betul air ketuban ditentukan
pH-nya, misalnya dengan lakmus atau nitrazin.
Terapi :
1.
Kalau
kehamilan sudah aterm dilakukan induksi.
2.
Kalau
anak prematur diusahakan supaya kehamilan dapat berlangsung terus misalnya
dengan istirahat dan pemberian progesteron.
3.
Kalau
kehamilan masih sangat muda (dibawah 28 minggu) dilakukan induksi.
Kadang-kadang
selaput robek pada kehamilan yang masih sangat muda, misalnya pada
minggu-minggu pertama dari kehamilan. Dalam hal ini anak keluar dari kantongnya
dan tumbuh ekstra chorial.
Gejala-gejala :
1.
Hydrorrhoea
amniotica, sering bercampur darah.
2.
Uterus
kecil.
3.
Pergerakan
anak nyeri.
4.
Bunyi
jantung lekas terdengar (pada bulan ke-4).
5.
Karena
tidak ada air ketuban dapat terjadi cacat bawaan.
Ada
kalanya pada kehamilan yang sangat muda ini, amnion saja yang robek sedangkan
chorion tetap utuh maka terjadi kehamilan extra amnial. Ini biasanya terjadi
karena pemisahan amnion dengan permukaan badan anak kurang sempurna hingga di
beberapa tempat amnion tetap melekat pada kulit.
Karena
air ketuban bertambah banyak, perlekatan ini teregang dan terjadilah
benang-benang amnion atau benang Simonart.
Amnion
tidak sama diregang hingga mudah robek dan anak keluar dari ruangan amnion.
Benang-benang amnion ini dapat menimbulkan amputasi intrauterin dari
anggota-anggota badan. Penyakit amnion lainnya ialah amnionitis, kista amnion,
dan amnion nodosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar