Laman

Cari Materi

Senin, 10 Juni 2013

Induksi Persalinan

Induksi persalinan
Induksi persalinan ialah suatu tindakan pada ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun secara medisinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, dimana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu.
Cara
  1. Secara medis
    • Infus oksitosin
    • Prostaglandin
    • Cairan hipertonik intrauterin
  2. Secara manipulatif/dengan tindakan
    • Amniotomi
    • Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (Stipping of the membrane)
    • Pemakaian rangsangan listrik
    • Rangsangan pada puting susu

Indikasi
  1. Indikasi janin
    • Kehamilan lewat waktu
    • Ketuban pecah dini
    • Janin mati
  2. Indikasi ibu
·         Kehamilan dengan hipertensi
·         Kehamilan dengan DM

Kontra indikasi
1.      Malposisi dan malpresentasi janin
2.      Insufisiensi plasenta
3.      Disproporsi sefalofelfik
4.      Cacat rahim, misalnya pernah mengalami SC, enukleasi miom
5.      Grande multipara
6.      Gemeli
7.      Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion
8.      plasenta previa

Syarat dilakukan
Syarat pemberian inpus oksitosin
  1. agar inpus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
    1. kehamilan aterm
    2. ukiran panggul normal
    3. tidak ada CPD
    4. janin dalam persentasi kepala
    5. serviks sudah matang yaitu, portio terbuka, mulai mendatar dan sudah mulai membuka.
  2. untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalianan kemungkinan akan berhasil.
Skor
0
1
2
3
Pembukaan serviks (cm)
0
1-2
3-4
5-6
Pendataran serviks
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Penurunan kepala
-3
-2
(-1)-0
(+1)-(+2)
Konsistensi serviks
keras
sedang
Lunak

Posisi serviks
Ke belakang
Searah sumbu jalan lahir
Ke arah depan



Prosedur
  1. teknik inpus oksitosin berencana
    1. semalam sebelum infus oksitosin, hendaknya pasien sudah tidur dengan nyenyak.
    2. pagi harinya pasien diberi pencahar.
    3. inpus oksitosin hendaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasi yang  baik.
    4. Disiapkan cairan Dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin.
    5. Cairan yang sudah mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan secara intravena melalui saluran infus dengan jarum no 22 G.
    6. Tetesan permulaan dibuat agar kadar oksitosin mencapai 2mU permenit.
    7. Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam waktu 15 menit ini his tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40m UI permenit. Bila sudah mencapai kadar ini, namum kontraksi rahim belum juga timbul, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikkan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan.
    8. Pasein dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya teteni uteri, tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.\
    9. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
    10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai, yaitu sampai 1 jam setelah lahirnya plasenta.
    11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakuakan dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infus oksitosin bila ternyata kemdian persalinan telah berlangsung, maka infus oksitosin dilanjutkan sampaipembukaan lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka tetesan infus oksitosin dipertahankan dan ibu dipimpin mengejan atau dibimbing dangan persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberian infus oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin maka infus oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan harus dihentikan dengan SC.

  1. pemberian prostaglandin
prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-otot rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim adalah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat diberikan intravena, oral, vagina, rektal dan inta amnion. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostaglandin cukup efektif. Pengaruh sampingan dari pemberian prostaglandin ialah mual, muntah dan diare.

  1. pemberian cairan hipertonik intrauterin
    1. pemberian cairan hipertonik dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamlan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.
    2. Cara ini dapat menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeski dan gangguan pembekuan darah.

  1. amniotomi
    1. amniotomi artifisial dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik dibagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakanng (hind water) denga n suatu alat khusus. Sampai sekarang belum diketahui secara pasti bagaimana amniotomi merangsang tombulnya kontraksi rahim.
    2. Beberapa teori mengemukakan bahwa:
·         Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kotraksi rahim dapat elbih kuat untuk membuka serviks.
·         Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnya oksigenasi otot-otot rahim dan keadaan ini menyebabkan kepekaan otot rahim.
·         Amniotomi dapat menyebabkan kepala dapat langsung menekan diding serviks dimana didalamnya terdapat banyak sraf-saraf yang merangsang kontraksi rahim.
    1. Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda persalinan, maka harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin.
    2. Pada amniotomi perlu diiangat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagain berikut:
·         Infeksi
·         Prolaps punikuli
·         Gawat janin
·         Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara cepat)

  1. melepaskan ketuban dari bagian bawah rahim
    1. Yang dimaksud dengan Stippng of the membrane, aialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara ,menyeluruh setinggi mungkindengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektifdalam merangsang timbulnya bis.
    2. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini ialah:
·         Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari
·         Bila didapatkan persanggakaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan
·         Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.

  1. pemekaian rangsangan listrik
Dengan dua elektrode, yang satu diletakan dalam serviks, sedangan yang lain ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecilse hingga dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di RS. Pemakaina alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.

  1. rangsangan pada puting susu
    1. sebagainama diketahui rangsangan puting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan penelitian ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan pada kehamilan dengan merangsang puting susu.
    2. Pada salah satu puting susu, atau daerah areola mammaedilakukan masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah puting dan areola mammae diberi minyak pelicin. Lamanya tipa kali melakukan masase ini ½ jam- 1 jam, kemusian istirahat beberapa jam dan kemudain dilakukan lagi, sehingga dalm satu hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dilakukan dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara bersamaan karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian yang dilakukan diluar negeri cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan pemetangan serviks pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.

Komplikasi
1.      tetani uteri, ruptur uteri membakat dan ruptur uteri
2.      gawat janin.


Daftar pustaka
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar