Hypertensi Dalam Kehamilan
Penyakit hypertensi dalam kehamilan
merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan
hypertensi dan kadang-kadang disertai dengan proteinuria, oedema, convulsi,
coma, atau gejala-gejala lain.
Penyakit ini cukup sering dijumpai dan
masih merupakan salah satu sebab dari kematian ibu. Di U.S.A. misalnya 1/3 dari
kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hyprtensi dalam kehamilan menjadi juga
penyebab yang penting dari kelahiran mayi dan kematian neonatal.
Kematian bayi ini terutama
disebabkan partus prematurus yang
merupakan akibat dari penyakit hypertensi.
Klasifikasi menurut Amarican Commite and Maternal Walfare:
1. Hypertensi
yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi
dan eklamsi . Diagnosa dibuat atas dasar hypertensi dengan proteinuria atau
oedema atau kedua-duanya pada wanita setelah minggu ke 20
2. Hypertensi
yang kronis (apapun sebabnya) . diagnose dibuat atas adanya hypertensi sebelum
kahamilan atau penemuan hypertensi
sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah kehamilan
berakhir.
3. Preeklamsi
dan eklamsi yang terjadi atas dasar hyprtensi yang kronik. Pasien dengan
hypertensi yang kronik. Pasien dengan hypertensi yang kronik sering memberat
penyakitnya dalam kehamilan, dengan gejala-gejala hypertensi naik,
proteinnuria, oedema dan kelaianan retina.
4. Transient
hypertension. Diagnose yang dibuat kalau timbul hypertensi dalam kehamilan atau
24 jam pertama dari nifas pada wanita yang terjadi normotensip dan yang hilang
dalam 10 hari post partum.
2.2 Terminologi
pada Hipertensi Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan
5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam
kehamilan juga masih cukup sangat tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh
etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani
petugas non medik dan system rujukan 6yang belum sempurna. Hipertensi dalam
kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang
pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua
tenaga medic baik pusat maupun di daerah.
Terminologi
yang dipakai
1. Hipertensi
dalam kehamilan
2. Preeklamsia-eklamsia
Pembagian
klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah
berdasarkan Report of the National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2001, ialah:
1. Hipertensi
kronik
2. Preeclampsia-eklamsia
3. Hipertensi
kronik dengan superimposed preeklamsia
4. Hipertensi
gestasional.
Penjelasan
pembagian klasifikasi
1. Hipertensi
kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minngu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetapsampai 12 minggu persalinan.
2. Preeklamsia
adalah hypertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria
3. Eklamsia
adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma
4. Hipertensi
kronik dengan superimposed preeklamsia
adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria
5. Hipertensi
gestasional( disebut juga transient
hypertension) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
dengan proteinuria dan hypertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan
atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa proteinuria.
Penjelasan
tambahan
1. Hipertensi
ialah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekana
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selanh 4 jam. Kenaikan tekanan darah
sistolik ≥ 30 mmHg dan keniakan tekanan
darahdiastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipaki lagi.
2.3 Faktor
Resiko
Terdapat banyak factor resiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan , yang dapat dikelompokkan dalam factor
resiko sebagai berikut:
1. Primi
gravid, primipaternitas
2. Hiperplasentosis,
misalnya: mola hidatidisa, kehamilan multiple, DM, Hidrops fetalis, bayi besar
3. Umur
yang Ekstrim
4. Riwayat
keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
5. Penyakit-penyakit
ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas
2.4 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan
hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dekemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut
dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah:
1. Teori
kelainan vaskulararisasi plasenta
2. Teori
iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
3. Teori
intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori
adaptasi kardiovaskularori genetic
5. Teori
defisiensi gizi
6. Teori
inflamasi
Patofisiologi
Hipertensi Kronis
Terdapat banyak
akibat hypertensi karena kehamilan yang terjadi pada ibu, berikut akan dibahas berdasarkan
analisa kelainan kardiovaskuler, hematologik, endokrin, elektrolit, renal,
hepatik dan serebral. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991: 616).
1. Sistem Kardiovaskuler
Meskipun terdapat peningkatan curah
jantung pada ibu hamil normal, tekanan darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya
menurun sebagai akibat resistensi perifer berkurang. Pada ibu hamil dengan
hypertensi, curah jantung biasanya tidak berkurang, karena curah jantung tidak
berkurang sedang konstriksi arteriol dan tahanan perifer naik, maka tekanan
darah akan meningkat. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 616)
2. Hematologik
Perubahan-perubahan
hematologik penting yang ditemukan pada wanita hypertensi ialah penurunan atau
sebenarnya tidak terjadinya hypervolemia yang normal pada kehamilan, perubahan-perubahan
mekanisme koagulasi dan adanya peningkatan dekstruksi eritrosit. (Pritchard,
Mac Donald, Gant. 1991 : 619).
3. Endokrin
Pada
kehamilan normal, kadar plasma renin, angiotensin II dan aldosteron meningkat.
Sebaliknya pada hypertensi karena kehamilan, bahan tersebut biasanya menurun
mendekati batas normal pada keadaan tidak hamil. Peningkatan
aktivitas hormon anti deuritik juga menyebabkan oliguri, kadar chorionic
gonadotropin dalam plasma meningkat secara tidak tetap sebaliknya lactogen
placenta menurun. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 620).
4. Cairan dan Elektrolit
Biasanya volume cairan
ekstraselular pada wanita dengan preeklampsia dan eklampsia sangat bertambah
melebihi penambahan volume yang biasanya terjadi pada kehamilan normal. Mekanisme
yang menyebabkan ekspansi cairan yang patologis belum jelas. (Pritchard, Mac
Donald, Gant. 1991 : 621).
5. Perubahan Hepar
Pada HKK (Hipertensi Karena Kehamilan) yang berat,
kadang terdapat kelainan hasil pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminace), hyperbilirubin yang berat jarang terjadi.
(Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 623)
2.5
Etiologi
Teori yang dianggap dapat
menjelaskan etiologi dan patofisiologi PE harus dapat menjelaskan kenyataan
bahwa HDK seringkali terjadi pada :
1. Mereka yang terpapar pada villi
chorialis untuk pertama kalinya ( pada nulipara )
2. Mereka yang terpapar dengan villi chorialis
yang berlimpah ( pada kehamilan kembar atau mola )
3. Mereka yang sudah menderita penyakit
vaskular sebelum kehamilan.
4. Penderita dengan predisposisi
genetik Hipertensi .
Menurut Sibai (2003), faktor-faktor yang berpotensi sebagai
etiologi :
1. Invasi trofoblastik abnormal kedalam
vasa uterina.
2. Intoleransi imonologi antara
maternal dengan jaringan feto-maternal .
3. Maladaptasi maternal terhadap
perubahan kardiovaskular atau inflamasi selama kehamilan.
4. Defisiensi bahan makanan tertentu (
nutrisi ).
5. Pengaruh genetik.
A. INVASI TROFOBLAST ABNORMAL
Implantasi plasenta yang normal
Terlihat proliferasi trofoblas
ekstravillous membentuk kolom sel didekat “anchoring villous”
Trofoblas ekstravilous melakukan
invasi desidua dan kearah bawah kedalam arteri spiralis.
Akibatnya, terjadi penggantian
endotel dan dinding otot dari pembuluh darah serta pembesaran dari pembuluh
darah
Pada proses implantasi normal : arteri spiralis mengalami “remodeling”
secara ekstensif akibat invasi oleh trofoblast endovaskular (gambar atas)
Pada PE : invasi trofoblastik berlangsung secara tak
sempurna. Pembuluh darah desidua ( bukan pembuluh darah miometrium ) terbungkus
dengan trofoblas endovaskular.
Besarnya gangguan invasi trofoblas
pada arteri spiralis berhubungan dengan beratnya HT yang terjadi.
Perubahan dini pada PE :
·
Kerusakan
endothelium.
·
Insudasi
bahan dalam plasma kedalam dinding pembuluh darah.
·
Proliferasi
sel miointima dan nekrosis bagian medial.
Terdapat akumulasi lipid pada sel miointima dan makrofag,
sel yang mengandung lipid tersebut disebut artherosis (gambar bawah)
Artherosis dalam pembuluh darah
Gambar bawah adalah gambar skematik
dari struktur artherosis
Obstruksi lumen arteri spiralis akibat artherosis
menyebabkan terganggunya aliran darah.
Redman dan Sargent (2003) : gangguan perfusi plasenta akibat
artherosis arteri spiralis adalah awal kejadian sindroma PE.
B.
FAKTOR
IMUNOLOGI
Terdapat sejumlah bukti yang
menyatakan bahwa PE adalah penyakit dengan mediasi imunologi. Resiko PE
meningkat pada keadaan dimana pembentukan “blocking antibody”
terhadap “placental site” terganggu. Dekker dan Sibai (1998)
meneliti peranan maladaptasi imunologis dalam patofisiologi PE. Dimulai sejak
trimester kedua, pasien yang akan menderita PE mempunyai helper T cell (Th1)
yang rendah dibandingkan mereka yang tidak akan menderita PE. Pada penderita dengan
antibodi anticardiolipin, lebih sering terjadi kelainan plasenta
dan PE.
C.
VASKULOPATI
dan INFLAMASI
Melalui berbagai macam cara,
perubahan inflamasi merupakan kelanjutan dari perubahan yang terjadi plasenta.
Sebagai respon terhadap faktor plasenta yang dilepaskan akibat adanya reaksi
iskemik terjadi sebuah rangkaian proses seperti yang terlihat pada gambar
skematik dibawah.
Pada desidua terdapat banyak sel
yang bila diaktivasi akan mengeluarkan bahan – bahan tertentu yang dapat
merusak sel endotel. Disfungsi sel endotel berhubungan dengan PE melalui proses
adaptasi inflamasi intravaskular.
Stresor oksidatif memiliki karakter
bagi spesies tertentu dan adanya radikal bebas penting bagi pembentukan
peroksidase lipid yang dapat berlipat ganda dengan sendirinya (“self
propagation” ).
Bahan yang bersifat radikal bebas tersebut mempunyai sifat :
·
Mampu
mencederai sel endothel pembuluh darah.
·
Modikasi
produksi nitric oxide.
·
Mengganggu
keseimbangan prostaglandin.
Antioksidan penting antara lain : Vitamin E atau α-tocopherol,
Vitamin C dan Vitamin A β-carotene
D.
FAKTOR
NUTRISI
Berbagai faktor defiensi nutrisi diperkirakan berperan
sebagai penyebab Eklampsia.
Banyak saran yang diberikan untuk
menghindarkan hipertensi misalnya dengan menghindari konsumsi daging
berlebihan, protein, purine, lemak, hidangan siap saji (snack), dan
produk-produk makanan instan lain.
John dkk (2002) : diet buah dan
sayur banyak mengandung aktivitas non-oksidan yang dapat menurunkan tekanan
darah.
Zhang dkk (2002) : kejadian PE pada
pasien dengan asupan vitamin C harian kurang dari 85 mg dapat meningkat menjadi
2 kali lipat.
Obesitas adalah faktor resiko yang
berpotensi untuk menyebabkan terjadinya PE. Obesitas pada ibu tidak hamil dapat
menyebabkan aktivasi endotel dan respon inflamasi sistemik yang berhubungan
dengan arterosklerosis.
Kadar C-reactive protein (“inlamatory
marker”) meningkat pada obesitas yang seringkali berkaitan dengan PE.
E.
FAKTOR
GENETIK
Ness Dkk (2003) : predisposisi
hipertensi secara herediter sangat berkait dengan kejadian PE dan E.
Chesley dan Cooper (1986) :
menyimpulkan bahwa PE dan E menurun diantara saudara sekandung perempuan, anak
perempuan, cucu perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar