2.1 Kehamilan Ektopik
2.1.1 Pengertian
Ialah
kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
endometrium kavum uterus. Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah : kehamilan
tuba, kehamilan ovarian, kehamilan intra ligamenter, kehamilan servikal dan
kehamilan abdominal primer atau sekunder.
Sering juga
dipergunakan istilah kehamilan intra uteri yang berarti kehamilan diluar rahim.
Jadi sebenarnya kehamilan dalam serviks, pars intertitialis tuba dan dalam
tanduk rudimenter bukan kehamilan intra uteri walaupun merupakan kehamilan
ektopik.
2.1.2 Macam-macam kehamilan
ektopik
Yang termasuk dalam kehamilan
ektopik ialah:
·
Kehamilan
tuba
·
Kehamilan
ovarial
·
Kehamilan
intraligamenter
·
Kehamilan
servikal
·
Kehamilan
abdominal
2.1.3 Etiologi
Kebanyakan
kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba. Sebagian besar penyebab kehamilan
ektopik tidak diketahui. Setelah sel telur dibuahi di bagian ampula tuba, maka
setiap hambatan sel telur kedalam rongga rahim memungkinkan kehamilan tuba. Faktor-faktor
yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
·
Faktor
tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan konginetal tuba, pembedahan
sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba dan kehamilan
ektopik sebelumnya.
·
Kelainan
zigot,yaitu kelainan kromosomdan malformasi.
2
·
Faktor
ovarium,yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
·
Penggunaan hormone eksogen.
·
Faktor
lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
( Dr.Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).
2.1.4Patofisiologi
Ovum yang
telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium cavum uteri. Prinsip
patofisiologi : gangguan / interferensi mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju cavum uteri.Kemungkinan implantasidi tuba
Falopii (paling sering, 90-95%, dengan 70-80% di ampulla), serviks,
ovarium,abdomen,dsb.
Implantasi patologik di dinding lumen tuba paling sering, karena tuba merupakan
jalur utama perjalanan ovum.
Sering
terjadi pada :
·
Kelainan
tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (misalnya salpingitis), menyebabkan
oklusi atau kerusakan silia tuba.
·
.Riwayat
operasi tuba, sterilisasi,dsb.
·
Riwayat
penyakit radang panggul lainnya.
·
Penggunaan
IUD yang mencegah terjadinya implantasi intrauterin.
·
ovulasi
yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi invitro, dan
sebagainya.
Isi konsepsi yang
berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina propria dan pars muskularis
dinding tuba. Kerusakan tuba lebih lanjut disebabkan
oleh pertumbuhan invasif jaringan trofoblas. Karena trofoblas menginvasi pembuluh
darah dinding tuba, terjadi hubungan sirkulasi yang memungkinkan jaringan
konsepsi bertumbuh.
Pada suatu saat, kebutuhan embrio di dalam tuba tidak
dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan
akibat hal ini : pertama, kemungkinan terbentuknya jaringan mola berisi darah
di dalam tuba, karena aliran darah di sekitar chorion menumpuk,
3
menyebabkan distensi tuba,
dan mengakibatkan ruptur intralumen kantung gestasi di dalam lumen tuba. Kedua,
kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen.
ketiga, kemungkinan reabsorpsi jaringan konsepsi oleh dinding tuba sebagai
akibat pelepasan dari suplai darah tuba. keempat, kemungkinan ruptur dinding
tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat erosi villi chorialis atau
distensi berlebihan tuba – keadaan ini yang umum disebut kehamilan ektopik
terganggu / kehamilan ektopik dengan ruptur tuba.
2.1.5 Diagnostik
1) Kehamilan ektopik belum terganggu
Kehamilan
ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak
menyampaikan keluhan yang khas. Sebagian besar penderita mengalami gangguan
haid atau amenorea, dan ada beberapa yang merasakan nausea. Disamping itu
keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah yang khas, walaupun
kehamiln ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor disamping
uterus dengan batas yang sulit ditentukan.. keadaan ini masih harus dipastikan
dengan alat bantu yang lain seperti ultrasonografi dan laparoskopi.
Setiap
kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau ruptur yang disertai
perdarahan dalam rongga perut yang apabila terlambat diatasi akan membahayakan
jiwa penderita, maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan lebih-lebih setelah
diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik, harus ditangani dengan
sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu diagnostik.
2) Kehamilan ektopik terganggu
Keluhan yang sering disampaikan pada
kehamilan ektopik terganggu ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau
terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian dalam dan tenesmus.
Dapat juga terjadi perdarahan
pervaginam. Penderita tampak kesakitan,
4
pucat, dan pada pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda syok serta pendarahan dalam perut. Pada pemeriksaan
ginekologi ditemukan servik yang nyeri bila digerakan dan cavum douglas yang
menonjol dan nyeri raba. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan
ektopik terganggu jenis atipik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda
dan gejala kehamilan muda tidak jelas demikian pula nyeri perut tidak terlalu
terasa.
2.1.6Alat bantu diagnostik
·
Tes
kehamilan
Yang
dimaksud tes kehamilan dalam hal ini adalah reaksi imunologik untuk mengetahui
ada atau tidaknya hormon human chorionik gonadotropin (HCG) dalam air kemih.
Jaringan trofoblas kehamilan ektopik menghasilkan HCG dalam kadar yang lebih
rendah dari pada kehamilan intra uterin normal, oleh sebab itu dibutuhkan tes
yang mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi. Apabila tes HCG mempunyai
nilai sensitifitas 25 iu/l, maka 90-100% akan memberi hasil yang positif. Tes
kehamilan dengan antibodi monoklonal mempunyai nilai sensitifitas kurang lebih
50 mIU/mI dan dalam penelitian dilaporkan 90-96% kehamilan ektopik memberi
hasil positif.
·
Kuldosentesis
kuldosentesis
adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam cavum dauglas ada
darah atau ciran lain. Cara ini tidak digunakan pada kehamilan belum terganggu.
Hasil pemeriksaan :
-
positif
apabila dikeluarkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku
atau yang berupa bekuan kecil-kecil. Darah ini menunjukan adanya hematokel
retrouterin.
-
Negatif
apabila cairan yang dihisap bersifat :
- cairan jernih, yang mungkin
berasal dari peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah.
- nanah yang mungkin berasal dari
penyakit radang pelvis atau radang
5
apendiks yang pecah.
- darah segar berwarna merah yang
dalam beberapa menit akan membeku, darah
ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.
·
Ultrasonografi
Aspek
terpenting dalam penggunaan ultrasonografi pada penderita yang diduga mengalami
kehamilan ektopik ialah evaluasi uterus. Kesalahan diagnostik dapat terjadi
kalau dalam kavum uterus ditemukan kantung gestasi palsu (pseudosac). Beberapa
faktor penyebab ditemukannya pseudosac terdapatnya darah dalam kavum uterus,
desidual lining pada uterus, poliferasi
endometrium yang amat tebal dan edem pada wanita yang tidak hamil.
Sebaliknya apabila tidak ditemukan kantung gestasi dalam
uterus, mungkin tampak suatu gambaran daerah ekogenik dalam kavum uterus yang
dapat berasal dari trofoblas pada abortus inkomplit atau desidua pada kehamilan
ektopik.
·
laparoskopi
laparoskopi
digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik,
apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui
prosedur laparoskopi, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara
sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, cavum douglas dan ligamentum
latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat
kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.
2.1.7 Penanganan
Beberapa
hal yang harus diperlihatkan dan dipertimbangkan dalam menangani kasus
kehamilan ektopik yaitu kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomi organ
pelvis, kemampuan teknik bedah dokter operator, dan kemampuan teknologi
fertilisasi invitro
setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan
apakah perlu dilakukan
6
salpingektomi pada kehamilan
tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba.
Salpingostomi dapat dilakukan
dalam beberapa kondisi yaitu :
-
Kondisi
penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok.
-
Kondisi
tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi resikonya akan kehamilan
ektopik berulang.
-
Penderita
menyadari kondisi fertilitasnya dan menginginkan fertilisasi invitro, maka
dalam hal ini salpingektomi mengurangi resiko kehamilan ektopik pada prosedur
fertilisasi invitro.
-
Penderita
tidak ingin mempunyai anak lagi.
2.2 Kehamilan tuba
Kejadian kehamilan tuba ialah, 1 diantara 150 persalinan
(amerika). Kejadian dipengaruhi oleh factor social: mungkin karena golongan
pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorhoe karena kemungkinan berobat
kurang.
2.2.1
Sebab- sebab kehamilan tuba ialah:
A.
Hal-hal
yang mempersulit perjalanan telur kedalam vacumuteri.
Salpingitis chronic
Kelainan congenital tuba
Tumor-tumor
yang menekan pada tuba
Perlekatan
tuba dengan alat-alat sekitarnya
Migration
externa: perjalanan telur panjang dan lama , hingga sudah terbentuk trofoblast
sebelum telur ada dalam cavum uteri.
B.
Tuba yang panjang seperti pada
hipoplasia uteri .
C.
Hal-hal yang memudahkan nidasi: adanya
endom,etrium yang ektopik didalam tuba(jarang).
Menurut
tempatnya nidasi maka terjadilah:
Kehamilan
ampuler -dalam ampula tubae
Kehamilan
isthmik -dalam isthtubae
Kehamilan
interstisil – dalam pars interstitialis tubae
7
Kadang- kadang malahan nidasi terjadi pada fimbria. Dari
bentuk diatas secara sekunder dapat terjadi kehamilan tubo –abdominal, tubo
ovarial atau kehamilan dalam ligamentum latum. Kehamilan paling sering terjadi
di ampula tubae.
Implantasi telur dapat bersifat columner ialah pada
puncak lipatan selaput tuba atau intercolumner ialah antara lipatan selaput
lendir. Setelah telur menembus spitel maka pada implantasi intercolumner telur
masuk kedalam lapisan otot tuba karena tidak ada deciduas. pada implantasi
columner terletak dalam selaput lendir.
Walaupun kehamilan terjadi dikluar rahim , rahim membesar
juga karena hypertropi dari otot-ototnya disebabkan karena pengaruh
hormone-hormon yang dihasilkan trofoblast. Demikian juga endometriumnya berubah
menjadi deciduas vera.
Menurut Aries
Stellan perubahan histologist pada endometrium cukup khas untuk membantu
diagnose. Setelah janin mati deciduas ini mengalami degenerasi dan dikeluarkan
sepotong demi sepotong.tapi kadang-kadang lahir secara keseluruhan hingga
merupakan cetakan cavum uteri.
Pelepasan deciduas ini disertai dengan pendarahan dan
kejadian ini menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilan ektopik
yang terganggu.perkembangan kehamilan tuba: kehamilan tuba biasanya tidak dapat
mencapai cukup bulan , biasanya berakhir pada minggu ke 6 sampai minggu ke 12 ,
yang paling sering pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8.
Berakhirnya kehamilan tuba ada 2 cara:
A.
Abortus tuber
Pada
abortus tuber, telur karena bertambah besar menenbus endosalpinx ( selaput
lendir tuba) masuk ke dalam liang tuba dan di keluarkan ke arah infundibulum.
Hal ini terutama terjadi karena telur berimplantasi di daerah ampula tubae.
Disini biasanya telur tertanam columner karena lipatan-lipatan selaput lendir
tinggi dan banyak. Lagi pula disini rongga tuba agak besar hingga telur mudah
tumbuh kea rah rongga tuba dan mudah menenbus ‘decicua capsularis. Yang tipis
dari pada lapisan otot tuba.
8
Abortus tuber
kira-kira terjadi antara minggu ke 6-12.Pendarahan yang timbul karena abortus
keluar dari ujung tuba dan mengisi cavum douglasi, terjadilah haematocele retro
uteribna. Ada
kalanya ujung tuba tertutup karena perleketan-lektan hingga darah berkumpul di
dalam tuba dan menggembungkannya sehingga timbulah haematosapinx.
B. Rupture tubae
Pada rupture tuba telur menembus
lapisan otot tuba ke arah kavum peritonei ini terutama terjadi kala implantasi
telur dalam isthmus tubae. Disini
lipatan-lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi kemungkinan implantasi
intercoluner.
Rupture
pada ismus tuba terjadi sebelum minggu ke 12 karena dinding tuba di sini tipis,
tapi rupture pada pars interstitialis terjadi lambat kadang-kadang baru pada
bulan ke 4 karena disini lapisan otot tebal
2.2.2
Etiologi Kehamilan Tuba
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon
terjadi di ampula tuba. Dari sini ovum yang sudah di buahio di gerakan ke cavum
uteri dan di tempat yang akhir ini mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan
pada tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab
bahwa implantasi terjadi pada endosalping: disini ada kemungkinan pula bahwa
kelainan pada ovum yang dibuahi memberi
pradisposisi untuk implantasi diluar cavum uteri, akan tetapi hal ini
kiranya tidak banyak terjadi.
Diantara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke
uterus sehingga blastovista mengadakan implantasi di tuba adalah :
a. Bekas
radang pada tuba : disini radang menyebankan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi, gerakan ovum ke
uterus terhambat.
b. Kelainan
bawaan pada tuba, antara divertikulum, tuba sangat panjang,dsb.
c. Gangguan
fisiologi tuba karena pengaruh hormonal, perlakatan pada tuba, tekanan pada
tuba oleh tumor dari luar,
d. Operasi
pelastik pada tuba
e. Abortus
buatan
2.2.3 Patologi
Kehamilan Tuba
Mukosa
pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastovista yang
berimplantasi di dalamnya, vaskularisasi kurang baik dan desidua tidak tumbuh
dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan :
1. Ovum
mati dan kemudian di resorbsi, dalam hal ini sering sekali adanya kehamilan
tidak diketahui dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya
ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Trofoblast
dan vilus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan
timbulnya pendarahan dalam humen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba.
3. Trofoblas
dan vilus korialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba
dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini yang
sering terjadi pada kehamilan di isthamus, dapat menyebabkan perdarahan banyak
karena darah mengalir secara bebas dalam rongga peritoneum, dan dapat
menyebabkan keadaan yang gawat pada penderita.
Ruktur dapat terjadi pula pada
dinding tuba yang menghadapi mesosalping: darah mengalir antara 2 lapisan
mesosalping dan kemudia ke ligamentum latum, dan menyebabkan hematom
intraligamenter.
Gejala-gejala yang terpenting :
Nyeri perut : gejala ini paling sering dijumpai
dan terdapat pada hampir semua penderita.
-
Nyeri
perut ini datang setelah mengangkat benda yang berat, buang air besar tapi
kadang-kadang juga saat pasien sedang beristirahat.
-
Amenorrhea :
walaupun amenorrhea sering dikemukakan dalam anamnesa, kita tidak boleh menarik
kesimpulan bahwa kehamilan tuba tidak mungkin kalau gejala ini tidak ada.
-
Perdarahan pervaginam : dengan matinya telur deciduas mengalami degenerasi dan nekrose .
-
Shock karena hipopolania
-
Nyeri bahu dan leher
-
Nyeri pada palpasi
-
Nyeri pada toucher
-
Pembesaran uterus
2.2.4 Diagnosa
Kehamilan
ektopik yang terganggu harus dibedakan dari :
1.
Radang
dari alat-alat dalam panggul, terutama salpingitis.
2. Abortus
biasa
3.
Perdarahan
karena pecahnya kista follikel atau carvus luteum
Untuk
membedakan dengan salpingitis dapat dikemukakan:
1.
Pada
salpingitis pernah ada serangan nyeri perur sebelumnya
2. Nyeri
bilateral
3. Demam
umumnya lebih tinggi
4. Galli
maenini yang positif menuju ke arah kehamilan ektopik yang negative
Pada abortus biasa, perdarahan lebih
banyak, sering ada pembukaan dan uterus biasanya besar dan lunak. Perdarahan karena
pecahnya kista
follikel atau corvus lutheum tidak dapat dibedakan tapi
bukan merupakan persoalan penting karena harus dioperasi juga.
2.2.5 Prognosa
Kehamilan ektopik merupakan sebab
kematian yang penting maka diagnose harus dapat ditentukan dengan cepat,
persediaan darah untuk transfuse harus cukup, begitupula antibiotic.
2.2.6 Pengobatan :
Segera
dilakukan operasi ialah salpingektomi dengan pemberian transfuse darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar