Laman

Cari Materi

Senin, 10 Juni 2013

Induksi Persalinan

Induksi persalinan
Induksi persalinan ialah suatu tindakan pada ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun secara medisinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, dimana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu.
Cara
  1. Secara medis
    • Infus oksitosin
    • Prostaglandin
    • Cairan hipertonik intrauterin
  2. Secara manipulatif/dengan tindakan
    • Amniotomi
    • Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (Stipping of the membrane)
    • Pemakaian rangsangan listrik
    • Rangsangan pada puting susu

Indikasi
  1. Indikasi janin
    • Kehamilan lewat waktu
    • Ketuban pecah dini
    • Janin mati
  2. Indikasi ibu
·         Kehamilan dengan hipertensi
·         Kehamilan dengan DM

Kontra indikasi
1.      Malposisi dan malpresentasi janin
2.      Insufisiensi plasenta
3.      Disproporsi sefalofelfik
4.      Cacat rahim, misalnya pernah mengalami SC, enukleasi miom
5.      Grande multipara
6.      Gemeli
7.      Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion
8.      plasenta previa

Syarat dilakukan
Syarat pemberian inpus oksitosin
  1. agar inpus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
    1. kehamilan aterm
    2. ukiran panggul normal
    3. tidak ada CPD
    4. janin dalam persentasi kepala
    5. serviks sudah matang yaitu, portio terbuka, mulai mendatar dan sudah mulai membuka.
  2. untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalianan kemungkinan akan berhasil.
Skor
0
1
2
3
Pembukaan serviks (cm)
0
1-2
3-4
5-6
Pendataran serviks
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Penurunan kepala
-3
-2
(-1)-0
(+1)-(+2)
Konsistensi serviks
keras
sedang
Lunak

Posisi serviks
Ke belakang
Searah sumbu jalan lahir
Ke arah depan



Prosedur
  1. teknik inpus oksitosin berencana
    1. semalam sebelum infus oksitosin, hendaknya pasien sudah tidur dengan nyenyak.
    2. pagi harinya pasien diberi pencahar.
    3. inpus oksitosin hendaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasi yang  baik.
    4. Disiapkan cairan Dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin.
    5. Cairan yang sudah mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan secara intravena melalui saluran infus dengan jarum no 22 G.
    6. Tetesan permulaan dibuat agar kadar oksitosin mencapai 2mU permenit.
    7. Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam waktu 15 menit ini his tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40m UI permenit. Bila sudah mencapai kadar ini, namum kontraksi rahim belum juga timbul, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikkan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan.
    8. Pasein dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya teteni uteri, tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.\
    9. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
    10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai, yaitu sampai 1 jam setelah lahirnya plasenta.
    11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakuakan dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infus oksitosin bila ternyata kemdian persalinan telah berlangsung, maka infus oksitosin dilanjutkan sampaipembukaan lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka tetesan infus oksitosin dipertahankan dan ibu dipimpin mengejan atau dibimbing dangan persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberian infus oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin maka infus oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan harus dihentikan dengan SC.

  1. pemberian prostaglandin
prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-otot rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot rahim adalah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan prostaglandin dapat diberikan intravena, oral, vagina, rektal dan inta amnion. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostaglandin cukup efektif. Pengaruh sampingan dari pemberian prostaglandin ialah mual, muntah dan diare.

  1. pemberian cairan hipertonik intrauterin
    1. pemberian cairan hipertonik dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamlan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.
    2. Cara ini dapat menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeski dan gangguan pembekuan darah.

  1. amniotomi
    1. amniotomi artifisial dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik dibagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakanng (hind water) denga n suatu alat khusus. Sampai sekarang belum diketahui secara pasti bagaimana amniotomi merangsang tombulnya kontraksi rahim.
    2. Beberapa teori mengemukakan bahwa:
·         Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kotraksi rahim dapat elbih kuat untuk membuka serviks.
·         Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnya oksigenasi otot-otot rahim dan keadaan ini menyebabkan kepekaan otot rahim.
·         Amniotomi dapat menyebabkan kepala dapat langsung menekan diding serviks dimana didalamnya terdapat banyak sraf-saraf yang merangsang kontraksi rahim.
    1. Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda persalinan, maka harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin.
    2. Pada amniotomi perlu diiangat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagain berikut:
·         Infeksi
·         Prolaps punikuli
·         Gawat janin
·         Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara cepat)

  1. melepaskan ketuban dari bagian bawah rahim
    1. Yang dimaksud dengan Stippng of the membrane, aialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara ,menyeluruh setinggi mungkindengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektifdalam merangsang timbulnya bis.
    2. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini ialah:
·         Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari
·         Bila didapatkan persanggakaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan
·         Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.

  1. pemekaian rangsangan listrik
Dengan dua elektrode, yang satu diletakan dalam serviks, sedangan yang lain ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecilse hingga dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di RS. Pemakaina alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.

  1. rangsangan pada puting susu
    1. sebagainama diketahui rangsangan puting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan penelitian ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan pada kehamilan dengan merangsang puting susu.
    2. Pada salah satu puting susu, atau daerah areola mammaedilakukan masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah puting dan areola mammae diberi minyak pelicin. Lamanya tipa kali melakukan masase ini ½ jam- 1 jam, kemusian istirahat beberapa jam dan kemudain dilakukan lagi, sehingga dalm satu hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dilakukan dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara bersamaan karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian yang dilakukan diluar negeri cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan pemetangan serviks pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.

Komplikasi
1.      tetani uteri, ruptur uteri membakat dan ruptur uteri
2.      gawat janin.


Daftar pustaka
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Rawat Gabung ( Rooming-In )

2.1              Konsep Dasar Rooming-In
Rooming in sering juga disebut dengan rawat gabung yaitu menyatukan antara ibu dan bayinya dalam satu kamar, agar antara ibu dan bayinya terjalin suatu hubungan bathin dan ibu bisa menjadi lebih dekat dengan bayinya. Sedangkan pengertian rooming in menurut Soetjiningsih adalah system perawatan ibu dan anak bersama–sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-sewaktu,setiap saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya.(1)
Bayi yang lahir di rumah dan juga yang lahir di lembaga kesehatan hendaknya dijaga agar tetap berada bersama ibunya selama 24 jam sehari, sebaiknya ditempat tidur yang sama, diruangan yang hangat (sedikitnya bersuhu 25˚C). Bila ibu dan bayi berada bersama-sama, maka akan lebih mudah menjaga agar bayi tetap hangat dan juga untuk menyusuinya atas permintaan. Pada lembaga kesehatan, rooming in atau rawat gabung dan sering disebut juga dengan penyatu kamaran membatasi agar bayi tidak terkena infeksi yang ditularkan dalam rumah sakit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu dekat ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang karena ini bukanlah hal yang baru lagi. (1)
Kontak fisik, sentuhan kulit, bau dan suara ibu sangat penting pada minggu pertama usia bayi. Sang Ibu tentu juga sudah menunggu ingin melihat putra atau putrinya dengan cemas. Ada perasaan gelisah ketika melihat dirumah bersalin itu banyak bayi yang sama-sama dilahirkan pada waktu yang hampir bersamaan. Kekhawatiran akan semakin tinggi jika pihak manajemen rumah sakit kurang hati-hati dan teliti dalam mengelola bayi-bayi yang lahir dirumah sakit itu, sehingga dimungkinkan terjadinya bayi tertukar atau bayi tertular penyakit.(2)
Itulah sebabnya dilakukan rawat gabung atau konsep perawatan melekatan, yakni ibu dan bayi dirawat dalam satu ruangan, dengan tujuan utama untuk membentuk ikatan bayi dengan ibu. Sedangkan tujuan kedua adalah memberikan kemantapan dan sugesti kepada ibu karena bayinya tidak mungkin tertukar dengan bayi yang lain. Karena sudah diawasi sendiri secara intensif. (2)
Rawat gabung artinya ibu dan bayinya akan dirawat dikamar privat. Bila ibu memilih rawat gabung, bayinya sedapat mungkin didekat dengan ibunya kecuali pada jam berkunjung. Pada jam berkunjung ini bayi akan didorong kembali ke kamar bayi. Mendekatkan ibu dan bayinya pada saat-saat dan hari-hari pertama setelah melahirkan dianggap sangat penting untuk menumbuhkan hubungan cinta kasih antara ibu dan bayinya bahkan antara orang tua dan bayinya. Tumbuhnya cinta kasih ibu sejak saat-saat pertama bayi lahir akan merangsang keluarnya air susu ibu, makanan paling baik buat bayi untuk dapat tumbuh kembang dengan sempurna. Dalam konsep ini, pihak rumah bersalin bayi dengan didampingi ibunya. Jika kesehatan ibunya sedikit memungkinkan, maka bidan atau petugas kesehatan akan menyerahkan urusan bayi kepada pelukan kasih sayang sang ibu. (2)
Tentu saja sebelumnya ibu diberi petunjuk tentang cara mengganti popok yang benar,  membersihkan bayi buang air kecil atau buang air besar, cara member ASI yang benar dan lainnya. Sang ibu sebaiknya tidak sebentar-bentar untuk memenggil petugas kesehatan. Perawat datang secara berkala hanya untuk mengecek kondisi bayi. Kecuali apabila ibu mau ke toilet sementara si buah hati tidak ada yang menunggu, atau ingin istirahat dan tidur. Perawat akan membawa si buah hati ke ruang bayi. Akan tetapi, sesudah ibu bangun kembali, si buah hati akan di kembalikan lagi pada si ibu. (1)
Di samping membuat hubungan bayi dan ibu menjadi makin melekat, dengan rawat gabung bayi pun dapat mudah mendapat ASI karena ibu bisa memberikannya setiap saat bayi mau. Proses menyusuipun akan berjalan baik dan memberikan dampak yang baik. Antar lain, produksi ASI makin banyak dan bayi menjadi mempunyai daya tahan yang jauh lebih baik disamping itu, masa tinggal bayi lebih pendek sehingga tidak perlu berlama-lama dirumah bersalin. (2)
Rawat gabung juga terbukti menurunkan resiko infeksi pada bayi yang lahir. Salah satunya, mencegah terjadinya infeksi yang didapatkan dari lingkungan sekitar sesudah bayi dilahirkan dikamar perawatan bayi, bayi bisa tertular dari bayi yang lain yang kebetulan sakit. (2)
Oleh karenanya, bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, jangan merasa risih dan menolak apabila dokter menawarkan untuk dirawat gabung dengan bayi. Memang, sang ibu menjadi sedikit repot karena sudah mulai merawat bayinya sendiri. Akan tetapi, manfaat yang didapatkan akan jauh lebih besar. (2)
Bila keadaan ibu dan bayi mengijinkan, bayi dirawat bersama ibu dalam satu kamar. Bayi ini pada waktu-waktu tertentu dikumpulkan dalam ruangan bayi yang berada di dekat kamar ibu, supaya ibu dapat beristirahat dan tidur dengan tenang tanpa diganggu oleh tangisan bayi. Kontak dengan para pengunjung perlu dihindari. Bidan atau perawat yang merawat ibu dan bayi bertanggung jawab penuh terhadap bimbingan untuk ibu mengenai cara pemberian minum (dengan ASI atau dengan botol), cara merawat bayi sehari-hari sampai ibu dapat dan cukup kuat melakukannya sendiri, serta cara mengetahui dan mengenal perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi yang patut dicatat dan dilaporkan pada dokter. Disamping itu seorang dokter harus melihat dan memeriksa bayi dalam rawat gabung setiap hari untuk mengetahui apakah bayi tersebut tetap dalam keadaan baik, atau perlu mendapat pengobatan tertentu, atau perlu dipindahkan ketempat perawatan bayi yang intensif. Keuntungan rawat gabung ialah mencegah atau mengurangi infeksi silang (cross-infection) dan loving and tender care dapat diberikan ibu kepada bayinya sejak lahir. Menurut para ahli jiwa hal ini sangat berarti bagi kehidupannya dikehidupan hari. (2)
Suatu cara yang tepat untuk mencegah infeksi adalah perawatan gabung. Perawatan gabung berarti ibu dan bayi dirawat bersama dalam satu ruangan yang tidak terpisah. Manfaat perawat gabung ialah :
1.      Infeksi saling dibatasi
2.      Promosi penggunaan ASI
3.      Ibu dapat segera dilatih keterampilannya mengurus bayi
4.      Hubungan psikologi ibu dan bayi lebih baik
5.      Membantu tenaga perawatan
Sering kali timbul pertanyaan apakah dengan adanya kunjungan keluarga tidak menimbulkan infeksi. Ternyata penelitian di Indonesia dan pengalaman di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta infeksi silang lebih banyak terdapat pada bayi yang dirawat terpisah. Pada rooming in infeksi silang dapat dibatasi lagi dengan membatasi pengunjung yaitu mereka yang menderita demam, batuk pilek dan diare tidak boleh masuk kamar ibu dan bayi. Demikian pula sebaliknya pengunjung tidak boleh memegang bayi.
Walaupun perawatan gabung ini banyak kebaikannya, bayi yang tidak dapat dirawat gabung adalah :
1.      Bayi yang lahir dengan asfiksia neonatal
2.      Bayi dengan kesulitan pemasangan
3.      Bayi dengan cacat bawaan
4.      Bayi yang lahir dengan partus dengan tindakan
5.      Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500 gram
6.      Bayi yang masa kehamilannya kurang dari 37 minggu
7.      Bayi yang sakit
8.      Ibu yang sakit
Penyimpangan dari kebijaksanaan ini tentu saja dapat dilaksanakan asal ada pengawasan ketat dari dokter. Dalam perawatan gabung ini sang ibu harus diberi instruksi pengamatan gejala-gejala yang berbahaya yaitu :
1.      Kesulitan pernapasan, frekuensi pernapasan lebih dari 60 menit.
2.      Perdarahan
3.      Muntah
4.      Sianosis
5.      Kejang atau tremor
6.      Ikterus
7.      Perut kembung
8.      Diare
9.      Tidak mau menyusui atau minum
10.  Tangisan bayi yang lemah atau terlalu keras
Bila terjadi gejala ini harus segera dilaporkan pada petugas kesehatan. (2)
2.2       Tujuan Rooming In
Tujuan dari rooming in adalah untuk mendekatkan ibu kepada bayinya, mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui bayi dengan baik dan benar. Selain dari pada tujuan dari rooming in adalah sebagai berikut : (4)
1)      Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang dan bahagia bila dekat dengan bayinya. Si ibu dapat membelai-belai bayi, mendengar tangisnya serta memperhatikannya disaat buah hatinya tidur. Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan pada saat-saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayangnya.
2)      Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan produksi ASI akan makin cepat dan makin banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan sesering mungkin. Pada hari-hari pertama yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal itu tak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit.
3)      Pencegahan infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama terhadap diare.
4)      Pendidikan kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makan yang baik, merupakan bahan-bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat diri akan mempercepat mobilisasi, sehingga si ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
2.3       Manfaat rawat gabung
Manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya, adalah sebagai berikut : (4)
1.      Aspek fisik.
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan. Dengan perawatan sendiri dan menyusui sedini mungkin, akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan. Dengan menyusui dini maka ASI pertama keluar yang erwarna kuning atau biasa disebut dengan  kolostrum dapat memberikan kekebalan / antibodi yang sangat berharga bagi bayi. Karena ibu setiap saat dapat melihat bayinya, maka ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya yang mungkin berhubungan dengan kesehatannya.
2.      Aspek fisiologis.
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim. Di samping itu akan timbul refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI. Efek menyusui dalam usaha menjarangkan kelahiran telah banyak dipelajari di banyak negara berkembang. Secara umum seorang ibu akan terlindung dari kesuburan sepanjang ia masih menyusui dan belum haid, khususnya bila frekuensi menyusui lebih sering dan sama sekali tidak menggunakan pengganti ASI (menyusui secara eksklusif). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa daya proteksi menyusui eksklusif terhadap usaha KB tidak kalah dengan alat KB yang lain.
3.   Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Dengan pemberian ASI kapan saja bayi membutuhkan, akan memberikan kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya, di samping merasa dirinya sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini akan memperlancar produksi ASI karena seperti telah diketahui, refleks let-down bersifat psikosomatis. Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila suaminya berkunjung, akan terasa adanya suatu ikatan kesatuan keluarga.
4.   Aspek edukatif.
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di rumah sakit ibu akan melihat, belajar dan mendapat bimbingan bagaimana cara menyusui secara benar, bagaimana cara merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dsb. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit. Di samping pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama suami, dengan cara mengajarkan suami dalam membantu istri untuk proses di atas. Suami akan termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya. Jangan sampai terjadi seorang suami melarang istrinya menyusui bayinya karena suami takut payudara istrinya akan menjadi jelek. Bentuk payudara akan berubah karena usia adalah hal alami, meskipun dengan menggunakan kutang penyangga yang baik, ditambah dengan nutrisi yang baik, dan latihan otot-otot dada serta menerapkan posisi yang benar, ketakutan mengendornya payudara dapat dikurangi.
5.   Aspek ekonomi
Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya sendiri, sehingga waktu terluang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih cepat dan memungkinkan tempat tidur digunakan untuk penderita lain. Demikian pula infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti penghematan biaya bagi rumahsakit maupun keluarga ibu. Bagi ibu juga penghematan oleh karena lama perawatan menjadi singkat.
6.   Aspek medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.
2.4        Pelaksanaan rawat gabung dan kegiatan penunjangnya
Dalam rawat gabung bayi ditempatkan bersama ibunya dalam suatu ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja bayi atau ibu membutuhkannya. Bayi dapat diletakkan di tempat tidur bersama ibunya, atau dalam boks di samping tempat tidur ibu. Modifikasi lain dengan membuat sebuah boks yang ditempatkan di atas tempat tidur di sebelah ujung kaki ibu. Yang penting ibu harus bisa melihat dan mengawasi bayinya, apakah ia menangis karena lapar, kencing, digigit nyamuk dan sebagainya. Tangis bayi merupakan rangsangan sendiri bagi ibu untuk membantu produksi ASI.(4)
Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat mengenali keadaan- keadaan abnormal, kemudian melaporkannya kepada dokter. Bayi kuning sering merupakan masalah bagi ibu meskipun sebenarnya keadaan ini seringkali masih dalam batas fisiologis. Dokter (terutama dokter anak dan kebidanan) mengadakan kunjungan sekurang-kurangnya sekali dalam sehari. Dokter harus memperhatikan keadaan ibu maupun bayi, terutama yang berhubungan dengan masalah menyusui. Perlu diperhatikan apakah ASI sudah keluar, adakah pembengkakan payudara, bagaimana putingnya, adakah rasa sakit yang mengganggu saat menyusui, dan sebagainya. Demikian pula dengan bayinya, apakah sudah dapat mengisap, kuat atau tidak, rewel atau tidak, apakah muntah, mencret dan keluhan yang lainnya. (4)
Ibu menyusui sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan bayi, tidak dikenal lagi penjadwalan dalam memberikan ASI kepada bayi. Perawat harus membantu ibu untuk merawat payudara, menyusui, menyendawakan dan merawat bayi secara benar. Bila bayi sakit/perlu diobservasi lebih lanjut, bayi dipindah ke ruang rawat bayi baru lahir (neonatologi). Bayi akan memperoleh perawatan lebih intensif, meskipun bukan berarti ASI tidak diberikan. ASI tetap diberikan dengan cara ibu berkunjung, atau ASI diperas dan diberikan dengan sendok. (4)
Bila ibu dan bayi sudah diperbolehkan pulang, diberikan penyuluhan lagi tentang cara merawat bayi, payudara dan cara meneteki yang benar sehingga ibu di rumah terampil melakukan rawat gabung serta cara mempertahankan meneteki sekalipun ibu harus berpisah dengan bayinya. Harus ditekankan bahwa bayi tidak boleh diberi dot/kempengan. Selanjutnya perawat mengumpulkan data ibu dan bayi dalam sebuah lembar catatan medik yang sudah disiapkan. (4)
2.5       Praktek Rawat Gabung
A. Cara memandikan bayi (4)
a. Siapkan alat-alat
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah memandikan bayi
c. Bayi diletakkan telentang di atas tempat tidur/meja dengan alas perlak dan
    handuk
d. Muka dan telinga dibersihkan dengan kain (waslap) basah kemudian
    dikeringkan dengan handuk
e. Seluruh tubuh bayi disabun dengan menggunakan waslap yang telah diolesi sabun (leher, dada, perut, lipatan ketiak, kedua tangan / lengan, kedua kaki / tungkai, bagian belakang bayi)
f. Bayi dibersihkan dengan menggunakan kain lap (waslap) basah dalam ember mandi bayi
g. Bayi diangkat dan dikeringkan dengan handuk
h. Tali pusat ditutup dengan kain kasa yang telah direndam dalam alkohol 70%.
i.   Dada, perut dan punggung diolesi minyak telon, tempat lipatan seperti pangkal paha, ketiak dan leher diberi bedak supaya tidak mudah lecet, dan diberi pakaian.

B. Cara merawat tali pusat (4)
a. Siapkan alat-alat
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
c. Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi alkohol 70%
d. Setelah bersih, tali pusat dikompres alkohol/povidon iodine 10% (betadine) lalu dibungkus dengan kain kasa steril kering
e. Setelah tali pusat terlepas/puput, pusar tetap dikompres dengan
alkohol/povidon iodine 10% sampai kering.

C. Bagaimana Menyusui dengan Benar (6)
Kegagalan menyusui sering kali disebabkan karena kesalahan memposisikan dan meletakkan bayi. Puting ibu menjadi lecet dan menimbulkan luka yang terkadang membuatnya menjadi malas untuk menyusui, menyebabkan produksi ASI berkurang dan pada akhirnya bayi pun menjadi malas menyusu. Jika kondisi seperti terus berlanjut, bisa jadi proses menyusui akan terhenti dan si bayi akan kehilangan manfaat ASI yang luar biasa bagi pertumbuhannya. Oleh karena itu sebagai seorang ibu yang ingin berhasil dalam menyusui bayinya, harus melakukan langkah menyusui bayi yang benar berikut ini:
1. Cucilah tangan dengan air bersih yang mengalir agar terhindar dari kuman dan  bakteri.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah    sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. 
3. Ibu duduk dengan santai dan kaki tidak boleh menggantung.
4. Posisikan bayi dengan benar:
·      Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
·      Perut bayi menempel ke tubuh ibu
·      Mulut bayi berada di depan puting ibu
·      Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu
·      Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus
5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
6. Cek apakah perlekatan sudah benar:
·      Dagu menempel ke payudara ibu
·      Mulut terbuka lebar
·      Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi
·      Bibir bayi terlipat keluar
·      Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI)
·      Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan.
·      Ibu tidak kesakitan
·      Bayi tenang
·      Apabila posisi dan perlekatan sudah benar, maka diharapkan produksi ASI tetap banyak
7. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
8. Cara melepaskan puting susu dari mulut bayi, dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.
9. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.
10. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, keluarkan dengan alat pompa susu.

2.6       Kontra Indikasi
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
·         Penyakit jantung derajat III
·         Pasca eklamsi
·         Penyakit infeksi akut, TBC
·         Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
·         Karsinoma payudara
b. Bayi
·         Bayi kejang
·         Sakit berat pada jantung
·         Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
·         Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu

2.7       Persyaratan Rawat Gabung
a. Bayi
·         Tempat tidur bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
·         Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
·         Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
c. Ruang
      • Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
      • Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan)
d. Sarana
·         Lemari pakaian
·         Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
·         Tempat cuci tangan ibu
·         Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
·         Ada sarana penghubung
·         Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
2.8       Model Pengaturan Rawat Gabung
a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b.empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya
c. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
d. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu

2.9       Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
·         Bayi dapat terjaga kemanannya
·         Menggalakkan penggunaan ASI
·         Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
·         Bayi akan nyaman bersama ibunya
·         Suhu tubuh bayi akan selalu terjaga
·         Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaan bayi yang aneh
·         Ibu dapat belajar merawat bayi
·         Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan
·         Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi
·         Berkurangnya infeksi silang mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan
b.      Kerugian
·         Ibu kurang istirahat
·         Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain
·         Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung

·         Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas