Laman

Cari Materi

Rabu, 20 Januari 2016

Analgesi



2.1.   Pengertian  Analgesia
Analgesia adalah usaha untuk mengurangi rasa nyeri dalam kala I dan permulaan kala II.  Analgesik  adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita.
(fisiologi unpad)

2.2.   Jenis  Obat  yang  Digunakan
Terdapat beberapa golongan analgesik yang beredar, diantaranya yaitu:
2.2.1.  Golongan Analgesik dan Antipiretik
Salah satu yang termasuk dalam golongan ini adalah parasetamol (mis. panadol). Parasetamol merupakan analgesik yang relatif paling aman dibanding dengan analgesik yang lain. Obat ini "tidak" mempengaruhi saluran cerna, sistem pembekuan darah dan jantung. Kami sering mengkombinasi parasetamol dengan golongan NSAIDs utamanya kelompok COXIB. Rasanya hampir semua jenis obat sakit kepala, obat flu mengandung parasetamol. Hanya yang perlu anda perhatikan bahwa parasetamol tidak boleh dikonsumsi hingga melebihi 3000 mg perhari dan terutama berhati-hati pada penderita-penderita gangguan hati.
2.2.2. Golongan NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs) atau AINS (Antiinflamasi     NonSteroid)
Golongan ini yang juga banyak beredar dipasaran dan sangat mudah didapatkan. Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan asam mefenamat (Ponstan), diklofenak (voltaren), ibuprofen, piroksikam dan masih banyak lagi. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin yang merupakan salah satu mediator nyeri yang utama. Dalam golongan ini, terdapat jenis analgesik yang lain yang memiliki efek samping yang berbeda dengan "saudaranya". Jika jenis analgesik yang contohnya saya sebutkan diatas memiliki efek samping terutama pada saluran cerna (lambung dan usus) dan pada sistem pembekuan darah, maka "saudaranya" yang satu ini berbeda karena (oleh para ahli) tidak berefek pada saluran cerna dan sistem pembekuan darah namun "katanya" dapat berefek pada jantung. Sang Saudara ini disebut sebagai kelompok "COXIB", yang beredar dipasaran Indonesia adalah celecoxib (celebrex), lumiracoxib (prexige), parecoxib (dynastat). Kelompok ini lebih banyak digunakan untuk mengatasi nyeri persendian dan nyeri pascabedah, namun tidak tertutup kemungkinan bisa juga digunakan untuk jenis nyeri yang lain.
2.2.3.   Golongan  Narkotik  (Opioid)
                        Untuk golongan ini, pasti anda sudah tidak asing lagi dengan MORFIN. Morfin adalah analgesik golongan narkotik yang sudah lama digunakan terutama dalam penanganan nyeri selama dan pasca pembedahan serta dalam penanganan nyeri kanker atau nyeri lain yang tidak teratasi dengan golongan NSAIDs. Morfin merupakan pilihan utama penanganan nyeri yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan analgesik biasa. Selain morfin masih ada lagi saudaranya yang lain seperti kodein, meperidin, fentanyl, sufentanyl. Selain itu ada juga kelompok narkotik sintetik seperti hidromorfon, tramadol. Khusus mengenai tramadol, obat ini relatif lebih aman dibandingkan dengan narkotik lainnya namun efek samping yang paling banyak mengganggu adalah mual dan muntah. Kombinasi tramadol dengan NSAIDs akan menghasilkan efek pereda nyeri yang lebih baik.
2.2.4.   Golongan  Antagonis  Reseptor NMDA
                                 NMDA merupakan salah satu reseptor nyeri pada sistem saraf. Obat dalam golongan ini adalah Dekstrometorfan yang sering digunakan sebagai obat pereda batuk selain kodein. Ada pula yang namanya Ketamin, yang satu ini adalah obat yang sering dipakai dalam suatu tindakan pembiusan sehingga wajar jika ketamin hanya beredar di rumah sakit, khususnya kamar bedah.
2.2.5.   Golongan  Antidepresan
                                 Golongan ini, sesuai dengan namanya, merupakan golongan obat anti depresi yang biasa digunakan dibidang psikiatry. Golongan ini lebih banyak digunakan hanya pada kasus-kasus nyeri kronik, nyeri akibat kerusakan jaringan saraf (bukan berarti orang yang depresi sarafnya banyak yang rusak..!). Yang banyak digunakan dalam terapi nyeri adalah amitriptilin dan imipramin.
2.2.6.   Golongan  Antikonvulsan (Anti  Kejang)
                        Golongan ini biasa dipakai untuk mencegah kejang. Dalam hal nyeri, sama seperti golongan antidepresan, golongan ini juga banyak digunakan sebagai bagian dari penanganan nyeri kronik. Contoh yang sering digunakan adalah karbamazepin dan gabapentin. 

2.3.   Contoh  Obat  yang  Digunakan
2.3.1.   Morfin
   Obat yang satu ini memang kontroversi, maksudnya, begitu mendengar kata "morfin" umumnya yang terbayang adalah "ketagihan, sakau, atau istilah-istilah yang lain" belum lagi terbayang resiko efek sampingnya berupa henti napas, henti jantung. Belum lagi oleh sebagian masyarakat "mengharamkan" morfin karena dianggap berefek mirip dengan alkohol. Namun sebenarnya hal inilah yang menyebabkan mengapa penanganan nyeri menjadi tidak optimal. Inilah "barrier" atau penghalang dalam penanganan nyeri secara optimal. Morfin tidak akan menyebabkan ketagihan (tidak seperti heroin), tidak akan menyebabkan henti napas maupun henti jantung bila digunakan secara rasional dan terukur serta pada penderita yang mengalami nyeri hebat. Morfin memang bukan pilihan pada kasus-kasus nyeri ringan. Morfin menjadi pilihan pada kasus-kasus nyeri pascabedah dan kasus-kasus nyeri akibat kanker. Disisi lain, memang ada aturan ketat dalam hal penggunaan golongan obat yang satu ini, sehingga hanya dapat diberikan atau diresepkan oleh seorang dokter. Khusus mengenai penggunaan morfin dalam kasus-kasus nyeri, insya allah akan diangkat pada tulisan yang akan datang

2.3.2. Demerol  (Meperidin)

            Termasuk dalam kelompok obat penghilang rasa sakit yang disebut narkotika. Hal ini mirip dengan morfin. Ia bekerja dengan menumpulkan pusat persepsi nyeri di otak.  Demerol digunakan untuk menangani nyeri moderat-ke-berat. Hal ini juga dapat digunakan sebelum atau selama operasi dan untuk menghilangkan rasa sakit selama persalinan dan melahirkan.

2.3.3.   Barbiturat (downer)

Barbiturat digunakan secara medis untuk menenangkan orang dan sebagai obat tidur. Barbiturat merupakan obat yang dibeli dengan resep.
Barbiturat mempengaruhi sistim syaraf pusat, menyebabkan perasaan lembab, dan tergantung pada dosisnya, efeknya dapat bertahan antara tiga hingga enam jam. Barbiturat dapat menyebabkan orang jadi sembrono, merasa bahagia dan kebingungan mental -- ketidakbahagiaan juga dapat diakibatkan oleh barbiturat.
Dosis yang tinggi dapat menyebabkan pingsan, masalah pernapasan dan kematian. Kematian akibat overdosis merupakan bahaya yang sangat nyata, karena dosis yang berbahaya takarannya sangat dekat dengan dosis normal yang aman. Kemungkinan overdosis lebih meningkat lagi bila barbiturat dikonsumsi bersamaan dengan alkohol. Risiko penggunaan barbiturat juga meningkat bila obat tersebut disuntikkan.
Tubuh dapat dengan cepat menjadi toleran terhadap barbiturate, yang mengakibatkan ketergantungan fisik dan mental. Sakaw dapat menunjukkan gejala mudah marah, tidak bisa tidur, sakit-sakitan, tidak bisa diam, kejang-kejang, dan halusinasi.  Pengguna berat barbiturat lebih rentan terhadap masalah dada dan hipotermia.
2.3.4.   Scopolamin
Hanya mengurangi ingatan, menimbulkan amnesi dan tidak meninggikan ambang nyeri. Wanita yang diberi scopolamin dapat menjerit, mengerutkan mukanya, pendeknya memperlihatkan bahwa ia merasa nyeri, tetapi apabila terbangun ia tidak ingat sama sekali dan merasa tidak menderita sama sekali.
Memang bila terdapat rasa nyeri, maka sering scopolamin menimbulkan kegelisahan, halusinasi dan delirium. Maka pasien yang diberi scopolamin tidak boleh ditinggalkan seorang diri karena dapat melukai diri.
Keuntungannya adalah scopolamin mengurangi depresi pernapasan yang disebabkan oleh morphine atau barbiturat, maka scopolamin sering diberikan bersama-sama dengan morphine, demerol atau berbiturat.

2.4.  Macam- Macam  Obat  Analgesi  (all dari 
2.4.1.      Analgesi regional
Selama beberapa tahun telah di kembangkan berbagai blok saraf untuk menghilangkan nyeri bagi wanita dalam persalinan dan pelahiran. Berbagai blok saraf ini secara tepat disebut sebagai analgesia regional.
·         Agen anestetik
Beberapa agen anestetik local yang sering digunakan, konsetrasi, dosis, dan lama kerjanya. Sebagai preprat yang cocok untuk analgesia epidural tidak dapat digunakan untuk injeksi subarafnoid karena zat pengawetnya dapat menyebabkan peradangan.
·         Blok pudendal
Untuk menuntun jarum kedalam posisi diatas nervus pudendus digunakan sebuah alat pengarah yang memungkinkan jarm ukuran 22 dengan panjang 15cm menonjol  1-1,5cm dari ujungnya.
·         Blok Varaservikal
Blok ini biasanya menghasilkan analgesia yang baik sampai sangat baik selama kala I persalinan. Namun, karena nervus pudendus tidak di blok diperlukan analgesia tambahan saat persalinan. Biasanya dilakukan penyuntikan lidokain atau kloroprokain, 5-10ml dengan larutan 1% pada arah jam 3 dan jam 9. Obat-obatan analgesik ini memiliki lama kerja yang singkat maka blok ini mungkin perlu di ulang selama persalinan.
·         Blok Spinal (Subaraknoid)
Penyuntikan anastetik lokal kedalam ruang subaraknoid untuk menghasilkan blok spinal telah lama digunakan pada persalinan. Karena ruangan subaraknoid selama kehamilan lebih sempit, jumlah obat anastetik yang sama dalam volume larutan yang sama menghasilkan blockade yang lebih tinggi pada wanita hamil dari pada wanita yang tidak hamil.
·         Blok Epidural lumbal continue
Untuk menghasilkan analgesia total akibat nyeri proses persalinan, perlu dilakukan blok dari dermatom thorakalis ke-10 sampai Sakralis ke-5 untuk persalinan perabdominal, blok harus dilakukan dari ketinggian thorakal ke-8 dan meluas sampai ke dermatom sakral ke-1.
·         Analgesi Opiat Epidural
Penyuntikan opiat kedalam ruang epidural untuk menghilangkan nyeri persalinan sekarang menjadi popular. Penyulit teknik ini kurang menghawatirkan dari pada penyuntikan epidural zat anestetik lokal saja. Mekanisme kerja opiate yang diberikan secara epidural berasal dari interaksi obat ini dengan reseptor spesipik di kornudorsalis dan radiks dorsalis. Obat narkotik ini tampaknya merangsang baik reseptor opioid otak maupun spina.
Opiat saja biasanya tidak dapat menghasilkan analgesia yang memadai dan obat-obat ini paling sering diberikan bersama dengan anastetik lokal. Kumpulan utama pemakaian kombinasi ini adalah awitan pereda nyeri yang cepat, berkurangnya menggigil dan berkurangnya blockade motorik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar