2.1. Penyakit
Trofoblas
Penyakit
trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas. Didalam tubuh wanita
sel trofoblas hanya ditemukan apabila wanita itu hamil. Diluar kehamilan
sel-sel trofoblas dapat ditemukan teratoma pada ovarium karena itu penyakit
trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai gestational trophoblastic
disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut non gestational
trophoblastic disease.
Penykit trofoblas
pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi disini kehamilan tidak
berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan
patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan , berupa degenerasi
keganasan hidropik dari jonjot chorion, sehingga menyerupai gelembung yang
disebut mola hydatidosa.jadi yang termasuk penyakit trofoblas itu adalah mola
hydatidosa dan choriocarcinoma.
Pada tahun
1983, Word health organization scientific grouf on gestational trophoblastic
disease menerbitka rekomendasi spesifik mengenai terminologi untuk definisi
klasifikasi dan penentuan stadium penyakit trofobastik. Penyakit trofoblas
gestasional dapat dibagi menjadi mola hydatidosa dan tumor trofoblastic gestasional.
2.2. Mola
hydatidosa (penyakit trofoblas jinak)
Mola
hydatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar yang dimana tidak
diketemukannya embrio dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
hydropik. Dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan
edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus. Jaringan trofoblas pada villus
kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan
hormon yaitu hormon HCG dalam jumlah
yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Uterus
membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah,
tidak jarang terjadi perdarahan per vaginam . kadang-kadang pengeluaran darah
disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan
diagnosa mola hydatidosa. Dari mola yang
siftnya jinak dapat tumbuh tumor trofoblas yang bersifat ganas.
2.1.1. Faktor risiko
1. Faktor umur
Risiko mola hidatidosa paling rendah pada kelompok umur 20-35 tahun. Risiko
mola hidatidosa naik pada kehamilan
remaja < 20 tahun, naik sangat tinggi pada kehamilan remaja < 15 tahun,
kira-kira 20 x lebih besar. Tinggi pada umur > 40 tahun,naikan sangat menyolok pada umur = 45 tahun
2.
Faktor riwayat kehamilan mh sebelumnya.
Wanita mola hidatidosa sebelumnya, punya risiko lebih besar naiknya
kejadian mola hidatidosa berikutnya
3. Faktor kehamilan ganda.
Mempunyai
risiko yang meningkat untuk terjadinya mola hidatidosa
4.
Faktor graviditas.
Risiko kejadian mola hidatidosa makin naik,dengan meningkatnya graviditas.
5. Faktor kebangsaan / etnik.
Wanita
kulit hitam lebih tinggi resikonya, dibanding wanita lainnya. Euroasian menuru
dua kali lipat dibanding wanita Cina, India atau Malaysia.
6. Faktor genetika.
Frekuensi Balance Tranlocation, wanita dengan
mola hidatidosa komplit lebih banyak dibandingkan dengan yang didapatkan pada
populasi normal
7. Faktor makanan dan minuman.
Angka
kejadian mola hidatidosa tinggi diantara wanita miskin, diet yang kurang
protein. Kelainan genetik pada kromosom.
8. Faktor sosial ekonomi.
Resiko mola
hidatidosa tinggi pada sosial ekonomi rendah.
9.
Faktor lain : Faktor hubungan keluarga/consanguinity,
faktor merokok, faktor toksoplasmosis.
2.2.2.
Patologis
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan
jernih. Biasanya tidak ada janin hanya ada mola partialis kadang-kadang ada
janin. Dibawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari setroma jonjot tidak
adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblas. Pada pemeriksaan kromosom
didapatkan poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin.
Pada mola hydatidosa, ovaria dapat mengadung kista lutein kadang-kadang pada
satu ovarium kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan
berisi cairan ke kuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar kepala bayi.
Kisat lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin
chorion yang tinggi. Kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.
2.2.3.
Gejala-gejala
Pada pasien dengan amnenorrhoe
terdapat:
·
Perdarahan
kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak karena perdarahan ini pasien
biasanya anemis.
·
Rahim
lebih besar daripada sesuai dengan tuanya kehamilan.
·
Hyperemesis
lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
·
Mungkin
timbul preelklamsi atau eklamsi. Terjadinya preeklamsi atau eklamsi sebelum
minggu ke 24 menunjuk ke arah mola hydatidosa.
·
Tidak
ada tanda-tanda adanya janin: tidak ada ballottement, tidak ada bunyi jantung
anak dan tidak ada rangka janin pada rontgen foto.
·
Pada
mola partialis keadaan yang jarang terjadi dapat diketemukan janin.
·
Kadar
gonadotropin chorion tinggi dlam darah dan air kencing
2.2.4.
Klasifikasi
Pembagian mola berdasarkan
dengan adanya janin atau tidak
1. Mola hidatidosa komplit
Villi korion
berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat
sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karekteristik, yaitu :
·
Terdapat degenerasi hidrofik & pembengkakan stroma
villi
·
Tidak ada pembuluh pada villi yang membengkak
·
Proliferasi dari epitel trofoblas dengan
bermacam2 ukuran
·
Tidak adanya janin atau amnion
1.
Mola Hidatidosa parsial
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya
janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm.
Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema
dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain
masih banyak yang normal.
Karakteristik mola adalah adanya konseptus jaringan trofoblastik
hiperplastik yang tertanam pada plasenta. Hasil konsepsi ini tidak memiliki inner
cell mass.
Jika terjadi gangguan pada saat embryonic inner cell mass yang
seharusnya berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi lapisan ekto, meso dan
endoderm, maka perubahan tersebut gagal dan terjadilah pembentukan trofoblas
yang akan berkembang menjadi sitotorofoblas dan sisitiotrofoblas, danmasih
mampu untuk membentuk ekstraembrionik mesoderm yang akhirnya akan membentuk
vesikel dari mola dengan mesoderm yang longgar pada inti villinya.
2.2.5.
Diagnosis
Uterus pada mola hydatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa,
pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya
, seperti balottemen pada palpasi, gerak janin pada auskultasi , adanya krangka
janin pada pemeriksaan Roentgen, dan adanya denyut jantung pada ultrasonografi.
Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadar HCG pada mola jauh
lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Diagnosa baru pasti apabila melihat gelembung-gelembung mola. Jika uterus
membesar daripada umur kehamilannya maka kemungkinan yang harus dipertimbangkan
:
§ Haid terakhir keliru
§ Kehamilan dengan myoma uteri
§ Hydramnion
§ Gemelli
§ Mola hydatidosa
untuk membuat diagnosa sering
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1.
Ro
foto : jika ada rangka janin maka kemungkinan terbesar bahwa kehamilan biasa
walaupun pada mola parsialis kadang-kadang terdapat janin. Tidak terlihatnya
janin tidak menentukan.
2.
Reaksi
biologis misalnya Galli Mainini: pada mola hydatidosa kadar gonadotropon
chorion dalam darah dan air kencing sangat kencing sangat tinggi maka reaksi
Gall Mainini dilakukan kuantitatip. Kadar gonadotropin yang di peroleh sellu
harus dibandingkan dengan kadar gonadotropin pada kehamilan biasa dengan umur
yang sama.
Pada
kehamilan muda kadar gonadotropin naik dan mencapai puncaknya kurang lebih pada
hari ke 100 sesudah mana kadar tersebut turun. Kadar yang tinggi srsudah hari
ke 100 dari kehamilan lebih berarti
darai pada kadar yang tinggi sebelum hari ke 100.
3. percobaan sonde: pada mla sonde mudah
masuk pada cavum uteri, pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.
4. teknik baru yang sedang diperkembangkan
ialah:
o
Arteriografi:
yang memperlihatkan pengisisan bilateral vena uterina yang dini.
o
Suntikan
zat kontras ke dalam uterus: memeperlihatkan gambarana sarang tawon.
o
Ultrasonografi:
gambaran badai salju.
2.2.6.
Prognosis
Mola
hydatidosa merupakan sebab kematian yang penting. Kematian disebabkan oleh :
1.
Perdarahan
2.
perforasi,
misalnya detruens dimana gelembung menembus didnding rahim sampai terjadinya
perforasi.
3.
insfeksi,
sepsis
4.
choriocarcinoma
setelah mola hydatidosa antara 2%-8% dan makin tinggi pada umur tua.
2.2.7.
Penanganan mola hydatidosa
Berhubungan
dengan kemingkinan, bahwa mola hydatidosa menjadi ganas maka terapi yang
terbaik pada wanita yang sudah usia lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang diingini ialah histerektomi. Akan tetapi
pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola
hydatidosa di pastikan, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan
(sunction curettage) disertai dengan pemberian infus oxitosin intravena.
Setelah itu dilakukan dengan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan
sisa-sisa konseptus. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua
ovarium membesar menjadi kista teka lutein. Kisat-kista ini tumbuh karena
hormonal, kemudian mengecil dengan sendirinya.
follow-up
setelah curettage reaksi bioligis dilakukan sekali dua minggu sampai reaksi
negatif, kemudian dilakukan sekali sebulan sampai dua tahun hal ini perlu untu
lekas mendiagnosa choriocarcinoma.
Kalau reaksi
kwantitatif naik atau tidak mau menjadi negatif atau setelah negatif menjadi
positif kembali maka ini merupakan tanda choriocarcinoma.
2.3.
Choriocarcinoma
(penyakit trofoblas ganas)
Choriocarcinoma
adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan yang mengandung trofoblas,
seperti lapisan trofoblas ovum yang sedang tumbuh, villi dari plasenta,
gelembung mola atau emboli sel-sel trofoblas dimana saja didalam badan.
Biasanya
tempat pertama yang dikenai ialah uterus, walaupun bisa terjadi dimana saja.
Kehamilan yang mendahlui choriocarcinoma dapat berupa mola hydatidosa (paling
banyak), abortus maupun kehamilan biasa. Bahkan dari kehamilan ektopik pun bisa
terjadi choriocarcinoma. Kadang-kadang ada konsepsi yang langsung menjadi
choriocarcinoma tanpa melalui salah satu jenis kehamilan. Hal ini disebut de nova choriocarcinoma atau ab initio choriocarcinoma.
Kejadian yang melatar
belakangi choriocarcinoma dipengaruhi oleh:
·
Status
sosio ekonomi.
·
Umur.
·
Gizi.
·
Consanguinitas
(perkawinan antar keluarga).
Choriocarcinoma
terjadi setelah kehamilan, biasanya setelah mola hidatidosa kadang-kadang
setelah abortus atau kehamilan aterm, yang merupakan penyakit masa reproduktif
tetapi adakalanya timbul teratoma.
2.3.1. Patologi
Mikroskopis
tanda-tanda yang khas untuk choricarcinoma ialah :
1.
Nekrose
2.
Haemorrhagia
3.
Infeksi
Selain dari
itu nampak sel-sel ytrofoblas yang mnembus otot-otot dan pembuluh darah.
Choriocarcinoma terdiri atas
dua jenis :
1.
Choriocarcinoma
non villosum; pada jenis ini Sama sekali tidak ada bentuk villus. Jenis ini
lebih ganas dari jenis kedua.
2.
Choriocarcinoma
villosum : disana-sini masih ada bentuk villus.
Choriocarcinoma
mengadakan metastase yang bersifat haemogen, biasanya ke vagina dan paru-paru.
Kadang-kadang ke ginjal, hati, ovaria dan otak.
2.3.2.
Gejala-gejala :
-
Perdarahan
yang tidak berhenti setelah kelahiran mola, bersifat metrorrhagia,
-
Subinvolusi
-
Metastase
pada paru-paru, vulva atau vagina
-
Reaksi
biologis yang tetap positif atau yang malahan naik kwalitatip setelah kelahiran
mola
-
Kadang-kadang
terjadi perforasi rahim dengan tanda-tanda perdarahan intraperitoneal.
2.3.3.
Diagnosa
Semua
penderita yang telah melahirkan mola harus dicurigai dan harus diawasi dengan
teliti. Juga pada perdarahan yang tidak berhenti-henti setelah abortus atau
persalinan aterm harus mengingatkan kita akan kemungkinan choriocarcinoma.
Yang menjadi
pegangan ialah reaksi biologis atau immunologis; reaksi harus menjadi negatif
dalam beberapa hari setelah abortus atau partus, kalau reaksi biologis tetap
positif atau kwantitatip naik, maka harus ada pertumbuhan sel trofoblas baru.
2.3.4.
Choriocarsinoma villosum
Penyakit
trofoblast ini tumbuh sesudah mola hydatidosa. Gejala-gejalanya ialah kadar HCG
pascamola menurun , tidak menurun terus malahan dapat meningkat lagi, dan
adanya amenorea yang diikuti oleh perdarahan dari uterus yang tidak teratur.
Untuk keperluan diagnosis perlu dilakukan kerokan, histerografi atau
histeroskopi. Pada kerokan dapat ditemukan villus-villus, biasanya dengan
proliferasi trofoblas yang berlebihan, atau hasilnya ialah negatif karena tumor
tidak ada lagi di kavum uteri tetapi sudah memasuki miometrium.
Angiografi
dalam hal ini dapat memperlihatkan gambaran vaskularisasi yang abnormal di
daerah invasi. Histerogram dapat memberi gambaran kavum uteri yang tidak rata.
Hiteroskopi dapat pula memberi informasi yang berharga. USG dapat pula membantu
menegakan diagnosis.
A.
Penanganan
Dengan
kemotrapi penyakit ini dapat disembuhkan tanpa operasi. Jika fungsi uterus tidak diperlukan lagi (jumlah anak sudah cukup)
lebih aman untuk melakukan terapi pembedahan dan kemotrapi.
Kemotrapi
dimulai dengan methotrexate dan Dactinomycin.
Jika obat
pertama tidak memenuhi harapan, yang dapat diukur dengan kadar HCG (pemeriksaan
kadar dilakukan seminggu sekali)
diberikan obat kedua. Dosis methotrexate
ialah 0,4 mg/kg berat badan sehari yang tidak dapat melebihi 25mg, dan
diberikan intramuskulus untuk 5 hari. Selama pengobatan tiap hari diperiksa Hb,
leukosit, perhitungan diferensial dan trombosit. Antara 2 seri diadakan
istirahat selama 2-4 minggu, tergantung dari efek samping obat.
Jika ada
mestasis di pelvis dan atau di vagina kemotrapi diberika seperti pada penyakit
trofoblast ganas resiko rendah.
2.3.5.
Choriocarcinoma nonvillosum
Penyakit ini dibagi dalam dua
golongan:
1.
golongan
dengan resiko rendah
2.
golongan
dengan resiko tinggi
pada
golongan resiko rendah penyakit terbatas pada uterus atau terdapat mestasis di
paru-paru, di pelvix dan di vagina, dengan kadar HCG tidak melebihi 100000
mU/ml.
2.3.5.1.
Penyakit
trofoblast ganas resiko rendah
Pada
penyakit ini ditemukan mestasis di paru-paru dan atau alat genital, dan kadar
HCG yang tetap tinggi atau meningkat tetapi tidak melebihi 100000 mU/ml.
Umumnya penyakit diketahui dan di obati selama kurang dari 4 bulan, setelah
mola dikeluarkan jika ada perdarahan tidak normal, perlu dilakukan kerokan
dahulu.
Untuk
membuat diagnosis perlu ditentukan tidak adanya mestasis di otak, hepar atau
traktus digestivus. Jika pda biopsi (misalya dari mestasis di vagina) ditemukan
villus, hal ini menunjukan bahwa penyakit ini ialah penyakit trofoblas ganas
villosum.
A.
Penanganan
Kemotrapi
di mulai dengan pemberian berturut-turut methotrexate
dan Dactinomycin dalam dosis
rendah. Apabila kadar HCG pada pemgamatan lanjut menjadi normal, tidak perlu
pengobatan diteruskan, apabila tidak menjadi normal dalam beberapa minggu,
pengobatan di ulangi.
Dalam
kasus-kasus yang tetap resisten, diberikan trivle trapi terdiri atas dalam
dosis tinggi dalam infus. Terapi dengan infus tersebut diberikan kepada
penderita yang menunjukan tanda-tanda keracuanan dengan Dactinomycin.
B.
Prognosis
Dengan terapi tersebut
sebagian besar penderita penyakit trofoblast ganas resiko rendah dapat
diselamatkan.
2.3.5.2.
Penyakit trofoblast gana dengan resiko
tinggi
pada
kasus-kasus ini tidak hanya terdapat metastasis di paru-paru dan alat-alat
genital, melainkan juga di otak, di hepar dan atau traktus di gestivus.
Diagnosis sering di buat terlambat karena pada anamnesis hanya terdapat 30%
mola gydatidosa. Tidak jarang lebih menonjol gejala-gejala yang disebabkan oleh
dengan metastasis. Misalnya ikterus atau perdarahan dalam otak. Diagnosis ini
bru di pikirkan bila ditemukan kadar HCG tinggi. MRI kiranya dapat dipakai
untuk mendeteksi metastasis di otak.
A.
Penanganan
Sebagai
pengobatan dapat diberikan secara berturut-turut methotrexate dalam dosis tinggi dan Actinomycin D dalam dosis
tinggi pula. Dapat pula diberikan trivle terapi terdiri atas methotrexate,Dactinomycin,cyclophosphamide. Pasa
metastasis diberiakn pula iradiasi pada kepala dan pada metastasis di hepar
iradiasi pada hepar. Jika terjadi perdarahan dilakukan dilakukan histerektomi
dan salpingo-ooforektomi.
B.
Prognosis
Sekarang lebih banyak penderita banyak diselamatkan, akan tetapi perlu
disadari bahwa pencegahan timbulnya penyakit ini ialah terapi yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar