2.1.
Pemeriksaan
Luar
Dalam ginekologi pemeriksaan
luar meliputi pemeriksaan payudara dan perut.
2.1.1. pemeriksaan payudara
pemeriksaan
payudara (mamma) mempunyai arti yang penting bagi penderita wanita, terutama
yang berhubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan, dan karsinima
mamma.
2.1.2. pemeriksaan perut
pemeriksaan
perut sangat penting pada setiap penderita ginekologi, tidak boleh diabaikan
dan harus lengkap, apapun keluhan penderita. Penderita harus tidur terlentang
secara santai.
a. Inspeksi
Perlu
diperhatikan bentuk, pembesaran/cekuangan, pergerakan pernapasan, kondisi kulit
(tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi, gambar vena), parut operasi,
dan lain sebagainya.
Masing-masing kelianan
tersebut di atas memberikan petunjuk ke arah mana pikiran kita harus ditujukan.
Misalnya, pembesaran perut ke depan dengan batas-batas jelas yang menunjukan
kearah kehamilan atas tumor (mioma uteri atau kista ovarii), sedangkan
pembesaran ke samping (perut katak) merupakan gejala dari cairan bebas dalam
rongga perut (lazim disebut asites, walaupun istilah ini tidak selalu betul).
b. Palpasi
Sebelum
pemeriksaan dilakukan, harus diyakini bahwa kandung kencing dan rektum kosong
karena kandung kencing penuh teraba sebagai kista dan rektum penuh menyulitkan
pemeriksaan. Jikalau perlu, penderita disuruh kencing atau buang air besar
terlebih dalulu, atau dilakukan kateterisasi atau diberi huknah
(klisma)/semplit gliserium.
Penderita
diberi tahu bahwa perutnya akan diperiksa, supaya ia tidak menegangkan perutnya
dan bernapas biasa. Jikalau perlu, kedua tungkai ditekuk sedikit dan wanita
disuruh bernapas dalam.
Perabaan perut dilakuakan
perlahan-lahan dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari. Mula-mula perut
diraba saja (tanpa ditekan) seluruhnya sebagai orientasi dengan satu atau kedua
tangan, dimulai dari atas (hipochondrium) atau ditempat yang tidak di keluhkan
nyeri. Lalu, diperiksa dengan tekanan ringanapakah dinding perut lemas, tegang
karena rangsangan peritonium (defence musculaire), taukah dirasakan nyeri, dan
dimana yang paling nyeri. Sekaligus diperiksa juga gejala nyeri lepas.
Baru
dilakukan palpasi lebih dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernapasan,
untuk mencari kelianan-kelainan yang tidak tampak dengan inspeksi. Ini
sebaiknya dimulai dari bagian-bagian yang tampak normal, yaitu yang tidak
dirasakan nyeri dan yang tidak menonjol tau membesar. Karena telapak tangan
dari jari-jari bagian ulna lebih peka, maka palpasi dalam dilakukan dengan
bagian ulna ini. Rasa nyeri yang letaknya lebih dalam menjadi lebih jelas.
Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh ditimbulakan perasaan nyeri yang
berlebihan karena wanita sangat menderita, dan secara refleks menegangkan
perutnya.
Pada
pemeriksaan tumor dapat ditentukan lebih jelas bentuknya, besarnya, konsistensinya,
batas-batasnya, dan gerakannya. Besar tumor dibandingkan dengan benda-benda yang
secara umum duketahui. Misalnya, telur bebek, telur angsa, bola tenis, kepala
bayi, kepala dewasa, buah nangka, dan sebagianya. Selanjutnya apakan
batasan-batasan tumor itu jelas/tajam atau tidak, batas atas sampai diamana,
batas kanan dan kiri, dan apakah kutub bawah tumor masuk dalam rongga panggul
atau tidak. Perlu juga diperiksa apakah tumor itu dapat digerakan atau tidak.
Konsistensi
tumor biasanya tidak sulit untuk ditentukan, yaitu padat kenyal, padat lunak,
padat keras, atau kistik. Kistik lunak kadang-kadang sulit dibedakan dengan
cairan bebas dalam rongga perut, terutama apabila penderita gemuk.
Kadang-kadang ada bagian padat ada bagian kistik bersamaan. Permukaan tumor ada
yang rata ada yang berbenjol-benjol. Tumor padat kenyal dan berbenjol-benjol
biasanya mioma uteri, dan tumor kistik biasanya kistoma uteri.
Rasa nyeri
pada perabaan tumor menujukan ke arah peradangan/infeksi, degenerasi, putaran
tangkai, dan hematoma retrouterina akibat kehamilan ektopik terganggu.
c. Perkusi
Dengan
perkusi (periksa ketok) dapat ditentukan apakah pembesaran disebabkan oleh
tumor (miomma uteri dan kista ovarii) ataukah oleh cairan bebas dalam perut.
Pada tumor, ketokan perut pekak
terhadap bagian yang paling menonjol ke depan apabila penderita tidur
terlentang, dan apabila tumornya tidak terlampau besar, maka terdengar suara
timpani disisi perut, kanan dan kiri karena usus-usus terdorong ke samping.
Daerah pekak ini tidak akan berpindah tempat apabila penderita berbaringkan
disisi kanan atau kiri.
Lain hanya
dengan perkusi pada cairan bebas. Cairan menggumpul di daerah yang paling
rendah, yaitu didasar dan di samping, sedangkan usus-usus mengembang diatasnya.
Apabila penderita berbaring terlentang, maka suara timpani dibagian atas perut
melengkung ke ventral, dan sisi kanan dan kiri pekak (pekak sisi). Keadaan ini
berubah apabila penderita disuruh berbaring miring, misalnya berbaring apda
sebelah kanan. Cairan berpindah dan mengisi bagian kanan dan bagian ventarl.
Jadi, daerah timpani berpindah juga, timpani diperut kiri (kiri menjadi paling
atas karena usus-usus mengambang) dan pekak diperut kanan dan depan (paling
rendah, di isi oleh cairan). Selain itu terdapat pula gejala undulasi.
Tumor yang
disertai cairan bebas menunjukan ke arah keganasan. Pada tubberkulosis
peritonei dapat ditemulan daerah-daerah timpani dan pekak itu berdampingan
seperti gambar papan catur, sebagai akibat perlekatan-perlekatan usus-usus dan
omentum.
Selain
hal-hal tersebut diatas, periksa ketok penting pula dalam diagnostik ileus dan
kadaan-keadaan lain apabila usus-usus mengembung dan terisis banyak udara
(meteorisme).
d. Auskultasi
Periksa
dengar sangat penting pada tumor perut yang besar untuk menyingkirkan
kemungkinan kehamilan. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan
yang cukup tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus garvidus dan
pada mioma uteri yang besar. Pemeriksaan bising usus penting pula dalam
diagnostik peritonitis dan ileus, baik ileus paralitikus (tidak/hampir tidak
terdengar bisisng ususyang berlebihan). Kembalinya aktofitas usus kebatas-batas
normal sangat penting dalam masa pascaoperasi dan merupakan petunjuk yang baik.
2.2.
Pemeriksaaan
Ginekologik
Apabila dalam ilmu kebidanan
dikenal istilah status obstretikus, maka dalam ginekologi dikenal pula istilah
status ginekologikus, yaitu catatan-catatan dari hasil pemeriksaan yang
diperoleh dengan cara khusus (pemeriksaan ginekologik)
Supaya diperoleh hasil sebaik-baiknya, penderita
harus berbaring dalam posisi tertentu, dan
diperlukan alat-alat tertentu pula.
2.2.1. Letak penderita
Untuk pemeriksaan ginekologi
dikenal tiga jenis letak :
a. Letak litotomi
Letak ini
yang paling popular, terutama di
Indonesia. Untuk itu diperlukan menja ginekologik dengan penyangga bagi kedua
tungkai.
Penderita
berbaring diatasnya sambil lipat lututnya diletakan pada penyangga dan
tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita berbaring dalam posisi
mengangkang. Dengan demikian, dengan penerangan yang memadai (sebaiknya dengan
lampu sorot) vulva, anus, dan sekitarnya tampak jelas dan pemeriksaan bimanual
dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Juga pemeriksaan dengan spekulum sangat
mudah
Pemeriksa
berdiri atau duduk di depan vulva. Pemeriksaan in spekulo dilakukan sambil
duduk, sedangkan pemeriksaan bimanual sebaiknya sambil berdiri.
Pemeriksaan
bimanual dapat dilakukan juga tanpa meja ginekilogik. Penderita berbaring
terlentang ditempat tidur biasa, sambil kedua tungkai ditekuk dilipat lutut dan
agak mengangkang. Pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita, sambil dua jari
tangan dimasukan kedalam vagina, dan tangan kiri diletakan di perut. Dengan
cara demikian, inspeksi vulva, anus dan sekitarnya tidak seberapa mudah.
b. Letak Miring
penderita diletakkan dipinggir
tempat tidur miring kesebelah kiri, sambil paha, dan lututnya ditekuk dan kedua
tangkai sejajar. Posisi demikian hanya baik untuk untuk pemeriksaan in spekulo.
c. Letak Sims
Letak ini
hampir sama dengan dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus,
tungkai kanan ditekuk kearah perut, dan lututnya diletakkan pada alas (tempat
tidur), sehingga panggul membuat sudut miring dengan alas, lengan kiri
dibelakang badan dan bahu sejajar dengan alas, dengan demikian penderita
berbaring setengah tengkurap.
Dalam
keadaan tertentu, posisi sim mempunyai keunggulan, yaitu dengan penggunaan
spekulum sim atau spekulum cocor bebek, pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan
lebih muda dan lebih teliti terutama pada pemeriksaan vagina depan untuk
mencari fistula vesikovaginalis yang kecil.
2.2.2. Alat-alat dan perlengkapan
Untuk pemeriksaan ginekologik,
diperlukan alat-alat dan perlengkapan sebagai berikut:
1)
Sarung tangan
2)
Spekulum sim dan
spekulum cocor bebek
3)
Cunam kapas untuk
membersihkan vagina dan portio uteri
4)
Kateter nelaton dan
kateter logam
5)
Kapas sublimat dan
kapas lisol
6)
Kaca benda dan
pemeriksaan gonorea dan sitologil vagina
7)
Spatel ayre
8)
Kapas lidi untuk
pemeriksaan gonorea
9)
Botol kecil berisi
larutan garam fisiologik
10)
Cunam portio
11)
Sonde uterus
12)
Cunam biopsi
13)
Mikrokuret
2.2.3. Pemeriksaan genitalia eksterna
Dalam
letak litotomi alat kelamin luar tampak jelas. Dengan inspeksi perlu
diperhatikan bentuk,warna, pembengkakan ,dan sebagainya dari genetalia
eksterna, perineum, anus dan sekitarnya.dalam menghadapi prolaksus uteri ,
penderita disuruh batuk atau meneran sambil meniup punggung tangannya, sehingga
tampak jelas.sekalian untuk pemeriksaan apakah ada stress inkotinensia.
2.2.4. Pemeriksaan Spekulum
Untuk
wankita yang belum melahirkan , dan apabila memang mutlak perlu untuk virgo,
dipilih spekulum yang kecil, untuk anak yang kecil, dipilih spekulum yang
paling kecil sesuai dengan kecilnya introitus vagina.
Spekulum
sim dipasang lebih dahulu kedalam vaginabagian belakng. Mula-mula ujung vagina
dumasukkan agak miring kedalam introitus vagina, didorong kedalam sedikit , dan
diletakkan melintang dalam vagina, difornik posterior.pada proses yang mudah
berdarah diportio pemasangan spekulum ini harus dilakukan dengan hati-hati
sehingga ujung spekulum tidak menyentuh
atau menekan [portio yang mudah berdarah itu.
Dengan
menggunakan spekulum diperiksadinding vagina(rugae vaginalis, karsinoma, fluor
albus) dan portio vaginalis servisis uteri(bulat, terbelah, melintang, mudah
berdarah, erosio, peradangan, polip, tumor atau ulkus, terutama pada
karsinoma). Untuk pemeriksaan spekulum, mutlak diperlukan lampu penerang yang
cukup, sebaiknya lampu sorot yang ditempatkan dibelakang pemeriksa agak
kesamping, diarahkan ke portio.
Selain
itu dengan spekulum dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap, seperti usap
vagina dan usap serviks untuk pemeriksaan sitologi, getah kanalis servikalis
untuk pemeriksaan gonorea, dan getah dari forniks posterior untuk pemeriksaan
trikomonoasis dan kandidiasis.
2.2.5. Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan
genetalia internal dilakukan dengan kedua tangan (bimanual) dua jari atau satu
jari dimasukkan kedalam vagina, atau satu jari kedalam rektum, sedangkan tangan
lain (biasanya 4 jari) diletakkan didinding perut.
Untuk
memperoleh hasil yang sebaik- baiknya, penderita berbaring dalam posisi
litotomi.
Sebelum
tangan kanan dimasukkan, vulva dibersihkan dengan kapas sublimat atau kapas
detol. Waktu tangan kanan akan dimasukkan kedalam vagina, jari telinjuk dan
jari tengah dimasukkan kedalam vagina, jari telunjuk dan jari tengah diluruskan
kedepan, ibu jari lurus keatas, dan dua jari lainnya fleksi.
Pada
nulipara dan pada virgo- apabila memang mutlak diperlukan pemeriksaan dalam
dilakukan hanya dengan satu jari(jari telunjuk) pada virgo jika perlu dalam
narkosis.
a. Perabaan vulva dan perineum
Pemeriksaan dapat dimulai dengan
perabaan glandula bartholin dengan jari-jari dari luar, yang kemudian
diteruskan dengan perabaan antara dua jari didalam vagina dan ibu jari diluar,
untuk mencari apakah ada bhartolinitis, abses, atau kista.dalam keadaan normal
kelenjar bhartolin tidak dapat diraba.
Apabila
ada urethritis gonoroeika maka nanah tampak lebih jelas keluar dari orifisium
uretra eksternum jika dinding belakang diurut dari dalam keluar dengan jari- jari yang berada didalam vagina.
Glandula paraurethralis perlu pula diperhatikan.
b. Perabaan vagina dan dasar penggul
Himen
yang masih utuh ataiu kaku(himen rigidus) merupakan kontraindikasi bagi
pemeriksaan pervaginam.diperiksa apakah introitus vagina dan vagina sempit atau
luas, apakh dinding vagina licin atau kasar bergaris-garis melintang (rugae
vaginalis).
Pada
pemeriksaan vagina tidak boleh dilupakan perabaan kavum douglasi dengan
menempatkan ujung jari diforniks posteripor. Penonjolan forniks pisterior dapat
disebabkan oleh:
1) Terkumpulnya
feses atau skibala didalam rectosigmoid
2) Korpus
uterus dalam retrofleksio
3) Abses
dikavum douglasi
4) Hematokel
retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu
5) Kutup
bawah tumor ovarium atau mioma uteri
6) Tumor
rectosigmoid
Pada
divertikulitis periuretralis teraba benjolan nyeri dibelakang atau disekitar
uretra. Selanjutnya diperiksa keadaan dasr panggul , terutama muskulus levator
ani, bagaimana tebalnya, tonusnya dan tegangnya.
c. Perabaan serviks
Perabaan
serviks harus dilakukan secara sistematis. Berturut-turut diperhatikan:
(1) Ke mana menghadapnya
(2) Bentuknya, apakah bulat atau terbelah
melintang
(3) Besarnya dan konsistensinya
(4) Apakah agak turun kebawah
(5) Apakah kanalis servikalis dapat dilalui
oleh jari, terutama ostium uteri internum
Apabila
anteversiofleksio, maka porsio bagian depanlah yang teraba lebih dahuluoleh
jari karena porsio menghadap agak ke belakang. Sebaliknya, pada uterus dalam
letak retrovorsiofleksi, porsio bagian belakang atau ostium uteri eksternum
yang teraba lebih dahulu karena porsio menghadap ke depan. Ada kalanya porsio
menghadap jatuh kebelakang, ke arah sakrum, sehingga agak sulit untuk dikenal
oleh pemeriksa yang kurang pengalaman. Pada kelainan bawaan dapat teraba dua
porsio.
Pada
nulipara porsio bentuknya kronis atau silindris dan ostium uteri eksternum
kecil dan bulat. Setelah terjadi robekan-robekan pada waktu persalinan, porsio
biasanya lebih besar dan mempunyai bentuk lain yaitu yang lazim disebut
terbelah melintang dan terdiri atas bibir depan dan bibir belakang juga ostium
uteri eksternum lebih lebar, bahkan kadang-kadang dapat dilalui oleh jari.
Dengan
meningkatnya umur wanita porsio menjadi lebih besar kira-kira sebesar ujung jari telunjuk. Pada
multipara porsio dapat mencapai sebesar ibu jari, sebesar duku, bahkan sebesar
rambutan kecil. Apabila porsio lebih besar lagi maka kemungkinan neoplasma
harus dipertimbangkan, misalnya mioma karsinoma eksofitik.konsistensi serviks
yang normal itu kenyal (tidak lunak, tidak keras, dan tidak elastis). Mioma
teraba kenyal keras sedang karsinoma teraba keras apabila masih kecil dan rapuh
apabila sudah besar pada karsinoma eksofitik.
Porsio
normal letaknya kira-kira 6-7 cm dari introitus vagina. Pada desensus uteri
jarak ini menjadi lebih pendek, sehingga porsio lebih dekat pada vulva. Pada
prolapsus uteri tingkat I porsio telah mencapai vulva, pada tingkat II porsio
keluar dari vulva, pada tingkat III kedua-duanya sudah keluar dari vulava yang
disebut prosidensia uterus.
Dalam
menghadapi kehamilan muda dengan perdarahan selalau harus diperiksa apakah
kanalis servikalis tertutup atau terbuka, yang terpenting ialah ostium internum
(o.u.i.). apabila o.u.i. terbuka dan teraba jaringan di dalam kavum uteri atau
kanalis servikalis, ini berarti abortus inkompletus. Kelahiran mioma, iversio
uteri, dan incompetent cervix disertai pula oleh terbukanya kanalis servikalis.
d. Perabaan korpus uteri
Pemeriksaan
korpus uteri dilakukan bimanual dengan peranan tangan luar yang sama
pentingnya, bahkan dianggap lebih penting daripada tangan yang di dalam
vagina.mula-mula jari dimasukan sedalam-dalamnya. Pada uterus dalam
anteversiofleksio ujung jari ditempatkan di forniks anterior dan mendorong
lekukan uterus ke atas belakang. Lalu tangan luar ditempatkan diperut bawah,
tidak langsung diatas simfisis, melainkan agak ke atas atau lebih jauh lagi ke
atas. Dipegang fundus uteri dan belakang permukaan korpus. Dengan demikian
korpus dicekap betul antara kedua tangan dengan tangan luar mendorong korpus
kebawah dan dari belakang ke depan. Kandung kencing yang penuh sangat
mengganggu pemeriksaan bimanual.
Kesulitan
bimanual dapat dialami pada penderita yang gemuk, yang tidak tenang, yang
menegangkan perutnya, pada virgo atau nulipara apabila hanya satu jari yang
dimasukan ke dalam vagina, pada perut mendadak (acute abdomen) akibat
rangsangan peritonium, dan pada tumor yang sangat besar dan tegang dengan atau
tanpa cairan bebas dalam rongga perut.
Kandung
kencing yang penuh dapat mempersulit pemeriksaan ginekologik, bahkan dapat
disangka suatu kista ovarium. Jika
perlu, pemeriksaan dalam dapat dilakukan dalam narkosis.
Perubahan
bimanual korpus uteri harus dilakukan secara sistematis. Berturut-turut harus
diperhatikan:
(1)
letaknya
(2)
bentuknya
(3)
besar
dan konsistennya
(4)
permukaannya
dan
(5)
gerakannya
Mula-mula
ditentukan letak uterus anversiofleksio (= anteversioantefleksio),
retroversiofleksio (=retroversio-retrofleksio), anteversio, retroversio atau
lurus. Uterus normal letaknya di tengah-tengah pelvis minor. Kadang-kadang
uterus tidak ditengah-tengah, melainkan berpindah tempat ke kanan atau ke kiri
akibat desakan oleh tumor/proses dalam panggul, atau akibat tarikan oleh
mengkerutnya jaringan perut. Sering disebut lateroposisio
(dekstroposisio/sinistroposisio). Dapat pula korpus uteri memutar kekanan atau
kekiri sedangkan serviks uteri tinggal di tempatnya
(dekstroversio/sinistroversio).
Bentuk
uterus ialah agak lonjong dengan fundus uteri lebih besar daripada bagian bawh
(seperti jambu biji /apokat/buah pir) kelainan bawaan dapat menyebabkan
perubahan bentuk, seperti pada uterus bikornis dan uterus arkuatus. Pada mioma
uteri bentuk uterus bervariasi dari yang bulat, lonjong, sampai yang tidak
teratur bentuknya.
Uterus
wanita dewasa sebesar telur ayam dan kenyal. Uterus lebih kecil pada anak-anak
dan gadis muda belia , dan juga pada hipo-fungsi ovarium. Pembesaran uterus
dapat disebakan oleh kehamilan dan neoplasma, mioma, sarkoma,karsinoma korporis
uteri, dan lain sebagainya.
Permikaan
uterus biasanya rata, termasuk uterus gravidus dan uterus dengan karsinoma
korporis uteri. Permukaan yang tidak rata dan berbenjol-benjol menunjuk kearah
mioma uteri.
Uterus normal dapat digerakan
dengan mudah ke semua arah. Tapi gerakannya terbatas atau uterus tidak dapat
digerakan sama sekali dalam keadaan tertentu, misalnya pada karsinoma servisis
uteri dalam stadiu lanjut, apabila terbentuk jaringan perut di parametrium
akibat paramatritis atau akibat robekan besar pada serviks dan puncak vagina,
pada pelekatan-pelekatan dengan peritonium , usus-usus atau omentum akibat
salpingo-ooporitis, pada endometriosis eksterna dengan akibat perlekatan, dan
pada uterus yang besar dan terjepit/terkurung di dalam pelvis minor, seperti
pada uterus miomatosus dan pada retrofleksio uteri gravidi inkarserata.
e. Perabaan parametrium dan adneksium
Pemeriksaan
daerah samping uterus dapat dilaksanakan apabila posisi uterus sudah diketahui.
Jari-jari perlu dimasukan sedalam-dalamnya, jika perlu perinium di dorong ke
dalam, sehingga ujung jari bisa mencapai 2-5 cm lebih dalam. Pemeriksaan
sebaiknya dimulai di sisi yang tidak terasa nyeri atau yang tidak ada tumornya.
Ujung jari
ditempatkan diforniks lateral dan didorong ke arah belakang lateral dan atas.
Tangan luar ditempatkan di perut bawah , kanan atau kiri, sesuai dengan
letaknya jari di dalam vagina. Penempatan jari-jari tangan luar ini penting sekali,
tidak boleh terlampau rendah dan terlampau lateral, akan tetapi kira-kira
setinggi spina iliaka anterior superior di garis medio-lateral. Sekarang tangan
luar ditekan ke arah belakang, sehingga ujung jari kedua tangan dapat
diturunkan sedikit dalam posisi yang sama dan perabaan disesuaikan dengan irama
pernafasan. Waktu ekspirasi dinding perut lebih lemas. Dalam manipulasi ini
jari-jari dalam pegang peranan lebih penting untuk perabaan. Tangan luar hanya
mendorong bagian-bagian yang harus diraba ke arah jari-jari dalam, kecuali
untuk menentukan besarnya tumor.
Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya
dapat diraba pada wanita kurus dengan dinding perut yang lunak, besarnya
seperti ujung jari atau ujung ibu jari dan kenyal. Setiap kali para metrium dan
atau tuba dapat diraba, itu berarti suatu kelainan.
Apabila teraba tahanan atau tumor di daerah di samping uterus
atau di atas, selalu harus di tentukan apakah ada hubungan dengan uterus, dan
bagaimana sifat hubungan itu, lebar, erat, melalui tungkai, atau uterus menjadi
satu dengan masa tumor. Hubungan dapat dinytakan apabila porsio digerak-gerakan
dengan jari dalam dan gerakan itu dirasakan oleh tangan luar yang meraba tumor,
atau tumor yang digrakan-gerakan oleh tangan luar dan gerakan itu dirasakan
oleh jari dalam yang meraba porsio. Pada kista ovarium yang letaknya di atas
dengan tangkai panjang, tumor perlu didorong ke atas dahulu oleh tangan luar
supaya tangkainya tegang, dan digerak-gerakan lebih ke atas lagi. Kelainan-kelainan
di daerah di samping uterus terutama disebabkan oleh peradangan dan neoplasma.
· Parametrium
Penebalan paramerium
sampai ke tulang panggul yang diserta rasa nyeri merupakan gejala
parametristis. Pada karsinoma servisis uteri penebalan parametrium tidak sampai di tulang panggul. Letaknya kista
ovarium di antara kedua lapisan ligamentum (intraligamenter), sukar ditentukan
sebelum perut dibuka.
· Tuba
dan ovarium (adneksum)
Karena tuba dan ovarium
letaknya sangat berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat dibedakan apakah
suatu proses berasal dari tuba atau dari ovarium, maka lazim digunakan istilah
kelainan adneksum.
Istilah tumor adneks
digunakan apabila pembesaran terdapat di sebelah uterus, dan tidak diketahui
apakah itu berasal dari tuba atau dari ovarium, serta tidak/belum diketahui
pula apakah itu proses perdangan atau neoplasma. Apabila itu jelas proses
perdangan, maka istilahnya diubah menjadi adneksitis.
Pembesaran ovarium dapat disebabkan oleh peradangan,
retensi dan neoplasma.
Kista folikel bisa mencapai
sebesar telur ayam sampai telur angsa. Kista lutein pada mola atau bekas mola
bisa sebesar tinju orang dewasa sampai kepala bayi; biasanya sebesar telur ayam
sampai telur angsa. Lain halnya dengan neoplasma, baik yang jinak maupun yang
ganas. Neoplasma yang kistik bisa mencapai sebesar buah nangka, sehingga
pemeriksaan menjadi sulit, lebih-lebih pabila disertai cairan bebas.
Pada pelvioperitonitis
daerah sekitar uterus teraba sebagai tahanan lunak tanpa batas-batas yang jelas
dan sangat nyeri. Juga gerakan porsio dirasakan nyeri.
Abses douglas dan
hematoma retrouterina menunjukkan gejala-gejala yang sama, yaitu terabanya
tahanan lunak di kavum Douglas dengan batas-batas yang lebih jelas. Untuk
diagnosis diferensial perlu diperhatikan gejala-gejala lain. Kepastian baru
diperoleh diperoleh setelah kuldosentesis (pungsi Douglas).
Dalam hal, baik
perdangan maupun neoplasma, proses yang kecil maupun yang benar, disertai atau
tidak disertai perlekatan dan cairan bebas, kelaianan genitalia interna di
samping uterus baru dapat ditanyakan dengan pasti apabila uterus dapat diraba
tersendiri, dan dan hubungan dengan tumor yang teraba di sekitarnya agak jauh
atasnya.
· Pemeriksaan
rektal
Dengan sarung tangan dan bahan pelumas, biasanya minyak,
jari telujuk dimasukan ke dalam rektum. Pemeriksaan rektoabdominal dilakukan
pada virgo atau wanita yang mengaku yang belum pernah bersetubuh, pada kelainan
bawaan, seperti atresia himenalis atau atresia vaginalis, pada himen rigidus,
dan pada vaginismus. Dalam keadaan tertentu, misalnya untuk menilai keadaan
septum rektovaginal, dilakukan pemeriksaan
rektovaginal : jari telunjuk di dalam rektum dan ibu jari di dalam
vagina. Kadang-kadang pemeriksaan bimanual biasa perlu dilengkapi dengan pemeriksaan rektovagino-abdominal: jari
tengah dalam rektum, jari telunjuk dalam vagina, dan dibantu oleh tangan luar.
Pada pemeriksaan rektal dengan satu jari mula-mula dinilai tonus otot musculus
sfingter ani eksternus atau apakah otot masih utuh. Penderita tidak pernah
mengalami ruptura perinei tingkat III waktu persalinan yang lampau.
Diperhatikan juga adanya wasir, selaput lendir rektum, dan adanya ujung jari
menekan dinding depan rektum ke arah vagina dan ditonjolkan ke bawah. Walaupun
perabaan dengan satu jari tidak seberapa peka dibandingkan dengan dua jari,
namun ovarium, penebalan parametrium dan penebalan ligamentum sakrouterinum
lebih mudah diraba. Juga pada abses Douglas,
hematokel retrouterina, atau apakah tomur genital ganas sudah meluas ke rektum,
pemeriksaan perlu dilengkapi dengan perabaan rektoabdominal, yang sering
memeberi hasil yang lebih jelas. Penebalan dinding vagina dan septum
rektovaginal, kista dinding vagina, dan infiltrasi karsinoma rekti lebih mudah
ditentukan dengan pemeriksaan
rektovaginal. Tumor pelvis, yang sulit dikenal dengan pemeriksaan
bimanual biasa, lebih mudah diraba dengan cara rekto-vaginoabdominal, terutama
untuk membedakan apakah tumor berasal dari ovarium atau dari rektosigmoid.
· Pemeriksaan
dalam narkosis
Pemeriksaan
vaginoabdominal dan pemeriksaan in spekulum perlu/harus dilakukan dalam
anrkosis:
1) Pada
anak kecil
2) Pada
biarawati
3) Pada
virgo atau wanita dengan introitus vagina yang sempit atau pada himen rigdus
4) Vaginismus
5) Apabila
penegangan perut oleh penderita tidak bisa dihilangkan, dan
6) Apabila
pada pemeriksaan biasa tanpa narkosis tidak diperoleh keterangan yang cukup
jelas
Pemeriksaan dalam narkosis tidak tanpa bahaya. Dan
sebaiknya baru dilakukan apabila memang benar-benar diperlukan. Karena perasaan
nyeri hilang, maka pecahnya kista, kehamilan ekstrauterin yang belum terganggu,
hidro, hemato-, dan piosalping, atau terlepasnya perlekatan peritoneal sebagai
perlindungan, tidak dirasa oleh penderita dan tdak segera diketahui oleh
pemeriksa.Indikasi pemeriksaan dalam narkosis bagi anak kecil, wanita, dan
biarawati ialah perdarahan yang tidak normal, fluor albus, kelainan endokrin.
Pada anak kecil pemeriksaan vaginal tidak dapat dilakukan tanpa narkosis,
disebabkan oleh ketakutan, ketidak-tenangan dan rasa nyeri. Digunakan spekulum
cocor bebek yang sangat kecil, khusus untuk anak-anak. Kadang-kadang pemasukan
jari dilakukan pemeriksaan dengan memasukan kateter gelas atau logam untuk
mengenal benda asing di dalam vagina untuk pengambilan getah vagina untuk
pemeriksaan. Benda asing yang menyebabkan fluor albus sekaligus dikeluarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar