Laman

Cari Materi

Rabu, 20 Januari 2016

kanker servik



2.1.            Penyakit Kanker Leher Rahim (Cervical Cancer)

Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker servik (Cervical Cancer) merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Penyakit kanker servik ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat menyerang semua perempuan disetiap waktu tanpa melihat umur ataupun gaya hidup. Banyak wanita yang dengan daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV dengan sendirinya. Namun demikian, terkadang virus ini berujung pada terjadinya penyakit kanker.
Di Indonesia, Kanker Serviks adalah kanker pembunuh perempuan Indonesia no.1 tertinggi saat ini. "Setiap perempuan selama hidupnya beresiko terkena virus yang menyebabkan kanker serviks", terutama beresiko tinggi bagi mereka yang merokok, melahirkan banyak anak, memakai alat kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama, serta mereka yang terinfeksi HIV/AIDS.
kanker-rahim
Gambar. A
2.2.            Penyebab, tanda dan gejalanya
Kanker serviks (cervix cancer) atau yang dikenal sebagai kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus – suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Menurut Dr.Elfahmia Noor Azis, Sp.OG, Trainee Consultant
Oncology dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penyebab dari
kanker yaitu: Human Papiloma Virus (HPV).
Secara umum tanda dan gejalanya adalah terjadinya perdarahan vagina setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Sementara itu tanda lain yang mungkin timbul antara lain adalah :
1.                  Hilangnya nafsu makan dan berat badan
2.                  Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
3.                  Nyeri pada anggota gerak (kaki)
4.                  Terjadi pembengkakan pada area kaki
5.                  Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina
6.            hingga terjadi patah tulang panggul
2.3.            Screening dan Diagnosa
Screening dilakukan saat pertama kali berhubungan badan atau 3 tahun pertama setelah aktif secara seksual. Biasanya screening dapat berupa:
2.3.1.      Tes Pap Smear
Deteksi sel-sel yang tidak normal secara dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear. Pemeriksaan Pap Smear adalah pemeriksaan terhadap cairan pada dinding serviks yang diambil melalui pemeriksaan dalam oleh dokter dan dilihat interpretasi melalui mikroskop. Prosedur pemeriksaan ini hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 10 menit. Perlu diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat tidak haid (waktu 5-7 hari setelah selesai haid) dan tidak melakukan hubungan seksual 2 hari sebelumnya.
 Perlu diberikan juga informasi mengenai haid terakhir, jumlah anak, kontrasepsi yang digunakan dan adanya riwayat radiasi atau minum obat-obatan hormonal. Selain Pap Smear cara konvensional, saat ini untuk meningkatkan akurasi hasil pemeriksaan dikembangkan pemeriksaan Thin Prep (liquid based cervical cytology). Dengan prosedur yang sama dengan Pap Smear tetapi dengan hasil yang lebih memuaskan. Namun pemeriksaan ini sedikit lebih mahal dibandingkan Pap Smear biasa.
Hasil Pap Smear dapat berupa serviks normal, serviks dengan tanda infeksi atau terdapat lesi prakanker berupa adanya sel-sel abnormal.  Jika hasil Pap Smear terdapat lesi prakanker (sel-sel abnormal), dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan tergantung dari derajat sel-sel abnormal yang ditemukan. Pemeriksaan lanjutan dapat berupa pemeriksaan ulang Pap Smear 3 bulan kemudian, pemeriksaan HPV DNA, atau pemeriksaan kolposkopi. Jika dari hasil pemeriksaan lanjutan ditemukan lesi abnormal maka dilakukan terapi/pengobatan sesuai derajat penyakitnya. Terapi dapat berupa cryotherapy, operasi laser (LEEP atau LLETZ), operasi pengangkatan leher rahim (konisasi) sampai kepada pengangkatan rahim total/histerektomi (pada stadium IA-B). Lesi prankanker atau kanker serviks yang dijumpai pada stadium dini dapat disembuhkan hampir 100%.

kanker serviks

Gambar. B
Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal anda menghindari timbulnya kanker serviks.
Sejak wanita mulai melakukan Pap smear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena kanker serviks menurun drastis. Dulu kanker serviks merupakan penyebab utama kematian karena kanker pada wanita di Amerika Serikat, namun kini hanya menempati urutan ke 15 menurut American Cancer Society. Sekitar 3.700 wanita meninggal setiap tahun karena kanker serviks (angka ini dapat terus menurun jika lebih banyak wanita melakukan Pap smear).
a.      Yang Harus Melakukan Pap Smear.
American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun, petunjuknya sbb:
Usia (tahun)
Frekuensi
21 – 29
Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan
30 – 69
Setiap 2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
Lebih dari 70
Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun

Tanpa melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes setiap tahun. Faktor resikonya yaitu:
·         riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya jika anda memiliki lebih dari 1 pasangan seks
·         saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple)
·         pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak dini dan yang memiliki banyak pasangan seksual sebelumnya
·         riwayat penyakit menular seksual
·         riwayat keluarga dengan kanker serviks
·         diagnosis kanker serviks atau Pap smear memperlihatkan sel prakanker
·         infeksi human papilloma virus (HPV)
·         perokok
·         terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
·         infeksi HIV
·         sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ, kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis
Jika anda melakukan histerektomi total (operasi pengangkatan uterus termasuk serviks) tanyakan dokter anda apakah anda perlu melanjutkan Pap smear. Jika histerektomi dilakukan untuk kondisi non-kanker, seperti fibroids, anda dapat menghentikan Pap smear rutin. Namun jika histerektomi dilakukan untuk kondisi prakanker atau kanker, saluran vagina anda harus diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan abnormal.
b.      Persiapan Pap Smear
Untuk meyakinkan Pap smear anda efektif, ikuti tips berikut sebelum melakukan tes:
·         hindari berhubungan seksual atau menggunakan obat vaginal atau busa/krim/gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan Pap smear karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal
·         coba untuk tidak menjadwalkan Pap smear selama periode haid anda, walaupun tes dapat dilakukan lebih baik untuk menghindari waktu tertentu dari siklus anda
c.       Teknik Pap Smear Dilakukan? pap_smear_test
Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.

Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis akhir.
Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium. Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan dengan metode tradisional.
Umumnya dokter akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.
d.      Hasil Tes Pap Smear
Pap smear bukan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes skrining untuk memperingatkan dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan langkah anda selanjutnya:
·         Normal
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
·         Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
·         Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
·         Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells). Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
·         Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells). Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.
Selain mencari abnormalitas, dokter akan memutuskan untuk memeriksa jaringan dengan mikroskop khusus dalam prosedur colposcopy & mengambil sampel jaringan (biopsi). Colposcopy sering digunakan untuk melengkapi diagnosis.
e.       Mempercayai Hasil Tes
Pap smear bukanlah pembuktian yang main-main. Namun tidak tertutup kemungkinan anda memperoleh hasil negatif palsu. Artinya tes memperlihatkan tidak ada sel abnormal, walaupun sebenarnya anda memiliki sel atipikal. Perkiraan kejadian hasil negatif palsu dengan Pap smear konvensional kurang dari 5% atau 1 dari setiap 20 wanita. Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang.
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
·         pengambilan sel yang tidak cukup
·         sel abnormal sedikit
·         lokasi lesi tidak dapat dijangkau
·         lesi kecil
·         sel abnormal meniru sel benigna
·         darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal
Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes tidak dapat mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjutnya akan dapat mendeteksi.
2.3.2        Metode IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925. Organisasi Kesehatan Dunia WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya tidak lebih rendah daripada tes Pap.  Di Indonesia IVA sedang dikembangkan dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk bidan. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut.
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap. Namun di Indonesia kebijakan penerapan program skrining kanker serviks kiranya masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah dan juga kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya tenaga ahli patologi anatomik/sistologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner.
Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun, dengan masalah yang begitu kompleks, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang lebih sederhana, antara lain yaitu dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak.
Kanker serviks mengenal stadium pra-kanker yang dapat ditemukan dengan skrining sitologi yang relatif murah, tidak sakit, cukup akurat; dan dengan bantuan kolposkopi, stadium ini dapat diobati dengan cara-cara konservatif seperti krioterapi, kauterisasi atau sinar laser, dengan memperhatikan fungsi reproduksi. Sistem kesehatan di seluruh dunia berbeda-beda, namun perencanaan skrining harus sejalan dengan pelayanan kesehatan lainnya dan dengan kerjasama antar program. Idealnya program skrining merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur pelayanan kesehatan umum.
Di semua negara tempat program ini telah dilaksanakan 20 tahun atau lebih, angka kejadian kanker serviks dan angka kematian karenanya turun sampai 50-60%. Tidak dapat disangkal bahwa sejak dilakukan skrining massal terdapat peningkatan yang nyata dalam penentuan lesi prakanker serviks, sehingga dapat menurunkan insidens kanker serviks. Meskipun telah sukses mendeteksi sejumlah besar lesi prakanker, namun sebagian program yang dijalankan belum dapat dikatakan berhasil. Hasil yang kurang memadai agaknya disebabkan beberapa faktor, antara lain tidak tercakupnya golongan wanita yang mempunyai risiko (high risk group) dan teknik pengambilan sampel untuk pemeriksaan sitologi yang salah. Pemecahan masalah yang menyangkut golongan wanita dengan risiko tinggi dan teknik pengambilan sampel, berkaitan dengan strategi program skrining, serta peningkatan kemampuan laboratorium. Pengadaan laboratorium sentral sangat bermanfaat untuk pengendalian kualitas (quality control) terhadap pemeriksaan sitologi.
Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami. Banyak masalah yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui pendidikan terhadap pasien dan hubungan yang baik antara dokter/bidan. Di samping itu, inovasi skrining kanker serviks dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan bersamaan. Interval pemeriksaan sitologi (screening interval) merupakan hal lain yang penting dalam metode skrining.
Strategi program skrining kanker serviks harus memperhatikan golongan usia yang paling terancam (high risk group), perjalanan alamiah penyakit (natural history) dan sensitivitas tes Pap. The American Cancer Society menyarankan pemeriksaan ini dilakukan rutin pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali berturut-turut dan bila negatif, pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita risiko tinggi atau pernah mendapat hasil abnormal harus diperiksa setiap tahun. Frekuensi yang lebih sering tidak menambah faedah.

f.        Kanker Leher Rahim
Jenis kanker yang paling banyak terjadi pada perempuan. Terdapat paling banyak pada perempuan berusia 31-60 tahun. Banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan & diobati.

g.      Gejala Kanker Leher Rahim
1.      Tahap awal tanpa gejala,tidak sakit
2.      Tahap lanjut
a. Keputihan yang berbau
b. Pendarahan dari liang senggama
c. Pendarahan setelah senggama
d. Nyeri panggul
e. Pendarahan pasca menopause
c.  Faktor risiko kanker leher rahim :
a. Hubungan seksual pada usia muda
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Kurang menjaga kebersihan daerah kelamin
d. Sering menderita infeksi daerah kelamin
e. Anak lebih dari tiga
f. Kebiasaan merokok
g. Infeksi virus Herpes dan Human Papilloma Virus tipe tertentu
Dengan begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks, sepatutnya bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita, ikut serta dalam menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan metode yang sederhana yaitu IVA tes.
d.              Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya :
1.      Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
2.       Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
3.       Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
4.      Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlati
5.       Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana
6.                Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
e.       Syarat ikut IVA TEST :
1.       Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2.       Tidak sedang datang bulan/haid
3.       Tidak sedang hamil
4.      24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
f.        Pelaksanaan skrining IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
1.       Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
2.       Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
3.       Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4.      spekulum vagina
5.       Asam asetat (3-5%)
6.       Swab-lidi berkapas
7.      Sarung tangan
g.  Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.
h.  Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1.      IVA negatif = Serviks normal.
2.      2.IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3.      IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4.      IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini.
i.                    Dimana Ada IVA TEST
1.      IVA TEST akan hadir di puskesmas-puskesmas dengan jadwal yang akan disampaikan melalui PKK, kelurahan dan kecamatan terdekat.
2.       Bila anda memenuhi persyaratan yang ditentukan, segera periksakan diri anda.
3.       Mencegah lebih baik dari pada mengobati.
2.3.4     Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk melihat permukaan serviks dengan memasukkan “teropong” bernama kolposkop ke dalam liang vagina. Alat ini menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan seviks sampai dengan 10-40 kali dari ukuran normal. Pembesaran ini membantu mengidentifikasi daerah permukaan serviks yang menunjukkan abnormalitas.
Pemeriksaan kolposkopi dilakukan di atas meja pemeriksaan ginekologis. Pada kolposkopi, serviks dioles dengan larutan kimia (asam asetat) untuk mengingkirkan lendir yang meliputi permukaan serviks. Setelah area abnormal terlihat, kolposkop diposisikan pada mulut vagina dan seluruh permukaannya diperiksa. Gambar permukaan serviks bisa didokumentasikan dengan kamera kecil tersebut. Jika ditemukan area yang abnormal, sampel jaringan akan diambil dengan menggunakan alat biopsy kecil. Beberapa sampel dapat diambil sesuai besar ukuran area yang mengalami abnormalitas.
Tidak ada persiapan khusus sebelum kolposkopi. Sebelum pemeriksaan, anda diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan saluran cerna. Anda tidak dianjurkan untuk melakukan pencucian vagina dengan cairan apa pun atau melakukan hubungan seksual dalam 24 jam sebelum pemeriksaan.
Hasil Kolposkopi yang normal berupa permukaan serviks yang rata dan berwarna merah muda. Hasil Kolposkopi yang abnormal berupa “kutil” pada daerah serviks (human papilloma virus), perubahan jaringan prekanker, dysplasia serviks, keganasan dalam serviks dan keganasan yang invasif. Kolposkopi dapat digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap kelainan prekanker dan melihat perkembangan terapi. Kolposkopi dapat melihat pola abnormal pembuluh darah, bercak-bercak putih pada serviks, peradangan, erosi atau pengerutan jaringan serviks. Semua ini menunjukkan perubahan kanker. Jika pemeriksaan kolposkopi atau biopsy tidak menunjukkan penyebab abnormalitas dari Pap Smear, dianjurkan untuk melakukan pengambilan jaringan yang lebih luas.
Sedikit bercak perdarahan dapat terjadi selama 1 minggu setelah pemeriksaan. Hindari hubungan seksual, pencucian vagina dan penggunaan tampon selama 2 minggu untuk memberikan kesempatan luka biopsy untuk menyembuh. Jika perdarahan terjadi cukup banyak atau terjadi selama lebih dari 2 minggu, atau jika anda mengalami tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau dan berwarna keruh), segera berkonsultasi kembali dengan dokter. Mengingat efektivitas Pap Smear dan Kolposkopi yang sangat tinggi untuk deteksi dini perubahan sel serviks dan risiko yang sangat rendah, segeralah melakukan pemeriksaan skrining tersebut, sesuai anjuran dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan.

2.3.3.     Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning

Tidak ada komentar:

Posting Komentar