2.1.
Penyakit
Kanker Leher Rahim (Cervical Cancer)
Penyakit
kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker servik (Cervical
Cancer) merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Penyakit
kanker servik ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang disebut Human
Papilloma Virus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat
menyerang semua perempuan disetiap waktu tanpa melihat umur ataupun gaya hidup.
Banyak wanita yang dengan daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV
dengan sendirinya. Namun demikian, terkadang virus ini berujung pada terjadinya
penyakit kanker.
Di Indonesia, Kanker Serviks adalah kanker pembunuh perempuan Indonesia
no.1 tertinggi saat ini. "Setiap
perempuan selama hidupnya beresiko terkena virus yang menyebabkan kanker
serviks", terutama beresiko tinggi bagi mereka yang merokok,
melahirkan banyak anak, memakai alat kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama,
serta mereka yang terinfeksi HIV/AIDS.
Gambar. A
2.2.
Penyebab, tanda dan gejalanya
Kanker serviks (cervix cancer) atau yang dikenal
sebagai kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus
– suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Menurut Dr.Elfahmia Noor Azis, Sp.OG, Trainee Consultant
Oncology dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penyebab dari
kanker yaitu: Human Papiloma Virus (HPV).
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Menurut Dr.Elfahmia Noor Azis, Sp.OG, Trainee Consultant
Oncology dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penyebab dari
kanker yaitu: Human Papiloma Virus (HPV).
Secara umum tanda dan gejalanya
adalah terjadinya perdarahan vagina setelah aktivitas sexual atau diantara masa
menstruasi. Sementara itu tanda lain yang mungkin timbul antara lain adalah :
1.
Hilangnya nafsu makan dan berat badan
2.
Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
3.
Nyeri pada anggota gerak (kaki)
4.
Terjadi pembengkakan pada area kaki
5.
Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina
6.
hingga terjadi patah tulang panggul
2.3.
Screening dan Diagnosa
Screening dilakukan saat pertama kali berhubungan badan atau 3 tahun pertama
setelah aktif secara seksual. Biasanya screening dapat berupa:
2.3.1. Tes Pap Smear
2.3.1. Tes Pap Smear
Deteksi sel-sel yang tidak normal secara dini dapat dilakukan dengan
pemeriksaan Pap Smear. Pemeriksaan Pap Smear adalah pemeriksaan terhadap cairan
pada dinding serviks yang diambil melalui pemeriksaan dalam oleh dokter dan
dilihat interpretasi melalui mikroskop. Prosedur pemeriksaan ini hanya
memerlukan waktu tidak lebih dari 10 menit. Perlu diketahui untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat, sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat tidak haid
(waktu 5-7 hari setelah selesai haid) dan tidak melakukan hubungan seksual 2
hari sebelumnya.
Perlu diberikan juga informasi
mengenai haid terakhir, jumlah anak, kontrasepsi yang digunakan dan adanya
riwayat radiasi atau minum obat-obatan hormonal. Selain Pap Smear cara
konvensional, saat ini untuk meningkatkan akurasi hasil pemeriksaan
dikembangkan pemeriksaan Thin Prep (liquid based cervical cytology).
Dengan prosedur yang sama dengan Pap Smear tetapi dengan hasil yang lebih
memuaskan. Namun pemeriksaan ini sedikit lebih mahal dibandingkan Pap Smear
biasa.
Hasil Pap Smear dapat berupa serviks normal, serviks dengan tanda infeksi
atau terdapat lesi prakanker berupa adanya sel-sel abnormal. Jika
hasil Pap Smear terdapat lesi prakanker (sel-sel abnormal), dokter akan
melakukan pemeriksaan lanjutan tergantung dari derajat sel-sel abnormal yang
ditemukan. Pemeriksaan lanjutan dapat berupa pemeriksaan ulang Pap Smear 3
bulan kemudian, pemeriksaan HPV DNA, atau pemeriksaan kolposkopi. Jika dari
hasil pemeriksaan lanjutan ditemukan lesi abnormal maka dilakukan
terapi/pengobatan sesuai derajat penyakitnya. Terapi dapat berupa cryotherapy,
operasi laser (LEEP atau LLETZ), operasi pengangkatan leher rahim (konisasi)
sampai kepada pengangkatan rahim total/histerektomi (pada stadium IA-B). Lesi
prankanker atau kanker serviks yang dijumpai pada stadium dini dapat
disembuhkan hampir 100%.
Gambar. B
Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil
sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Dinamai sesuai dengan
penemunya, George Papanicolaou, MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk
mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat
menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal anda
menghindari timbulnya kanker serviks.
Sejak wanita mulai melakukan Pap smear lebih dari 50 tahun lalu, angka
kematian karena kanker serviks menurun drastis. Dulu kanker serviks merupakan
penyebab utama kematian karena kanker pada wanita di Amerika Serikat, namun
kini hanya menempati urutan ke 15 menurut American Cancer Society. Sekitar
3.700 wanita meninggal setiap tahun karena kanker serviks (angka ini dapat
terus menurun jika lebih banyak wanita melakukan Pap smear).
a.
Yang Harus Melakukan Pap Smear.
American Cancer Society merekomendasikan Pap smear pertama sekitar 3
tahun setelah hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21
tahun, petunjuknya sbb:
Usia (tahun)
|
Frekuensi
|
21 – 29
|
Sekali setahun Pap smear regular
atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan
|
30 – 69
|
Setiap 2 – 3 tahun jika anda
memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
|
Lebih dari 70
|
Anda dapat menghentikan Pap smear
jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda
normal selama 10 tahun
|
Tanpa
melihat usia anda, jika anda memiliki faktor resiko anda perlu melakukan tes
setiap tahun. Faktor resikonya yaitu:
·
riwayat aktivitas seksual saat remaja, khususnya
jika anda memiliki lebih dari 1 pasangan seks
·
saat ini memiliki pasangan seks yang banyak
(multiple)
·
pasangan yang memulai aktivitas seksual sejak
dini dan yang memiliki banyak pasangan seksual sebelumnya
·
riwayat penyakit menular seksual
·
riwayat keluarga dengan kanker serviks
·
diagnosis kanker serviks atau Pap smear
memperlihatkan sel prakanker
·
infeksi human papilloma virus (HPV)
·
perokok
·
terpapar dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir
·
infeksi HIV
·
sistem imun yang lemah karena beberapa faktor
seperti transplantasi organ, kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis
Jika anda melakukan histerektomi total (operasi pengangkatan uterus
termasuk serviks) tanyakan dokter anda apakah anda perlu melanjutkan Pap smear.
Jika histerektomi dilakukan untuk kondisi non-kanker, seperti fibroids, anda
dapat menghentikan Pap smear rutin. Namun jika histerektomi dilakukan untuk
kondisi prakanker atau kanker, saluran vagina anda harus diperiksa untuk
mengetahui adanya perubahan abnormal.
b. Persiapan
Pap Smear
Untuk meyakinkan
Pap smear anda efektif, ikuti tips berikut sebelum melakukan tes:
·
hindari berhubungan seksual atau menggunakan
obat vaginal atau busa/krim/gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan Pap
smear karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal
·
coba untuk tidak menjadwalkan Pap smear selama
periode haid anda, walaupun tes dapat dilakukan lebih baik untuk menghindari
waktu tertentu dari siklus anda
c.
Teknik
Pap Smear Dilakukan?
Pap smear dilakukan di ruang
dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di atas meja periksa
dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara
perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter
akan mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide
kaca untuk pemeriksaan mikroskopis.
Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang
cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan
memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli
dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis
akhir.
Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel
ke laboratorium. Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter
akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk
pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan
slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide
yang disiapkan dengan metode tradisional.
Umumnya dokter akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul
(prosedur sederhana untuk memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium, organ
reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui
masalah reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau
prakanker sejak dini.
d. Hasil
Tes Pap Smear
Pap smear bukan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes
skrining untuk memperingatkan dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara
hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang
ada. Berikut beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan
langkah anda selanjutnya:
·
Normal
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
Tes anda negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Anda tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
·
Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi
signifikan (Atypical squamous cells of undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
·
Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous
intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
·
Sel glandular atipikal (Atypical glandular
cells). Sel glandular
memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel
glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka
bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel
abnormal.
·
Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous
cancer or adenocarcinoma cells). Sel yang diperoleh dari Pap smear
memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam
vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di
permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di
sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan
investigasi lebih lanjut.
Selain mencari abnormalitas, dokter akan memutuskan untuk memeriksa
jaringan dengan mikroskop khusus dalam prosedur colposcopy & mengambil
sampel jaringan (biopsi). Colposcopy sering digunakan untuk melengkapi
diagnosis.
e. Mempercayai
Hasil Tes
Pap smear bukanlah pembuktian yang main-main. Namun tidak tertutup
kemungkinan anda memperoleh hasil negatif palsu. Artinya tes memperlihatkan
tidak ada sel abnormal, walaupun sebenarnya anda memiliki sel atipikal.
Perkiraan kejadian hasil negatif palsu dengan Pap smear konvensional kurang
dari 5% atau 1 dari setiap 20 wanita. Pap smear berbasis cairan akan memberi
hasil negatif palsu yang lebih sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif
palsu sangat jarang.
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak
faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
·
pengambilan sel yang tidak cukup
·
sel abnormal sedikit
·
lokasi lesi tidak dapat dijangkau
·
lesi kecil
·
sel abnormal meniru sel benigna
·
darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel
abnormal
Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak
anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes
tidak dapat mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjutnya akan dapat
mendeteksi.
2.3.2
Metode IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)
Pemeriksaan IVA diperkenalkan Hinselman 1925.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe.
Ternyata efektivitasnya tidak lebih
rendah daripada tes Pap. Di Indonesia IVA sedang dikembangkan
dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk bidan. Banyaknya kasus kanker serviks
di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus yang datang ke
rumah sakit berada pada stadium lanjut.
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah
kasus kanker serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut
terutama berkat adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap.
Namun di Indonesia kebijakan penerapan program skrining kanker serviks kiranya
masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah dan juga
kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya
tenaga ahli patologi anatomik/sistologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner.
Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini,
hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun, dengan masalah yang begitu
kompleks, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan metode
yang lebih sederhana, antara lain yaitu dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks
dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA).
Dengan metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu
laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan
temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak.
Kanker serviks mengenal stadium pra-kanker yang dapat
ditemukan dengan skrining sitologi yang relatif murah, tidak sakit, cukup
akurat; dan dengan bantuan kolposkopi, stadium ini dapat diobati dengan
cara-cara konservatif seperti krioterapi, kauterisasi atau sinar laser, dengan
memperhatikan fungsi reproduksi. Sistem kesehatan di seluruh dunia
berbeda-beda, namun perencanaan skrining harus sejalan dengan pelayanan
kesehatan lainnya dan dengan kerjasama antar program. Idealnya program skrining
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur
pelayanan kesehatan umum.
Di semua negara tempat program ini telah dilaksanakan
20 tahun atau lebih, angka kejadian kanker serviks dan angka kematian karenanya
turun sampai 50-60%. Tidak dapat disangkal bahwa sejak dilakukan skrining
massal terdapat peningkatan yang nyata dalam penentuan lesi prakanker serviks,
sehingga dapat menurunkan insidens kanker serviks. Meskipun telah sukses
mendeteksi sejumlah besar lesi prakanker, namun sebagian program yang
dijalankan belum dapat dikatakan berhasil. Hasil yang kurang memadai agaknya
disebabkan beberapa faktor, antara lain tidak tercakupnya golongan wanita yang
mempunyai risiko (high risk group) dan teknik pengambilan sampel untuk
pemeriksaan sitologi yang salah. Pemecahan masalah yang menyangkut golongan
wanita dengan risiko tinggi dan teknik pengambilan sampel, berkaitan dengan
strategi program skrining, serta peningkatan kemampuan laboratorium. Pengadaan
laboratorium sentral sangat bermanfaat untuk pengendalian kualitas (quality
control) terhadap pemeriksaan sitologi.
Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks
ialah keengganan wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan,
keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi,
ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria
atau pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami. Banyak masalah
yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui pendidikan terhadap
pasien dan hubungan yang baik antara dokter/bidan. Di samping itu, inovasi
skrining kanker serviks dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
bersamaan. Interval pemeriksaan sitologi (screening interval) merupakan hal
lain yang penting dalam metode skrining.
Strategi program skrining kanker serviks harus
memperhatikan golongan usia yang paling terancam (high risk group), perjalanan
alamiah penyakit (natural history) dan sensitivitas tes Pap. The American
Cancer Society menyarankan pemeriksaan ini dilakukan rutin pada wanita yang
tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau lebih, atau kurang dari 20
tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali
berturut-turut dan bila negatif, pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3
tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita risiko tinggi atau pernah mendapat
hasil abnormal harus diperiksa setiap tahun. Frekuensi yang lebih sering tidak
menambah faedah.
f.
Kanker Leher Rahim
Jenis kanker yang
paling banyak terjadi pada perempuan. Terdapat paling banyak pada perempuan
berusia 31-60 tahun. Banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan
& diobati.
g. Gejala
Kanker Leher Rahim
1. Tahap
awal tanpa gejala,tidak sakit
2. Tahap
lanjut
a. Keputihan yang berbau
b. Pendarahan dari liang senggama
c. Pendarahan setelah senggama
d. Nyeri panggul
e. Pendarahan pasca menopause
c. Faktor
risiko kanker leher rahim :
a. Hubungan seksual pada usia muda
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Kurang menjaga kebersihan daerah kelamin
d. Sering menderita infeksi daerah kelamin
e. Anak lebih dari tiga
f. Kebiasaan merokok
g. Infeksi virus Herpes dan Human Papilloma Virus tipe tertentu
a. Hubungan seksual pada usia muda
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Kurang menjaga kebersihan daerah kelamin
d. Sering menderita infeksi daerah kelamin
e. Anak lebih dari tiga
f. Kebiasaan merokok
g. Infeksi virus Herpes dan Human Papilloma Virus tipe tertentu
Dengan begitu
banyaknya angka kejadian kanker serviks, sepatutnya bidan sebagai tenaga
kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita, ikut serta dalam menurunkan angka
kejadian kanker serviks dengan metode yang sederhana yaitu IVA tes.
d.
Metode
skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya
:
1. Mudah,
praktis dan sangat mampu laksana.
2. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
3. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
4. Dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan
oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua
tenaga medis terlati
5. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan
sangat sederhana
6.
Metode
skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
e. Syarat ikut IVA TEST :
e. Syarat ikut IVA TEST :
1. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan
seksual
f. Pelaksanaan skrining IVA Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
f. Pelaksanaan skrining IVA Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa
dengan posisi litotomi
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan
pasien berada pada posisi litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan
g. Teknik IVA
g. Teknik IVA
Dengan spekulum
melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan
menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan
tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif,
sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA
positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung
melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung
kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.
h. Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa
kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan
adalah:
1. IVA
negatif = Serviks normal.
2. 2.IVA
radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
3. IVA
positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat
atau kanker serviks in situ).
4. IVA-
Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker
serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks
bila ditemukan masih pada stadium invasif dini.
i.
Dimana
Ada IVA TEST
1.
IVA TEST akan hadir di puskesmas-puskesmas
dengan jadwal yang akan disampaikan melalui PKK, kelurahan dan kecamatan terdekat.
2.
Bila
anda memenuhi persyaratan yang ditentukan, segera periksakan diri anda.
3.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati.
2.3.4 Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk melihat permukaan serviks dengan
memasukkan “teropong” bernama kolposkop ke dalam liang vagina. Alat ini
menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan seviks
sampai dengan 10-40 kali dari ukuran normal. Pembesaran ini membantu
mengidentifikasi daerah permukaan serviks yang menunjukkan abnormalitas.
Pemeriksaan kolposkopi dilakukan di atas meja pemeriksaan ginekologis.
Pada kolposkopi, serviks dioles dengan larutan kimia (asam asetat) untuk
mengingkirkan lendir yang meliputi permukaan serviks. Setelah area abnormal
terlihat, kolposkop diposisikan pada mulut vagina dan seluruh permukaannya
diperiksa. Gambar permukaan serviks bisa didokumentasikan dengan kamera kecil
tersebut. Jika ditemukan area yang abnormal, sampel jaringan akan diambil
dengan menggunakan alat biopsy kecil. Beberapa sampel dapat diambil sesuai
besar ukuran area yang mengalami abnormalitas.
Tidak ada persiapan khusus sebelum kolposkopi. Sebelum pemeriksaan, anda
diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan saluran cerna. Anda tidak
dianjurkan untuk melakukan pencucian vagina dengan cairan apa pun atau
melakukan hubungan seksual dalam 24 jam sebelum pemeriksaan.
Hasil Kolposkopi yang normal berupa permukaan serviks yang rata dan
berwarna merah muda. Hasil Kolposkopi yang abnormal berupa “kutil” pada daerah
serviks (human papilloma virus), perubahan jaringan prekanker, dysplasia
serviks, keganasan dalam serviks dan keganasan yang invasif. Kolposkopi dapat
digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap kelainan prekanker dan melihat
perkembangan terapi. Kolposkopi dapat melihat pola abnormal pembuluh darah,
bercak-bercak putih pada serviks, peradangan, erosi atau pengerutan jaringan
serviks. Semua ini menunjukkan perubahan kanker. Jika pemeriksaan kolposkopi
atau biopsy tidak menunjukkan penyebab abnormalitas dari Pap Smear, dianjurkan
untuk melakukan pengambilan jaringan yang lebih luas.
Sedikit bercak perdarahan dapat terjadi selama 1
minggu setelah pemeriksaan. Hindari hubungan seksual, pencucian vagina dan
penggunaan tampon selama 2 minggu untuk memberikan kesempatan luka biopsy untuk
menyembuh. Jika perdarahan terjadi cukup banyak atau terjadi selama lebih dari
2 minggu, atau jika anda mengalami tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina
berbau dan berwarna keruh), segera berkonsultasi kembali dengan dokter.
Mengingat efektivitas Pap Smear dan Kolposkopi yang sangat tinggi untuk deteksi
dini perubahan sel serviks dan risiko yang sangat rendah, segeralah melakukan
pemeriksaan skrining tersebut, sesuai anjuran dokter Ahli Kebidanan dan
Kandungan.
2.3.3. Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat
warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih
atau kuning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar