Laman

Cari Materi

Senin, 01 Juli 2013

Fisiologi Menstruasi


Fisiologi Menstruasi

Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

Siklus Menstruasi Normal
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).  Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
  1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
  1. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
  1. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin
http://www.klikdokter.com/userfiles/hypothalamus.JPG
Gambar 2. Siklus Hormonal
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
  1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
  2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
  3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
  1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
  2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
  1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
  2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
  3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
  4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
  5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
  6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
  7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
  8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
http://www.klikdokter.com/userfiles/phases.JPG

Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Kontrasepsi Hormonal
Ada beberapa macam kontrasepsi hormonal yang saat ini dapat dipergunakan dan menjadi pilihan untuk wanita. Kontrasepsi hormonal ini juga dapat diterima dan dilaksanakan oleh pasangan dalam program keluarga berencana di seluruh dunia.
Metoda KB hormonal memakai obat-obatan yang mengandung 2 hormon, estrogen dan progestin. Keduanya serupa dengan hormon – hormon alamiah yang dihasilkan tubuh, yakni estrogen dan progesteron.
Mekanisme Kerja Estrogen
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum, atau implantasi. Ovum dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi ( 95-98 % menghambat ovulasi ), hal itu adalah progesteron disamping estrogen.
Implantasi sel telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan sesudah pemberian estrogen dosis tinggi pasca konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan pemberian estrogen pasca konsepsi.
Mekanisme Kerja Progesteron
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai pula khasiat kontrasepsi, sebagai berikut :
  1. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
  2. Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan di sekeliling ovum.
  3. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
  4. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang, sehinga implantasi dihambat.
  5. Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Mekanisme Kerja
Penggunaan sediaan kombinasi yang dimulai pada hari ke 5 siklus haid akan meniadakan kadar puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus. Penurunan kadar gonadotropin ini menyebabkan hambatan ovulasi. Penggunaan preparat yang hanya mengandung derivat progesteron atau progestin saja, tidak selalu dapat menghambat ovulasi. Senyawa ini terutama mengubah jumlah dan konsistensi mukus kelenjar serviks sedemikian rupa sehingga menghambat masuknya sperma dan dengan demikian mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi. Hormon kelamin estrogen yang digunakan terus menerus juga dapat mengganggu kontraksi tuba Falopii, sehingga perjalanan telur dapat terhambat, selain itu terjadi pula gangguan keseimbangan hormonal sehingga nidasi telur yang telah dibuahi terganggu.
Penggunaan hormon estrogen terus menerus dapat menyebabkan fungsi ovarium relatif menurun, pertumbuhan folikel dan korpus luteum terganggu dan sekresi hormon endogen menurun. Perubahan ini biasanya akan menghilang bila penggunaan obat dihentikan, tetapi pada penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang, kembalinya fungsi ovarium ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Penggunaan kontrasepsi dosis besar atau jangka panjang, dapat menyebabkan perubahan gambaran histologi endometrium dan miometrium. Umumnya terjadi hipertrofi miometrium. Pemberian progestin jangka panjang dapat menyebabkan atrofi endometrium, sedangkan estrogen menyebabkan otot uterus menjadi lunak dan mengalami hipertrofi. Perubahan tersebut pada umumnya bersifat reversibel. Perubahan morfologi ini disebabkan oleh adanya perubahan biokimiawi dan enzimatik yang cukup kompleks, dengan akibat terjadi perubahan metabolisme endometrium.
Sekresi mukus serviks yang dalam keadaan normal bersifat cair, jernih dan jumlahnya banyak, oleh pengaruh progestin akan menjadi lebih kental, keruh dan jumlahnya berkurang. Keadaan inilah yang menjadi salah satu mekanisme efek kontrasepsi preparat yang hanya mengandung progestin.
Pemberian kontrasepsi hormonal sering menyebabkan gangguan siklus haid. Beberapa akseptor kontrasepsi oral dengan dosis estrogen yang rendah dapat tidak mengalami perdarahan putus obat atau menjadi amenore, atau hanya spotting. Beberapa akseptor kontrasepsi suntikan sering mengalami perdarahan sedikit-sedikit (spotting), yang kadang-kadang berkepanjangan. Pada penghentian penggunaan golongan obat ini, sebagian akseptor akan mengalami ovulasi kembali segera setelah obat dihentikan pada sebagian lain ovulasi baru terjadi beberapa bulan sesudahnya, bahkan ada pula yang terjadi beberapa tahun setelah kontrasepsi dihentikan. Sebab terjadinya keadaan di atas belum diketahui dengan jelas, diduga hal ini berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan ovarium untuk kembali ke keadaan fungsi yang normal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar