.1
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin
Pertumbuhan janin
dipengaruhi oleh:
1. Faktor
ibu
2. Faktor
anak
3. Faktor
plasenta
1. Faktor
ibu, seperti :
·
Tinggi badan
·
Keadaan gizi
·
Tingginya tempat tinggal
·
Peminum / perokok
·
Kelainan pembuluh darah
·
Kelainan uterus
·
Kehamilan ganda
2. Faktor
anak, seperti :
·
Jenis kelamin
·
Kelainan genetis
·
Infeksi intrauterine
terutama virus
·
Kelainan congenital
lainnya
3. Faktor
plasenta, seperti:
·
Insuffisiensi
dari plasenta dapat menyebabkan malnutrition intrauterine plasenta ialah berat
plasenta dibagi berat bayi :
·
Dalam kehamilan biasa
placenta menurun sampai minggu ke -36, lalu menurun dengan sangat lambat sampai
minggu ke 38, sesudahnya tidak berkurang lagi.
·
Pada 28 minggu berat
plasenta 0,25 sedangkan pada 38 minggu 0,15
·
Jadi makin tua
kehamilan, makin sedikit jaringan placenta yang memelihara bayi per kg berat
janin.
Placenta
yang kecil atau banyak infarktnya tidak dapat memenuhi kebutuhan janin.
Placenta insuffiensi menambah resiko hidup anak. Plasenta mempengaruhi kematian
perinatal.
2.2
Kepala anak
Untuk
persalinan, kepala anak adalah bagian yang terpenting karena dalam persalinan
perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang
menentukan.
Jika
kepala dapat melalui jalan lahir, bagian-bagian lainnya dapat meyusul dengan
mudah, maka bentuk dan ukuran kepala harus dipelajari dengan seksama untuk
dibandingkan dengan bentuk dan ukuran panggul.
Bagian
kepala terdiri dari :
·
Bagian muka, yang
terdiri dari :
§ Tulang
hidung (os nasale)
§ 2
Tulang pipi (os zigomaticum)
§ Tulang
rahang atas (os
maxillare)
§ Tulang
rahang bawah (os
mandibullare)
Pada persalinan, muka dikenal kalau
meraba dagu, mulut, hidung dan rongga mata. Tulang-tulang bagian muka melekat
dengan erat satu sama lain berlainan dengan tulang-tulang bagian tengkorak yang
agak lemah hubungannya.
·
Bagian tengkorak :
§ Bagian
ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah yang
paling depan.
Yang
membentuk bagian tengkorak ialah :
§ Tulang
dahi (os frontale)
§ Tulang
ubun-ubun (os parietale)
§ Tulang
pelipis (os
temporale)
§ Tulang
belakang kepala (os occipitale)
Sebelah
dalam masih terdapat tulang baji (os
sphenoidale) dan tulang lapisan (os
ethmoidale), tetapi untuk persalinan tidak penting.

antara tulang-tulang tersebut diatas terdapat sela
tengkorak (sutura) yang pada janin memungkinkan pergeseran. Jika kepala anak
tertekan, maka tulang yang satu bergeser dibawah tulang yang lain hingga ukuran
kepala menjadi kecil (moulage).
Biasanya tulang belakang kepala bergeser dibawah kedua
tulang ubun-ubun. Ini salah satu tanda untuk mengenal tulang belakang kepala
pada pemeriksaan dalam. Sutura dan ubun-ubun penting diketahui untuk menentukan
letak kepala anak dalam jalan lahir.
Sutura yang harus dikenal ialah :
·
Sutura sagittalis (sela
panah) antara kedua os parietalia.
·
Sutura coronaria (selah
mahkota) antara os prontalis dan os parietalis.
·
Sutura lamdoidea antara
os occipitale dan kedua os parietalia.
·
Sutura protalis antara
os prontalis kiri dan kanan.
Ubun-ubun
besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tengkorak yang berbentuk segi
empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pada pertemuan
antara empat sutura:
·
Sutura sagittalis
·
Sutura coronaria
·
Sutura prontalis
Bentuknya
menyerupai kepala panah, sudut depan yang runcing menunjuk ke bagian muka anak
dan sudut belakangnya adalah tumpul.
Ubun-ubun
kecil (frontikulus minor) bukan
merupakan lubang besar pada tengkorak, tapi tempat dimana 3 sutura bertemu,
ialah sutura lamdoidea dan sutura sagittalis. Sebetulnya masih ada ubun-ubun
dan sutura lain tengkorak tapi untuk ilmu kebidanan tidak begitu penting yaitu
ubun-ubun temporal dan sutura temporalis. Ubun-ubun baru tertutup ketika anak
berumur 1,5-2 tahun.
2.3
Ukuran kepala bayi
A.
Ukuran
muka belakang
1. Diameter suboccipito-bregmatica dari foramen magnum ke
ubun-ubun besar adalah 9,5cm. Ukuran ini adalah ukuran muka belakang yang
terkecil. Ukuran ini melalui jalan lahir kalau kepala anak sangat menekur (hyperfleksi) pada letak belakang kepala.
2. Diameter suboccipito-frontalis (dari foramen magnum
kepangkal hidung) adalah 11 cm. Ukuran ini melalui jalan lahir pada letak
belakang kepala dengan fleksi yang sedang.
3. Diameter fronto-occipitalis (dari pangkal hidung ke
titik yang terjauh pada belakang kepala) adalah 12 cm. Ukuran ini melalui jalan
lahir pada letak puncak kepala.
4. Diameter mento-occipitalis (dari dagu ketitik yang
terjauh pada belakang kepala) adalah 13,5 cm. Ukuran ini adalah ukuran terbesar
dan melalui jalan lahir pada letak dahi.
5. Diameter submento-bregmatica (dari bawah dagu/ os
hyoid ke ubun-ubun besar) adalah 9,5 cm. Ukuran ini melalui jalan lahir pada
letak muka.
B.
Ukuran
melintang
1. Diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara
kedua ossa parietalia) adalah 9 cm. Pada letak belakang kepala ukuran ini
melakui ukuran muka belakang daripintu atas panggul (conjugate vera).
2. Diameter bitemporalis (jarak yang terbesar antara
sutura-coronaria kanan kiri) adalah 8cm. Pada letak defleksi ukurang ini
melalui conjugate vera.
C.
Ukuran
lingkaran
1. Circumferentia
suboccipito bregmatica (lingkaran kecil kepala) : 32cm
2. Circumferentia
fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) : 34cm
Circumferentia
mento occipitalis (lingkaran besar kepala) : 35cm.

2.4
Fisiologi janin
A. Pertumbuhan dan perkembangan
Selama 8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan
terhadap perkembangan organisme oleh karena pada masa ini semua organ besar
sedang dibentuk, setelah 8 minggu, terminologi janin digunakan oleh
karena sebagian besar organ sudah dibentuk dan telah masuk kedalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan lanjut.janin dengan berat 500 – 1000 gram
(22-23 minggu) disebut imature. Dari minggu 28 – 36 disebut preterm
dan janin aterm adalah bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu.
Kehamilan 8 minggu
- Panjang
2.1 – 2.5 cm
- Berat
1 gram
- Bagian
kepala lebih dari setengah tubuh janin
- Dapat
dikenali lobus hepar
- Ginjal
mulai terbentuk
- Sel
darah merah terdapat pada yolc sac dan hepar
Kehamilan 12 minggu
- Panjang
7 – 9 cm
- Berat
12 – 15 gram
- Jari-jari
memiliki kuku
- Genitalia
eksterna sudah dapat dibedakan antara laki dan perempuan
- Volume
cairan amnion 30 ml
- Peristaltik
usus sudah terjadi dan memilki kemampuan menyerap glukosa
Kehamilan 16 minggu
- Panjang
14 – 17 cm
- Berat
100 gram
- Terdapat
HbF
- Pembentukan
HbA mulai terjadi
Kehamilan 20 minggu
- Berat
300 gram
- Detik
jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop delee
- Terasa
gerakan janin
- Tinggi
fundus uteri sekitar umbilikus
Kehamilan 24 minggu
- Berat
600 gram
- Timbunan
lemak mulai terjadi
- Viabilitas
mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi
Kehamilan 28 minggu
- Berat
1050 gram, panjang 37 cm
- Gerakan
pernafasan mulai terlihat, surfactan paru masih sangat rendah
Kehamilan 32 minggu
- Berat
1700 gram dan panjang 42 cm
- Persalinan
pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup
Kehamilan 36 minggu
- Berat
2500 gram dan panjang 47 cm
- Gambaran
kulit keriput lenyap
- Kemungkinan
hidup besar
Kehamilan 40 minggu
- Berat
3200 – 3500 gram ; panjang 50 cm
- Diameter
biparietal 9.5 cm
B. Nutrisi intrauterin
Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan lingkungan.
Faktor lingkungan yang penting adalah perfusi plasenta dan fungsi
plasenta. Faktor gizi ibu bukan faktor terpenting, kecuali pada keadaan starvasi
hebat. Gangguan gizi menahun dapat menyebabkan terjadinya anemia dan
BBLR ( berat badan lahir rendah )
Energi yang diperoleh janin dipergunakan untuk pertumbuhan dan
terutama berasal dari glukosa.kelebihan pasokan karbohidrat di konversi
menjadi lemak dan konversi ini terus meningkat sampai aterm.
Sejak kehamilan 30 minggu, hepar menjadi lebih efisien dan mampu
melakukan konversi glukosa menjadi glikogen yang ditimbun di otot jantung otot
gerak dan plasenta. Bila terjadi hipoksia, janin memperoleh energi melalui glikolisis
anerobik yang berasal dari dari cadangan dalam otot jantung dan
plasenta. Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram (kehamilan 24 – 26 minggu)
kira 1% dari BB ; pada kehamilan 35 minggu cadangan tersebut sekitar 15% dari
bb. Plasenta memiliki kemampuan untuk “clears” bilirubin dan produk
metabolit lain melalui aktivitas dari enzym transferase.
Janin menghasilkan protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein
- afp dari hepar. Puncak kadar AFP tercapai pada kehamilan 12 – 16 minggu
dan setelah itu terus menurun sampai aterm. Protein tersebut disekresi melalui
ginjal janin dan ditelan kembali untuk mengalami degradasi dalam usus. Bila
janin mengalami gangguan menelan (misalnya pada janin anensepalus atau kelainan
ntd’s lain) maka kadar serum afp tersebut meningkat.
D.
Cairan amnion
Volume cairan amnion saat aterm
kira-kira 800 ml dan Ph 7.2
Gambar dibawah menunjukkan jalur
pertukaran dalam cairan amnion:
Gambar 1. Pertukaran bahan
terlarut dan air dalam cairan amnion
Polihidramnion (hidramnion) : volume air ketuban >
2000 ml, dapat terjadi pada kehamilan normal akan tetapi 50% keadaan ini
disertai dengan kelainan pada ibu atau janin.
Oligohidramnion secara
objektif ditentukan dengan pengukuran kantung terbesar dengan ultrasonografi
yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm atau jumlah dari 4 kuadran total
kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index
).
Oligohidramnion
sering berkaitan dengan :
- Janin kecil
- Agenesis
renal
- Displasia
traktus urinarius
‘amniotic fluid marker’
Alfafetoprotein
berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion dan serum maternal mempunyai
nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTD’S dan kelainan
kongenital lain. Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar
protein cairan amnion dan kemungkinan adanya NTD’S
E. Sistem
kardiovaskular
Perubahan mendadak dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan penyesuaian sirkulasi neonatus berupa :
- Pengalihan
aliran darah dari paru,
- Penutupan
ductus arteriosus bottali dan foramen ovale serta
- Obliterasi
ductus venosus arantii dan vasa umbilikalis.
F. Sirkulasi Bayi
Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase :
a)
Fase intrauterin
dimana janin sangat tergantung pada plasenta
b)
Fase transisi yang dimulai
segera setelah lahir dan tangisan pertama
c)
Fase dewasa yang
umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan
a)
Fase intrauterine
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta
menuju janin (gambar 2 dan 3 ). Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju
plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat sampai
aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk mempertahankan
cardiac output tersebut 110 – 150 kali per menit.
Tekanan darah fetus
terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik 75 mmHg
dan tekanan diastolik 55 mmHg.
Sel darah merah, kadar hemoglobin dan “packed cell volume”
terus meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF. Pada
kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung hbf. Ada kehamilan 36
minggu, terdapat 70% HbF dan 30% HbA. HbF memiliki kemampuan mengikat oksigen
lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten terhadap hemolisis namun lebih
rentan terhadap trauma.
Gambar 3. Transfer o2
dan co2 plasenta
b) Fase
transisi
Saat persalinan,
terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin
- Ligasi
talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial
- Kenaikan
kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal
pernafasan janin
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih
rendah (-40 – 50 mmhg) ; setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat
kearah nilai dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg.
Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai
75 – 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis menurun sampai 50% saat tekanan
atrium kiri meningkat dua kali lipat.
Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus
arteriousus dan foramen ovale berlangsung, namun proses penyesuaian terus
berlangsung sampai 1 – 2 bulan kemudian.
c)
Fase ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode
post natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin.
Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang
berkurang saat diastolik (“machinery murmur”) yang terdengar diatas
celah intercosta ke ii kiri.
Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 – 8 minggu. Foramen ovale tetap ada
pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari
hepar ke vena cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena
umbilikalis menjadi ligamentum teres hepatis.
F.
Fungsi respirasi
Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah
memiliki kemampuan untuk melakukan pertukaran gas.
Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 – 4 generasi alvoulus. Epitel
yang semula berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama.
Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran
nafas lain. Saat ini, paru mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan
berkembangnya paru janin setelah lahir dan membantu mempertahankan volume
ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35 minggu jumlah surfactan masih
belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin membrane disease.
Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin
sering dengan bertambahnya usia kehamilan
Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas
sebanding dengan perbedaan tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan
dan berbanding terbalik dengan ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat
sebagai “paru” janin intrauterin.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah janin lebih
rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena darah janin mengandung banyak
hbf maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat mencukupi kebutuhan.
Pco2 dan co2 pada darah janin lebih tinggi
dibandingkan darah ibu sehingga co2 akan mengalami difusi dari janin
ke ibu.
Aktivitas pernafasan janin intrauterin menyebabkan adanya aspirasi
cairan amnion kedalam bronchiolus, untuk dapat masuk jauh kedalam alveolus
diperlukan tekanan yang lebih besar. Episode hipoksia berat pada kehamilan
lanjut atau selama persalinan dapat menyebabkan “gasping” sehingga
cairan amnion yang kadang bercampur dengan mekonium masuk keparu bagian dalam.
G.
Fungsi gastrointestinal
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah
menjalankan fungsi yang sebenarnya.
Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang
terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi
mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus kecuali bila terjadi hipoksia
hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar dan
bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan mekonium
dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan
merupakan indikasi adanya hipoksia akut.
Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan
zat besi
Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oleh karena
pembentukannya tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat
menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis
dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi
saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur
karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien.
Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering
terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi.
Proses glukoronidasi pada
kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat langsung
dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus
atau adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus.
H.
Fungsi ginjal
Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai
kehamilan minggu ke 36. Ginjal tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Plasenta, paru dan ginjal maternal dalam keadaan normal akan
mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai
pada minggu 9 – 12. Pada kehamilan 32 minggu, produksi urine mencapai 12
ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah komponen utama dari cairan
amnion.
I.
Sistem imunologi
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi
terhadap antigen maternal atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi
pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak minggu ke 20
Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk
perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan.
Terdapat 3 jenis leukosit yang berada dalam darah: granulosit – monosit dan limfosit
·
Granulosit : granulosit eosinofilik – basofilik dan neutrofilik
·
Limfosit : t-cells
[derivat dari thymus] dan b-cells [derivat dari “bone marrow”]
·
Immunoglobulin (Ig) adalah serum globulin yang terdiri dari IgG – IgM – IgA - IgDdan IgE
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM.
Pembentukan igg semakin meningkat 3 – 4 minggu pasca persalinan.
Perbandingan antara igg dan igm penting untuk menentukan ada
tidaknya infeksi intra uterin. Kadar serum igg janin aterm sama dengan kadar
maternal oleh karena dapat melewati plasenta. Igg merupakan 90% dari antibodi
serum jain yang berasal dari ibu. Igm terutama berasal dari janin sehingga
dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi intrauterin.
J.
Endokrin
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh
janin.
Pancreas terbentuk pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel
B pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus
membentuk insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme glukosa.
Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior
terdapat pada janin, namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada
kehidupan janin belum diketahui dengan pasti.
Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi
hormon steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi
pada janin anensepali dapat menyebabkan kehamilan postmatur.
Janin memproduksi TSH (thyroid
stimulating hormon) sejak minggu ke 14 yang menyebabkan pelepasan t3
dan t4..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar